Kaskus

Hobby

amedzjakAvatar border
TS
amedzjak
Islamnya umar (versi sebenarnya)
Umar gelisah tak bisa tidur malam itu. Ia kemudian keluar rumah. Purnama bersinar terang menerangi jalan-jalan kota Mekah yang sepi. Sejenak, Umar melihat seorang berjalan perlahan mendekati Ka'bah. Langkahnya begitu teratur, agak perlahan sebab jalan memang sedikit terjal. Orangnya berperawakan sedang, tidak tinggi, juga tidak pendek. Namun, berkesan ada kekuatan mengelilinginya. Umar segera tersadar, orang itulah yang sangat dibencinya. Orang yang telah membawa banyak problema bagi masyarakat Mekah akibat ajakannya pada Agama baru. Orang yang telah menantang tetuhanan yang telah mereka sembah sejak beberapa abad. Bahkan dengan gamblang orang tsb menyebut itu sebagai tuhan-tuhan palsu. Dan lebih lagi, ia justru mengajak pada Tuhan yang Satu. Orang yang telah memecah belah bangsa Quraish, memisahkan antara anak dan orang tua, menimbulkan perang antar saudara, penyebab bercerainya suami dan istri. Umar naik pitam. Tapi mencoba menahan diri. Ia berfikir, mestinya ada perhitungan dengan Muhammad, paling tidak agar da'wahnya berjalan tersendat.

Perjumpaan dengan Ummu Abdullah


Pagi sebelumnya, Umar berjumpa Ummu Abdullah, sepupunya sendiri. Ia mendapatinya sedang dalam persiapan hijrah ke Abisinia. Umar sempat berucap

"Engkau juga akan pergi?"
"Ya!", sahut Ummu Abdulah. "Umar! Engkau telah menyulitkan kehidupan kami", sambung Ummu Abdullah. "Satu-satunya celah menurutmu, hanya karena kami mempercayai Allah."

Umar terdiam, sebab ia sendiri tak punya alasan tepat untuk membenci sepupunya itu. Perasaan sedih juga merasut dalam dadanya, meyaksikan beberapa anggota klannya sediri meninggalkan Mekah. Tak sadar, Umar berucap menimpali kata-kata Ummu Abdullah

"Mudah-mudahan Tuhan bersamamu"



Maka sejak itulah Ummu Abdullah punya keyakinan bahwa, mungkin suatu ketika Umar akan menjadi seorang muslim. Disampaikannya harapan itu pada suaminya, Amier. "Ah...tak mungkin!", kata Amier. "Seluruh keturunan Khattab boleh saja menjadi muslim, tapi dengan Umar...rasanya sangat jauh. Hatinya lebih keras dari karang." Bagi Umar sendiri, percakapannya dengan Ummu Abdullah meninggalkan kesan cukup dalam. Ia tak menemukan legitimasi atas penyiksaan yang telah dilakukannya pada orang-orang muslim. Sesungguhnya Umar merasa bersalah. Tapi gengsi dan rasa sombong masih melekat dalam dadanya, karena itulah ia gelisah, tak bisa tidur.



Sampai akhirnya malam itu, mendapatkan Muhammad menghampiri Ka'bah. Umar masih dengan gumannya sendiri, sembari mengawasi bayangan Nabi.

"Bukankah orang ini biang kerok dari semua masalah? Penyebab kegoncangan keluarga dan membuat banyak orang-orang seperti tersihir?" Dan kali ini, Ia justru berjalan dengan tenanganya menuju Ka'bah, seolah-olah tak punya rasa takut. Umar semakin jengkel. Ia berkata-kata sendiri.
"Umar! Bukankah engkau orang yang paling berani sekota Mekah? Juga tidakkah Engkau membenci Islam? Terlebih pada orang yang menjadi sumbernya? Yang sekarang justru dengan tenangnya mendekati Ka'bah. Karena itu, buatlah perhitungan Umar!"
Umar, mengendap mengikuti arah Nabi. Kata-kata Ummu Abdullah kembali mengiang di telinganya.

SUMBER
0
2K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan