- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Peneliti Unsoed Masuk Inovator Terbaik Indonesia 2012


TS
anakmamidanpapi
5 Peneliti Unsoed Masuk Inovator Terbaik Indonesia 2012

InsyaAllah bukan
& semoga bermanfaat infonya & semakin menambah kecintaan qt untuk sll berinovasi & berkreasi

Bagi agan2 yg udh ISO dimohon
&
, semoga kebaikan agan2 dibalas dgn kebaikan yg laen, amin

Langsung aje kite ke topiknye yee..




Bagi agan2 yg udh ISO dimohon




Langsung aje kite ke topiknye yee..

Spoiler for Dosen + Peneliti + Inovator Indonesia:
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto mengukir prestasi dalam dunia penelitian. Lima peneliti Unsoed masuk dalam daftar Inovator Terbaik Indonesia 2012 dan penemuan mereka dibukukan oleh Business Inovation Center (BIC) Indonesia yang merupakan hasil bentukan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Adalah Totok Agung Dwi Haryanto, Loekas Susanto, Suwarto, Rifda Naufalin, dan Hery Winarsi. Kelima peneliti tersebut masuk dalam daftar 104 Inovator Terbaik se-Nusantara 2012. Hasil ini diperoleh setelah melakukan seleksi atas 270 proposal dari 11 sektor teknologi.
Menurut Totok Agung Dwi Haryanto, salah satu faktor yang menyebabkan lima peneliti Unsoed dapat menembus daftar tersebut adalah orisinalitas inovasi dan semangat yang berorientasi pada pengembangan sumber daya pedesaan dan kearifan lokal berkelanjutan. "Sebenarnya masih banyak peneliti Indonesia yang memiliki peluang juga masuk sebagai inovator terbaik akan tetapi seringkali mereka terkendala kurangnya informasi, ujar Totok, seperti dilansir dari laman Unsoed, Kamis (30/8/2012).
Totok mengungkap, ketidaktahuan ini pula yang menyebabkan pada tiga buku BIC Indonesia sebelumnya Unsoed belum berhasil menempatkan wakilnya dalam daftar Inovator Terbaik Indonesia. Atas informasi langsung dari BIC Indonesia yang datang ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), akhirnya kami mengetahui informasi seleksi inovasi terbaik ini dan mengikutinya, papar Ketua LPPM Unsoed itu.
Pada buku yang akan diluncurkan hari ini, Kamis (30/8/2012), Loekas Suntaso menggagas inovasi Bio P 60. Penemuan Loekas merupakan solusi untuk mengendalikan penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Sementara itu, Rifda Naufalin berhasil menyulap tanaman kecombrang menjadi bahan pengawet alami. Tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan makanan kini dapat digunakan sebagai pengawet makanan yang sehat dan harga yang terjangkau.
Tidak jauh berbeda, Hery Winarsi juga menggunakan bahan makanan dalam melahirkan inovasi baru. Susu kecambah kedelai (sumbae) berbahan baku dari tepung kecambah kedelai, minerak Zn, vitamin E, dan fruktosa berhasil mengantarkan Hery sebagai salah satu inovator terbaik tahun ini. Bahkan, tidak hanya rasanya yang gurih dan manis sumbae juga memiliki khasiat menurunkan kolesterol total.
Penemuan terakhir adalah inovasi hasil duet antara Totok Agung Dwi Haryanto dan Suwarto. Duo ini mampu menghadirkan Padi Gogo Aromatik Inpago-Unsoed 1yang sudah diresmikan menjadi varietas unggul baru oleh Menteri Pertanian. Tidak hanya itu, penemuan mereka juga telah mengantongi HAKI.
Totok berpesan kepada para peneliti Unsoed untuk terus melanjutkan semangat penelitian dengan mengangkat tema-tema yang memiliki nilai originalitas dan inovasi tinggi dan aktif mencari upaya untuk bisa mempromosikan hasil-hasil penelitiannya. "Jangan merasa inferior untuk berkompetisi dalam seleksi untuk mendapat pengakuan dan penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional," imbuh Totok
Adalah Totok Agung Dwi Haryanto, Loekas Susanto, Suwarto, Rifda Naufalin, dan Hery Winarsi. Kelima peneliti tersebut masuk dalam daftar 104 Inovator Terbaik se-Nusantara 2012. Hasil ini diperoleh setelah melakukan seleksi atas 270 proposal dari 11 sektor teknologi.
Menurut Totok Agung Dwi Haryanto, salah satu faktor yang menyebabkan lima peneliti Unsoed dapat menembus daftar tersebut adalah orisinalitas inovasi dan semangat yang berorientasi pada pengembangan sumber daya pedesaan dan kearifan lokal berkelanjutan. "Sebenarnya masih banyak peneliti Indonesia yang memiliki peluang juga masuk sebagai inovator terbaik akan tetapi seringkali mereka terkendala kurangnya informasi, ujar Totok, seperti dilansir dari laman Unsoed, Kamis (30/8/2012).
Totok mengungkap, ketidaktahuan ini pula yang menyebabkan pada tiga buku BIC Indonesia sebelumnya Unsoed belum berhasil menempatkan wakilnya dalam daftar Inovator Terbaik Indonesia. Atas informasi langsung dari BIC Indonesia yang datang ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), akhirnya kami mengetahui informasi seleksi inovasi terbaik ini dan mengikutinya, papar Ketua LPPM Unsoed itu.
Pada buku yang akan diluncurkan hari ini, Kamis (30/8/2012), Loekas Suntaso menggagas inovasi Bio P 60. Penemuan Loekas merupakan solusi untuk mengendalikan penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Sementara itu, Rifda Naufalin berhasil menyulap tanaman kecombrang menjadi bahan pengawet alami. Tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan makanan kini dapat digunakan sebagai pengawet makanan yang sehat dan harga yang terjangkau.
Tidak jauh berbeda, Hery Winarsi juga menggunakan bahan makanan dalam melahirkan inovasi baru. Susu kecambah kedelai (sumbae) berbahan baku dari tepung kecambah kedelai, minerak Zn, vitamin E, dan fruktosa berhasil mengantarkan Hery sebagai salah satu inovator terbaik tahun ini. Bahkan, tidak hanya rasanya yang gurih dan manis sumbae juga memiliki khasiat menurunkan kolesterol total.
Penemuan terakhir adalah inovasi hasil duet antara Totok Agung Dwi Haryanto dan Suwarto. Duo ini mampu menghadirkan Padi Gogo Aromatik Inpago-Unsoed 1yang sudah diresmikan menjadi varietas unggul baru oleh Menteri Pertanian. Tidak hanya itu, penemuan mereka juga telah mengantongi HAKI.
Totok berpesan kepada para peneliti Unsoed untuk terus melanjutkan semangat penelitian dengan mengangkat tema-tema yang memiliki nilai originalitas dan inovasi tinggi dan aktif mencari upaya untuk bisa mempromosikan hasil-hasil penelitiannya. "Jangan merasa inferior untuk berkompetisi dalam seleksi untuk mendapat pengakuan dan penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional," imbuh Totok
Spoiler for Foto:

Spoiler for Inovasi Prof. Loekas Soesanto, MS., Ph.D:

Unsoed menjawab persoalan pengendalian penyakit tanaman dan penggunaan pestisida di dunia pertanian dengan hasil penelitian Prof. Ir. Loekas Susanto, MS., Ph.D yaitu produk Bio P60. Dengan hadirnya produk ini, diharapkan para petani tidak lagi tergantung dengan Pestisida yang tak jarang meninggalkan residu/racun dalam produk pertanian yang dihasilkan serta menimbulkan pencemaran lingkungan.
Prof. Loekas melakukan penelitian ini sudah sekitar 12 tahun. Berawal dari hasil studi S3 beliau di Belanda dan terus dikembangkan dengan melakukan adopsi dan adaptasi di lingkungan tropis. Bio P60 saat ini telah tersebar di berbagai provinsi di Indonesia dan telah diterapkan oleh para petani di Jawa dengan hasil yang menggembirakan. Bio P60 juga sudah dipamerkan di berbagai pameran dan direncanakan akan dibawa bersama produk-produk unggulan UNSOED yang lain ke Nusa Tenggara Timur oleh Deputy Menristek RI.
Penggunaan Bio P60 tidak hanya sekedar menekan penyakit tanaman hingga 70-80% sehingga meningkatkan produksi pertanian, akan tetapi Bio P60 juga dapat menyelamatkan lingkungan.
Masalah yang mungkin akan timbul berkaitan dengan Bio P60 adalah jika dilepas ke pasar ada kemungkinan ada yang akan mengklaim produknya, sebab Pseudomonas fluorescens memang bisa ditemukan di mana-mana. Akan tetapi untuk mengatasi hal ini Prof. Loekas sudah bekerjasama dengan ahli bioteknologi untuk melihat gen Bio P60 ini sehingga tidak bisa diklaim oleh yang lain sebab gennya pasti berbeda. Saat ini Bio P60 juga dalam proses paten dan syarat-syaratnya sudah lengkap.
(Sumber: http://www.unsoed.ac.id/berita/guru-...ai-pengendali)
Prof. Loekas melakukan penelitian ini sudah sekitar 12 tahun. Berawal dari hasil studi S3 beliau di Belanda dan terus dikembangkan dengan melakukan adopsi dan adaptasi di lingkungan tropis. Bio P60 saat ini telah tersebar di berbagai provinsi di Indonesia dan telah diterapkan oleh para petani di Jawa dengan hasil yang menggembirakan. Bio P60 juga sudah dipamerkan di berbagai pameran dan direncanakan akan dibawa bersama produk-produk unggulan UNSOED yang lain ke Nusa Tenggara Timur oleh Deputy Menristek RI.
Penggunaan Bio P60 tidak hanya sekedar menekan penyakit tanaman hingga 70-80% sehingga meningkatkan produksi pertanian, akan tetapi Bio P60 juga dapat menyelamatkan lingkungan.
Masalah yang mungkin akan timbul berkaitan dengan Bio P60 adalah jika dilepas ke pasar ada kemungkinan ada yang akan mengklaim produknya, sebab Pseudomonas fluorescens memang bisa ditemukan di mana-mana. Akan tetapi untuk mengatasi hal ini Prof. Loekas sudah bekerjasama dengan ahli bioteknologi untuk melihat gen Bio P60 ini sehingga tidak bisa diklaim oleh yang lain sebab gennya pasti berbeda. Saat ini Bio P60 juga dalam proses paten dan syarat-syaratnya sudah lengkap.
(Sumber: http://www.unsoed.ac.id/berita/guru-...ai-pengendali)
Spoiler for Inovasi Dr. Rifda Naufalin:

Bunga kecombrang yang berwarna pink ini rasanya asam segar. Dibuat sambal atau sebagai bumbu gulai khas Sumatra. Kecombrang yang wangi segar ini sangat kaya manfaat. Kini ekstraknya bisa menjadi pengawet makanan alami.
Kecombrang atau honje merupakan sejenis tumbuhan rempah yang buah, bunga dan bijinya bisa dimanfaatkan sebagai sayuran. Sayuran ini berwarna merah muda, jika batangnya sudah tua akan berbentuk seperti tanaman jahe, tumbuh tegak dan banyak. Sedangkan rimpangnya tebal berwarna krem dan ketika masih muda warnanya merah jambu. Sayuran ini bertekstur lembut dan segar.
Pada masakan nusantara, kecombrang sering dijadikan sebagai bahan campuran dan penyedap masakan. Kalau di Jawa Barat dijadikan lalap dengan direbus dan dicocol sambal. Di daerah Banyumas, kecombrang dikukus untuk dijadikan pecel. Di Medan sebagai bahan dasar sayur asam karo. Lain halnya di negara Malaysia dan Singapura, kecombrang kerap menjadi unsur penting membuat laksa.
Jika dimakan segar kecombrang dapat mengeluarkan aroma harum pada tubuh. Selain itu jika sedang terkena campak batang kecombrang bisa menghilangkan bintik-bintik campak dengan mengoleskan ke tubuh. Kini ekstrak kecombrang juga dijadikan pengawet makanan alami.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, ternyata ekstrak kecombrang bisa dijadikan pengawet makanan alami. Beberapa makanan yang bisa diawetkan menggunakan ekstrak kecombrang di antaranya, tahu, bakso, siomay, mie basah, nughet dan masih banyak lainnya. Pengawet ini cukup aman untuk dikonsumsi karena terbuat dari bahan alami.
Mulanya kecombrang dikeringkan dengan cabinet dryer bersuhu 50 derajat celcius selama 20 jam, setelah itu dilakukan penggilingan dan analisa. Ekstrak kecombrang yang sudah dikeringkan menjadi bubuk kecombrang berwarna merah muda dan siap digunakan sebagai pengawet makanan yang aman dikonsumsi.
(Sumber: http://bkpp.jogjaprov.go.id/v2/conte...ik-Kecombrang)
Kecombrang atau honje merupakan sejenis tumbuhan rempah yang buah, bunga dan bijinya bisa dimanfaatkan sebagai sayuran. Sayuran ini berwarna merah muda, jika batangnya sudah tua akan berbentuk seperti tanaman jahe, tumbuh tegak dan banyak. Sedangkan rimpangnya tebal berwarna krem dan ketika masih muda warnanya merah jambu. Sayuran ini bertekstur lembut dan segar.
Pada masakan nusantara, kecombrang sering dijadikan sebagai bahan campuran dan penyedap masakan. Kalau di Jawa Barat dijadikan lalap dengan direbus dan dicocol sambal. Di daerah Banyumas, kecombrang dikukus untuk dijadikan pecel. Di Medan sebagai bahan dasar sayur asam karo. Lain halnya di negara Malaysia dan Singapura, kecombrang kerap menjadi unsur penting membuat laksa.
Jika dimakan segar kecombrang dapat mengeluarkan aroma harum pada tubuh. Selain itu jika sedang terkena campak batang kecombrang bisa menghilangkan bintik-bintik campak dengan mengoleskan ke tubuh. Kini ekstrak kecombrang juga dijadikan pengawet makanan alami.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, ternyata ekstrak kecombrang bisa dijadikan pengawet makanan alami. Beberapa makanan yang bisa diawetkan menggunakan ekstrak kecombrang di antaranya, tahu, bakso, siomay, mie basah, nughet dan masih banyak lainnya. Pengawet ini cukup aman untuk dikonsumsi karena terbuat dari bahan alami.
Mulanya kecombrang dikeringkan dengan cabinet dryer bersuhu 50 derajat celcius selama 20 jam, setelah itu dilakukan penggilingan dan analisa. Ekstrak kecombrang yang sudah dikeringkan menjadi bubuk kecombrang berwarna merah muda dan siap digunakan sebagai pengawet makanan yang aman dikonsumsi.
(Sumber: http://bkpp.jogjaprov.go.id/v2/conte...ik-Kecombrang)
Spoiler for Inovasi Dr. Hery Winarsi:

Penelitian Dr. Hery Winarsi dilakukan terhadap penderita diabetes tipe 2 (DM-2) atau disebut juga dengan obesity related diabetes atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). DM-2 dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia. Umumnya gejala awal DM-2 tidak dapat dideteksi. Bahkan, satu dari tiga orang pengidap DM-2 tidak mengetahui jika dia mengidap penyakit tersebut.
Diabetes adalah suatu kondisi kronis yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi. Kondisi ini membuat kadar gula dalam darah meningkat yang kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung, kebutaan, dan komplikasi serius lainnya. Dalam kasus diabetes, sel-sel tidak dapat menyerap glukosa dengan baik. Hal ini berakibat pada meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Resistensi insulin ini membuat kadar insulin dalam tubuh menjadi berlebihan. Akan tetapi, kelebihan insulin ini tidak digunakan oleh otot, liver, dan sel-sel lemak.
Penderita DM-2 mengalami defisiensi insulin, defisiensi Zn, dan rentan terhadap infeksi. Upaya penyembuhan dengan obat sintetis menyebabkan efek samping. Alternatif pengobatan sebagai terapi penyakit ini yaitu menggunakan bahan alami yang aman (back to nature), salah satunya dengan konsumsi protein kecambah kedelai plus Zn. Penelitian Dr. Hery Winarsi bertujuan untuk mengetahui pengaruh susu protein kecambah kedelai plus Zn terhadap kadar hormon insulin dan jumlah leukosit pada penderita DM-2.
Setelah 2 bulan intevensi kadar insulin responden yang diberi susu protein kecambah kedelai plus Zn mengalami peningkatan, sedangkan jumlah leukosit menurun. Kesimpulannya pemberian susu protein kecambah kedelai selama 2 bulan mampu meningkatkan sekresi insulin dan menormalkan jumlah leukosit responden.
(Sumber: http://bio.unsoed.ac.id/470-sekresi-...konsumsi-susu)
Diabetes adalah suatu kondisi kronis yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi. Kondisi ini membuat kadar gula dalam darah meningkat yang kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung, kebutaan, dan komplikasi serius lainnya. Dalam kasus diabetes, sel-sel tidak dapat menyerap glukosa dengan baik. Hal ini berakibat pada meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Resistensi insulin ini membuat kadar insulin dalam tubuh menjadi berlebihan. Akan tetapi, kelebihan insulin ini tidak digunakan oleh otot, liver, dan sel-sel lemak.
Penderita DM-2 mengalami defisiensi insulin, defisiensi Zn, dan rentan terhadap infeksi. Upaya penyembuhan dengan obat sintetis menyebabkan efek samping. Alternatif pengobatan sebagai terapi penyakit ini yaitu menggunakan bahan alami yang aman (back to nature), salah satunya dengan konsumsi protein kecambah kedelai plus Zn. Penelitian Dr. Hery Winarsi bertujuan untuk mengetahui pengaruh susu protein kecambah kedelai plus Zn terhadap kadar hormon insulin dan jumlah leukosit pada penderita DM-2.
Setelah 2 bulan intevensi kadar insulin responden yang diberi susu protein kecambah kedelai plus Zn mengalami peningkatan, sedangkan jumlah leukosit menurun. Kesimpulannya pemberian susu protein kecambah kedelai selama 2 bulan mampu meningkatkan sekresi insulin dan menormalkan jumlah leukosit responden.
(Sumber: http://bio.unsoed.ac.id/470-sekresi-...konsumsi-susu)
Sumber:
http://kampus.okezone.com/read/2012/...indonesia-2012
0
3.3K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan