- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Penggambaran Gerwani Sebagai Kumpulan Pembunuh Dan Setan (Fitnah dan Fakta Penghancur


TS
abyanara
Penggambaran Gerwani Sebagai Kumpulan Pembunuh Dan Setan (Fitnah dan Fakta Penghancur
karena besok itu peringatan G30SPKI jadi ane buat trit tentang ini, walopun emang rada kontroversial
Quote:
melihat mangsanya datang, anggota pr dan gerwani yang sudah diindoktrinasi dengan kebencian dan kedengkian berteriak-teriak histeris. Sambil menari-nari, mengelilingi para pahlawan revolusi itu, anggota-anggota gerwani dan pemuda rakyat, bti, sobsi dan lain-lain menyanyikan lagu-lagu revolusioner ciptaan komponis-komponis lekra, antara lain lagu-lagu "ganyang kabir", "ganyang 3 setan kota" ciptaan soebroto k atmodjo dan lagu pop yang sedang menjadi top hits pada waktu itu, "genjer-genjer".
Untuk memanaskan suasana, banyak di antara anggota pr dan gerwani itu bahkan menari tanpa busana. Itulah apa yang mereka namakan "pesta harum bunga". Pesta harum bunga seperti ini memang sudah beberapa malam mereka lakukan dalam rangka mengakhiri masa latihan. Pada saat-saat itu batas-batas moral dianggap tidak ada lagi. Hubungan seks secara liar di antara para anggota pr dan gerwani memang sengaja dibiarkan oleh pimpinan latihan kemiliteran, untuk memberi semangat. Seorang dokter bersama dokter ceropeboka telah memberikan suntikan-suntikan yang diduga berisi obat perangsang.
.
Anggota-anggota pr, gerwani dan anggota-anggota ormas pki lainnya yang sudah kemasukan setan itu kemudian diperintahkan untuk menyiksa para tawanan tersebut, sebelum diselesaikan. Nyonya jamilah yang baru berumur 17 tahu itu mengisahkan bahwa mula-mula sukarelawan-sukarelawan memukuli para korbvan yang berteriak-teriak kesakitan. Kemudian disusul sukarelawati-sukarelawati gerwani dan pr beraksi. Mereka yang sudah kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya itu menusuk-nusukkan pisau ke tubuh para korban. Bahkan para korban yang sudah tak berpakaian itu dipotong kemaluannya dengan silet dan dimasukkan ke mulut. Ada 100 orang lebih sukarelawati yang melakukan penyiksaan di luar batas kemanusiaan itu sebelum para korban diseret ke tepi sebuah sumur tua.
Quote:
berita yang dimuat angkatan bersenjata dan berita yudha yang kemudian dikutip berbagai suratkabar, dengan sejumlah tambahan seperti mata dicungkil dan lain-lain, tersebut betul-betul membuat pembaca mual, marah, sekaligus bergidik.2 tak ada yang bisa membayangkan bahwa ada manusia yang bias berbuat kejam di luar batas kemanusian seperti itu. Banyak di antara mereka yang membayangkan para perempuan pelaku kekejaman itu bukan manusia. Mereka lebih mirip sebagai setan perempuan yang jahat, kuntilanak (sundel bolong).3 apalagi belakangan, ditambah dengan pemberitaan tentang meninggalnya ade irma nasution akibat berondongan peluru para pembunuh yang menyasar pimpinan angkatan darat, jendral ah nasution.
