- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Terharu gan..] Kisah Qurban Bu Sumi, Seorang Buruh Cuci..
TS
karindiing
[Terharu gan..] Kisah Qurban Bu Sumi, Seorang Buruh Cuci..
Gan, ane punya cerita yang mudah-mudahan bisa ngenggugah hati agan-agan semuanya.. True story loh, and kalau Idul Adha pasti ngingetin ane
(Dia Maha Pengasih dan Penyayang dalam memberi peringatan pada hambaNya)
(Dia Maha Pengasih dan Penyayang dalam memberi peringatan pada hambaNya)
Spoiler for Ini kisahnya gan...:
Kisah qurban Bu Sumi
Kisah ini terjadi ± tahun 1995, sudah cukup lama memang, namun setiap ingin memasuki Idul Adha saya selalu teringat dengan kejadian yang pernah saya alami ini, dan sampai saat ini saya tidak pernah melupakannya.
Awalnya saat saya sedang menjajakan dagangan bersama teman (kami berempat waktu itu), kami mengeluh karena sudah 3 hari kami berdagang baru 6 ekor yang terjual, tidak seperti tahun sebelumnya, biasanya sudah puluhan ekor laku terjual dan hari raya sudah didepan mata (tinggal 2 hari lagi). Kami cukup gelisah waktu itu. Ketika sedang berbincang salah seorang teman mengajak saya untuk sholat ashar dan saya pun bersama teman saya berangkat menuju masjid yang kebetulan dekat dengan tempat kami berjualan. Setelah selesai sholat, seperti biasa saya melakukan zikir dan doa. Untuk saat ini doa saya fokuskan untuk dagangan saya agar Allah memberikan kemudahan semoga kiranya dagangan saya laku/ habis terjual.
Setelah selesai saya dan teman kembali bergegas untuk kembali ke tempat kami jualan, dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak sekali orang disana dan terlihat teman kami yang berada disana kesibukan demi melayani calon pembeli. Akhirnya saya dan teman saya berlari untuk cepat membantu melayani teman kami. Alhamdulillah pada saat itu sudah ada yang membeli beberapa ekor kambing. Terima kasih Ya Rabb, Engkau telah mendengar dan menjawab doa kami, Syukur saya dalam hati.
Namun setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat seorang ibu-ibu sedang memperhatikan dagangan kami, seingat saya ibu ini sudah lama berada disitu, pada saat kami sedang sibuk ibu ini sudah ada namun hanya memperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya Ibu itu mau beli ya? dari tadi liatin dagangan terus, emang gak ditawarin ya?. Sepertinya dari tadi udah ada disitu. Kayaknya Cuma liat-liat aja, mungkin lagi nunggu bus kali. Jawab teman singkat. Memang sih kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya gak akan beli (mohon maaf.. ibu itu berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan kanannya) kalau dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin berqurban.
Namun saya coba hampiri ibu itu dan coba menawarkan. Silahkan bu dipilih hewannya, ada niat untuk qurban ya bu?. Tanpa menjawab pertanyaan saya, ibu itu langsung menunjuk, Kalau yang itu berapa bang? Ibu itu menunjuk hewan yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang itu harganya Rp. 600.000,- bu jawab saya. Harga pasnya berapa bang?. Gak usah tawar lagi ya bu Rp. 500.000 deh kalau ibu mau. Fikir saya memang dari harga segitu keuntungan saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. Uang saya Cuma ada 450 ribu, boleh gak. Waduh saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. Biarlah mungkin ini jalan pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari penampilannya sepertinya bukan orang mampu, kasihan, hitung-hitung kita membantu niat ibu itu untuk berqurban. Sepakat kami berempat. Tapi bawa sendiri ya.. akhirnya si ibu tadi bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia yang bayar dirumah. Setelah saya dikasih alamat rumahnya si ibu itu langsung pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat.
Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallah .. Astaghfirullaah .. Allahu Akbar... Merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya demi melihat keadaan rumah ibu tersebut.
Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu orang anaknya di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari kawat. Saya tidak melihat tempat tidur/kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh. Diatas dipan sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam kondisi sakit. Mak bangun mak, nih liat Sumi bawa apa (oh ternyata ibu ini namanya Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar. Ini Ibu saya bang. Ibu itu mengenalkan orang tuanya kepada saya. Mak, Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak. Orang tua itu kaget namun dari wajahnya terlihat senang dan bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, Allahu Akbar, Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga emak qurban.
Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya niatkan buat qurban ibu saya. Aduh GUSTI . Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMU yang satu ini. HambaMu yang miskin harta tapi dia kaya iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengan niat dari ibu ini. Rasanya saya sudah tidak sanggup lagi berlama-lama berada disitu. Saya langsung pamit meninggalkan kebahagiaan penuh keimanan mereka bertiga.
Bang nih ongkos bajajnya! panggil si Ibu, sudah Bu cukup, biar ongkos bajaj saya yang bayar. Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah, karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan saya dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
Kisah ini terjadi ± tahun 1995, sudah cukup lama memang, namun setiap ingin memasuki Idul Adha saya selalu teringat dengan kejadian yang pernah saya alami ini, dan sampai saat ini saya tidak pernah melupakannya.
Awalnya saat saya sedang menjajakan dagangan bersama teman (kami berempat waktu itu), kami mengeluh karena sudah 3 hari kami berdagang baru 6 ekor yang terjual, tidak seperti tahun sebelumnya, biasanya sudah puluhan ekor laku terjual dan hari raya sudah didepan mata (tinggal 2 hari lagi). Kami cukup gelisah waktu itu. Ketika sedang berbincang salah seorang teman mengajak saya untuk sholat ashar dan saya pun bersama teman saya berangkat menuju masjid yang kebetulan dekat dengan tempat kami berjualan. Setelah selesai sholat, seperti biasa saya melakukan zikir dan doa. Untuk saat ini doa saya fokuskan untuk dagangan saya agar Allah memberikan kemudahan semoga kiranya dagangan saya laku/ habis terjual.
Setelah selesai saya dan teman kembali bergegas untuk kembali ke tempat kami jualan, dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak sekali orang disana dan terlihat teman kami yang berada disana kesibukan demi melayani calon pembeli. Akhirnya saya dan teman saya berlari untuk cepat membantu melayani teman kami. Alhamdulillah pada saat itu sudah ada yang membeli beberapa ekor kambing. Terima kasih Ya Rabb, Engkau telah mendengar dan menjawab doa kami, Syukur saya dalam hati.
Namun setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat seorang ibu-ibu sedang memperhatikan dagangan kami, seingat saya ibu ini sudah lama berada disitu, pada saat kami sedang sibuk ibu ini sudah ada namun hanya memperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya Ibu itu mau beli ya? dari tadi liatin dagangan terus, emang gak ditawarin ya?. Sepertinya dari tadi udah ada disitu. Kayaknya Cuma liat-liat aja, mungkin lagi nunggu bus kali. Jawab teman singkat. Memang sih kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya gak akan beli (mohon maaf.. ibu itu berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan kanannya) kalau dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin berqurban.
Namun saya coba hampiri ibu itu dan coba menawarkan. Silahkan bu dipilih hewannya, ada niat untuk qurban ya bu?. Tanpa menjawab pertanyaan saya, ibu itu langsung menunjuk, Kalau yang itu berapa bang? Ibu itu menunjuk hewan yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang itu harganya Rp. 600.000,- bu jawab saya. Harga pasnya berapa bang?. Gak usah tawar lagi ya bu Rp. 500.000 deh kalau ibu mau. Fikir saya memang dari harga segitu keuntungan saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. Uang saya Cuma ada 450 ribu, boleh gak. Waduh saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. Biarlah mungkin ini jalan pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari penampilannya sepertinya bukan orang mampu, kasihan, hitung-hitung kita membantu niat ibu itu untuk berqurban. Sepakat kami berempat. Tapi bawa sendiri ya.. akhirnya si ibu tadi bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia yang bayar dirumah. Setelah saya dikasih alamat rumahnya si ibu itu langsung pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat.
Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallah .. Astaghfirullaah .. Allahu Akbar... Merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya demi melihat keadaan rumah ibu tersebut.
Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu orang anaknya di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari kawat. Saya tidak melihat tempat tidur/kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh. Diatas dipan sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam kondisi sakit. Mak bangun mak, nih liat Sumi bawa apa (oh ternyata ibu ini namanya Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar. Ini Ibu saya bang. Ibu itu mengenalkan orang tuanya kepada saya. Mak, Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak. Orang tua itu kaget namun dari wajahnya terlihat senang dan bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, Allahu Akbar, Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga emak qurban.
Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya niatkan buat qurban ibu saya. Aduh GUSTI . Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMU yang satu ini. HambaMu yang miskin harta tapi dia kaya iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengan niat dari ibu ini. Rasanya saya sudah tidak sanggup lagi berlama-lama berada disitu. Saya langsung pamit meninggalkan kebahagiaan penuh keimanan mereka bertiga.
Bang nih ongkos bajajnya! panggil si Ibu, sudah Bu cukup, biar ongkos bajaj saya yang bayar. Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah, karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan saya dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
Demikian gan trit singkat dari ane, semoga bisa memberi motivasi dan mencerahkan hati.. Ingatlah bahwa Allah bersama-sama orang yang sabar
Mohon di-rate ***** ya gan, biar banyak yang baca
Spoiler for Sumbernya gan...:
http://www.kutungguqurbanmu.com/?page_id=20
Spoiler for BONUS:
MARI BERQURBAN GAN.. Bu Sumi aja bisa, apalagi kita yang Insya Allah lebih mampu
0
3.6K
Kutip
47
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan