Seperti dalam arti harafiahnya, bahwa terorisme masih saja membuat ketakutan dan kengerian di kalangan masyarakat.

Bahkan, tujuan dari si pelaku teror seakan menambah kengerian tadi menjadi lengkap dengan ketakutan yang amat sangat. Karena, aksi teror dengan menelan korban sudah tidak pandang bulu. Siapapun bisa menjadi sasaran aksi teror.

Maka, tak heran bila sudah banyak pelaku teror yang ditangkap, malah tidak sedikit yang menjadi mati sia-sia diterjang peluru aparat keamanan yang menjadikan tindakan teror tidak berhenti begitu saja. Betapa kuatnya tekad dan keyakinan mereka, sehingga tidak bisa ditakut-takuti dengan kematian sekalipun.

Sepertinya belum ada indikasi dan situasi yang menunjukkan bahwa kelompok teroris mengalami kelemahan atau vakum. Tapi, mereka sepertinya hanya sebatas mengalami hibernasi, dan itu pun hanya terjadi pada kelompok besar saja, seperti Jamaah Islamiyah.

Sedangkan sejumlah kelompok sempalan lain masih terus tumbuh subur sepanjang waktu. Hal demikian diamini oleh seorang peneliti masalah terorisme Taufik Andrie, dari Yayasan Prasasti Perdamaian.

Ia mengkatakan, bahwa jaringan terorisme di Indonesia tidak pernah sepenuhnya mati. Bahkan, teroris-teroris yang ditangkap beberapa bulan lalu bukan berarti ada suatu kebangkitan kembali.

Tetapi, mereka itu tetap ada meski tidak melakukan serangan-serangan yang frontal, dan keberadaannya tentu saja mudah dideteksi oleh aparat keamanan, sehingga penangkapannya lebih mudah dilakukan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyaad Mbai pernah mengatakan, bahwa aset teroris diduga merupakan hasil kumpulan melalui sistem berjenjang alias multi level marketing.

Dalam sistem itu, seseorang akan menjadi member (anggota) yang tugasnya akan mencari orang lain untuk dijadikan anggota berikutnya. Jika sudah memperoleh anggota yang baru, maka dia akan mendapat suatu credit point.

Bukan itu saja, seiring waktu modus yang digunakan oleh jaringan teroris baik dalam menggalang dana atau mencari anggota baru semakin modern. Hal ini dikarenakan para anggotanya kebanyakan berusia muda.

Mereka direkrut oleh anggota senior dan dilatih dengan tujuan regenerasi. Regenerasi sendiri selalu terjadi dan hal ini biasanya luput dari jangkauan pemerintah dan aparat negara. Regenerasi berlangsung terus-menerus karena orang yang menyukai ideologi jihad dan ingin terlibat dalam kelompok ini demikian besar.

Dengan melihat militansi dan kegigihan pelaku terorisme, maka aparat keamanan, termasuk aparat intelijen agar bisa mereduksi potensi mereka. Informasi yang terputus (missing link) yang disebabkan tewasnya pelaku terorisme karena penggerebekan, harus bisa digali kembali guna menemukan jaringan mereka. Oleh karena itu, terorisme jangan sampai menjadi tumbuh subur di negeri tercinta ini. Amin.