Mayjen soeharto, menanggapi berita tersebut dengan menyatakan, "jelaslah bagi kita yang menyaksikan dengan mata kepala, betapa kejamnya aniaya yang telah dilakukan oleh petualang-petualang biadab dari apa yang dinamakan gerakan 30 september."4
antara fakta dan fiksi
yang jadi pertanyaan, betulkah cerita itu sebuah fakta? Apa bukan sekadar fiksi "ajaib" dari sebuah imajinasi yang hebat? Yang jelas, dari sisi jurnalistik, berita tersebut bukan hanya meragukan, tapi sulit untuk dipertanggungjawabkan.5
sejumlah kalangan menyatakan cerita tersebut lebih merupakan sebuah fiksi yang sengaja dihadirkan untuk memberi nuansa teror, sekaligus melegalisasi terror yang lebih kejam terhadap mereka yang dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan para "pahlawan revolusi". Dalam hal ini, sejumlah kalangan mensinyalir, agen intelijen amerika (cia) terlibat.6
kampanye atas kekejaman itu bukan saja dibuat atas dasar kebohongan dan cerita rekaan semata, tapi memang sengaja dirancang untuk menyulut kemarahan umum terhadap kaum komunis dan sekaligus menyiapkan panggung pembunuhan besar-besaran dengan alasan "dendam rakyat".7
gelombang pembunuhan massal yang 'konon" merupakan aksi balas dendam "rakyat" terhadap kelompok komunis yang terjadi pada 1965-1967 sendiri sebetulnya lebih merupakan sebuah hasil manipulasi kebenaran. Sebab, faktanya operasi ini dilakukan oleh pasukan elit angkatan darat yang melakukan gelombang "pergerakan" dari arah jawa barat ke bali. Pasukan yang dipimpin langsung oleh sarwo edhi ini dalam melakukan operasinya dengan mengerahkan para pemuda setempat. Ada banyak kesaksian yang menceritakan bagaimana operasi pembersihan ini dilakukan secara brutal, tanpa mengindahkan hokum dan penghormatan hak asasi, dan lebih merupakan aksi balas dendam yang tak jelas juntrungannya.8
fiksi soal kekejaman yang dijadikan fakta itu bertahan puluhan tahun lamanya dan dikutip berulang-ulang oleh para wartawan dan kalangan sejarawan.9 fakta dan fiksi jelas dua hal yang berbeda. Fakta asli sebetulnya bisa diungkap melalui publikasi hasil otopsi tim medis terhadap jenasah 6 jendral dan seorang perwira yang dikubur di lubang buaya di kawasan halim. Namun fakta ini sepertinya secara sengaja disembunyikan rapat-rapat. Baru pada 1987, seorang indolog dari universitas cornell, ben anderson, mengungkapnya dan menimbulkan kehebohan.10
dari hasil visum tim dokter yang diketuai brigjen tni dr roebiono kertapati didapati bahwa cerita soal penyayatan kelamin oleh anggota gerwani merupakan isapan jempol belaka. Kelamin semua jenasah utuh. Malah ada sebuah jenasah yang kelaminnya belum disunat. Diduga karena almarhum memang beragama kristen. Tentang bola mata yang copot, hal itu dikarenakan saat dicemplungkan ke sumur posisinya adalah kepala terlebih dulu.
Tim dokter yang memeriksa keadaan jenasah merasa ketakutan dfengan adanya tekanan lewat pemberitaan tentang penyayatan penis para jendral yang sama sekali tak terbukti. Mereka mengaku menemui kesulitan dengan penyusunan laporan akhir otopsi, sebab berita yang dilansir media massa dan kemudian berkembang di masyarakat sudah terlanjur misleading.11
fitnah gerwani dan lubang buaya
menurut sakia, yang menurut saya berhasil melacak dan merekonstruksi seluruh bangunan fiksi atas kekejaman perempuan anggota gerwani di lubang buaya, ada unsur ideologis, yaitu terjadinya sebuah amuk ideologis. Di mana para perempuan pelakunya adalah kelompok komunis yang murtad. Mereka, yang konon, dengan bertelanjang menari-nari dan memotong-motong zakar para jendral itu sudah keluar dari model stereotip perempuan indonesia yang normal, "yang baik dan benar".
Namun demikian, dalam penelusurannya, saskia menyimpulkan bahwa sebagai organisasi gerwani tidak terlibat dalam putsch. Memang benar pada saat-saat itu gerwani sudah sangat dekat dengan pki,12 hingga ada garis komando langsung antara pimpinan pki dan perseorangan anggota gerwani, khususnya melalui para anggota pki di dalam gerwani. Keberadaan sejumlah anggota gerwani di kompleks halim (lubang buaya) saat itu lebih dikarenakan adanya latihah para sukarelawan untuk mempersiapkan peningkatan konfrontasi dengan negara "boneka" inggris, malaysia. Mereka adalah bagian dari 21 juta sukarelawan terdaftar di seluruh indonesia yang memenuhi "panggilan dwikora" sebagaimana dikeluarkan presiden soekarno.13 sebagian dari mereka lebih banyak mengurusi dapur umum.
Gerwani sendiri mempunyai tempat latihan di cipete jakarta selatan. Di sana sekitar 50 pemudi dilatih, dalam rangka program pendidikan resmi yang diselenggarakan front nasional, yaitu pendidikan kader revolusi (pekarev). Juga sejumlah organisasi perempuan lain mempunyai tempat latihan masing-masing.
Tempat latihan lubang buaya itu sendiri baru diadakan mulai musim kemarau 1965. Mayor udara suyono memberikan latihan bagi pemuda-pemudi sukarelawan kampanye malaysia itu. Sekurang-kurangnya mulai juli 1965 para anggota pki, pemuda rakyat, sobsi, bti, gerwani telah mengikuti latihan di sana secara bergelombang. Tempat latihan tersebut tidak hanya digunakan untuk sukarelawan dari keluarga komunis, karena sesudah 1 oktober juga para pemuda nu diharapkan akan datang dan mengikuti latihan di tempat itu.14
selain sejumlah perempuan anggota gerwani, juga perempuan dan pemudi dari organisasi lain berada di halim. Mereka itu para sukarelawati dan para istri prajurit dari divisi cakrabirawa, ada yang anggota biasa gerwani dan ada pula yang bukan anggota sama sekali. Sedangkan sukarelawati tersebut terdiri dari para pemudi remaja berumur 13 sampai 16 tahun, yang telah dilatih kemiliteran dalam rangka kampanye dwikora.
Pada malam 30 september sekitar 70 perempuan, sebagian besar pemudi-pemudi dari pemuda rakyat, selebihnya dari sobsi dan bti serta beberapa lagi dari gerwani, termasuk juga beberapa istri prajurit cakrabirawa dikumpulkan di lubang buaya. Apa yang mereka lakukan?
Mayjen soeharto, menanggapi berita tersebut dengan menyatakan, "jelaslah bagi kita yang menyaksikan dengan mata kepala, betapa kejamnya aniaya yang telah dilakukan oleh petualang-petualang biadab dari apa yang dinamakan gerakan 30 september."4
antara fakta dan fiksi
yang jadi pertanyaan, betulkah cerita itu sebuah fakta? Apa bukan sekadar fiksi "ajaib" dari sebuah imajinasi yang hebat? Yang jelas, dari sisi jurnalistik, berita tersebut bukan hanya meragukan, tapi sulit untuk dipertanggungjawabkan.5
sejumlah kalangan menyatakan cerita tersebut lebih merupakan sebuah fiksi yang sengaja dihadirkan untuk memberi nuansa teror, sekaligus melegalisasi terror yang lebih kejam terhadap mereka yang dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan para "pahlawan revolusi". Dalam hal ini, sejumlah kalangan mensinyalir, agen intelijen amerika (cia) terlibat.6
kampanye atas kekejaman itu bukan saja dibuat atas dasar kebohongan dan cerita rekaan semata, tapi memang sengaja dirancang untuk menyulut kemarahan umum terhadap kaum komunis dan sekaligus menyiapkan panggung pembunuhan besar-besaran dengan alasan "dendam rakyat".7
gelombang pembunuhan massal yang 'konon" merupakan aksi balas dendam "rakyat" terhadap kelompok komunis yang terjadi pada 1965-1967 sendiri sebetulnya lebih merupakan sebuah hasil manipulasi kebenaran. Sebab, faktanya operasi ini dilakukan oleh pasukan elit angkatan darat yang melakukan gelombang "pergerakan" dari arah jawa barat ke bali. Pasukan yang dipimpin langsung oleh sarwo edhi ini dalam melakukan operasinya dengan mengerahkan para pemuda setempat. Ada banyak kesaksian yang menceritakan bagaimana operasi pembersihan ini dilakukan secara brutal, tanpa mengindahkan hokum dan penghormatan hak asasi, dan lebih merupakan aksi balas dendam yang tak jelas juntrungannya.8
fiksi soal kekejaman yang dijadikan fakta itu bertahan puluhan tahun lamanya dan dikutip berulang-ulang oleh para wartawan dan kalangan sejarawan.9 fakta dan fiksi jelas dua hal yang berbeda. Fakta asli sebetulnya bisa diungkap melalui publikasi hasil otopsi tim medis terhadap jenasah 6 jendral dan seorang perwira yang dikubur di lubang buaya di kawasan halim. Namun fakta ini sepertinya secara sengaja disembunyikan rapat-rapat. Baru pada 1987, seorang indolog dari universitas cornell, ben anderson, mengungkapnya dan menimbulkan kehebohan.10
dari hasil visum tim dokter yang diketuai brigjen tni dr roebiono kertapati didapati bahwa cerita soal penyayatan kelamin oleh anggota gerwani merupakan isapan jempol belaka. Kelamin semua jenasah utuh. Malah ada sebuah jenasah yang kelaminnya belum disunat. Diduga karena almarhum memang beragama kristen. Tentang bola mata yang copot, hal itu dikarenakan saat dicemplungkan ke sumur posisinya adalah kepala terlebih dulu.
Tim dokter yang memeriksa keadaan jenasah merasa ketakutan dfengan adanya tekanan lewat pemberitaan tentang penyayatan penis para jendral yang sama sekali tak terbukti. Mereka mengaku menemui kesulitan dengan penyusunan laporan akhir otopsi, sebab berita yang dilansir media massa dan kemudian berkembang di masyarakat sudah terlanjur misleading.11
fitnah gerwani dan lubang buaya
menurut sakia, yang menurut saya berhasil melacak dan merekonstruksi seluruh bangunan fiksi atas kekejaman perempuan anggota gerwani di lubang buaya, ada unsur ideologis, yaitu terjadinya sebuah amuk ideologis. Di mana para perempuan pelakunya adalah kelompok komunis yang murtad. Mereka, yang konon, dengan bertelanjang menari-nari dan memotong-motong zakar para jendral itu sudah keluar dari model stereotip perempuan indonesia yang normal, "yang baik dan benar".
Namun demikian, dalam penelusurannya, saskia menyimpulkan bahwa sebagai organisasi gerwani tidak terlibat dalam putsch. Memang benar pada saat-saat itu gerwani sudah sangat dekat dengan pki,12 hingga ada garis komando langsung antara pimpinan pki dan perseorangan anggota gerwani, khususnya melalui para anggota pki di dalam gerwani. Keberadaan sejumlah anggota gerwani di kompleks halim (lubang buaya) saat itu lebih dikarenakan adanya latihah para sukarelawan untuk mempersiapkan peningkatan konfrontasi dengan negara "boneka" inggris, malaysia. Mereka adalah bagian dari 21 juta sukarelawan terdaftar di seluruh indonesia yang memenuhi "panggilan dwikora" sebagaimana dikeluarkan presiden soekarno.13 sebagian dari mereka lebih banyak mengurusi dapur umum.
Gerwani sendiri mempunyai tempat latihan di cipete jakarta selatan. Di sana sekitar 50 pemudi dilatih, dalam rangka program pendidikan resmi yang diselenggarakan front nasional, yaitu pendidikan kader revolusi (pekarev). Juga sejumlah organisasi perempuan lain mempunyai tempat latihan masing-masing.
Tempat latihan lubang buaya itu sendiri baru diadakan mulai musim kemarau 1965. Mayor udara suyono memberikan latihan bagi pemuda-pemudi sukarelawan kampanye malaysia itu. Sekurang-kurangnya mulai juli 1965 para anggota pki, pemuda rakyat, sobsi, bti, gerwani telah mengikuti latihan di sana secara bergelombang. Tempat latihan tersebut tidak hanya digunakan untuk sukarelawan dari keluarga komunis, karena sesudah 1 oktober juga para pemuda nu diharapkan akan datang dan mengikuti latihan di tempat itu.14
selain sejumlah perempuan anggota gerwani, juga perempuan dan pemudi dari organisasi lain berada di halim. Mereka itu para sukarelawati dan para istri prajurit dari divisi cakrabirawa, ada yang anggota biasa gerwani dan ada pula yang bukan anggota sama sekali. Sedangkan sukarelawati tersebut terdiri dari para pemudi remaja berumur 13 sampai 16 tahun, yang telah dilatih kemiliteran dalam rangka kampanye dwikora.
Pada malam 30 september sekitar 70 perempuan, sebagian besar pemudi-pemudi dari pemuda rakyat, selebihnya dari sobsi dan bti serta beberapa lagi dari gerwani, termasuk juga beberapa istri prajurit cakrabirawa dikumpulkan di lubang buaya. Apa yang mereka lakukan?
Quote:
Quote:
trit lainnya yang berkaitan dengan hal g30spki
Quote:
makasih yang udah baca dan komen, silahkan di
bila berkenan 


jangan biarkan peristiwa semacam itu terulang kembali. Cukup sudah tetes darahdan air mata membasahi bumi pertiwi .


tien212700 memberi reputasi
1
32.9K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan