- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sebenarnya, Apa yang Menyebabkan Jalanan Macet?


TS
dblacking
Sebenarnya, Apa yang Menyebabkan Jalanan Macet?
Quote:
Sebelumnya maaf jika kata-kata yang saya gunakan adalah kata-kata baku, karena saya beranggapan bahwa kata-kata baku tidak kalah keren dengan kata-kata anak muda jaman sekarang. 

Spoiler for pic:
Quote:
Mungkin kita sebagai penduduk kota, pasti sudah pernah 'mencicipi' rasanya macet. Bosan, gerah, dan bahkan mungkin marah kita rasakan akibat sang penyakit kota ini.
Quote:
Pada 'thread' ini, saya akan mengkaji, sebenarnya apa yang menyebabkan jalanan di perkotaan bisa macet. Sabar membaca nya ya, karena tulisan berikut akan panjang. 

Quote:
Senin, 3 September 2012
Pukul 17.15, setelah saya berdiskusi dengan beberapa teman di sekolah, saya dan salah seorang teman saya berangkat pulang.
Seperti biasa, dari sekolah saya, yaitu SMA Negeri 10 Bandung, saya berjalan sampai Jalan Suci (Jalan Penghulu Haji Hasan Mustopa) untuk naik angkutan umum. Ketika saya sampai di Jalan Suci, 'wow', macet sudah terlihat dari arah Gasibu (menuju ke arah Ujungberung). Entah mengapa, jalur yang berlawanan dengan arah tersebut ikut macet. Akhirnya, saya dan teman saya memutuskan untuk berjalan sampai Jalan Pahlawan.
Seiring dengan berjalan, saya melihat sesuatu yang aneh bagi saya, meskipun hal tersebut bukan hal yang baru. Kendaraan (baik mobil, bis, truk maupun sepeda motor) yang menuju arah Ujungberung (dari arah Gasibu), 'memakan' ruas jalan arah sebaliknya, akibatnya, kendaraan dari arah sebaliknya terpaksa 'mepet' ke kiri jalan.
Kami terus berjalan ke arah Jalan Pahlawan, searah dengan arah ruas jalan yang 'di-pepet' tadi. Ruas jalan tersebut terus 'di-pepet' oleh sepeda motor dari arah berlawanan, hingga yang harusnya Jalan Suci terbagi menjadi 2 jalur - 2 jalur menjadi 3 jalur - 1 jalur.
Saya dan teman saya prihatin atas hal tersebut. Mengapa orang-orang tidak mau tertib dan inginnya 'selonong' langsung ke depan? Itulah yang kami bicarakan hingga akhirnya kami melihat ruas jalur terakhir yang tersisa habis 'dilahap' sepeda motor. Seolah-olah, sekarang 4 jalur itu menjadi searah (menuju Ujungberung). Sungguh mengenaskan, seolah-olah sifat egois sudah 'tertanam' pada pengendara sepeda motor.
Mungkin karena tidak mau kalah, mobil dan kendaraan besar lainnya ikut menyalip dari belakang. 'Termakan' sudah jalur tersebut.
Karena terhalang oleh mobil dari arah Ujungberung, sepeda motor dan mobil yang sebelumnya bermaksud untuk menyalip 'barisan macet' dari kanan 'barisan' tersebut, malah berusaha 'nyelip' di 'barisan'.
Akhirnya mobil yang di 'barisan' tersebut terpaksa 'mengalah' demi keselamatan pengendara motor tersebut, dan mobil tersebut pun berhenti dalam 'barisan'-nya. Akibatnya, terjadilah macet, karena mobil yang di depannya berhenti akibat 'mengalah' pada sepeda motor tersebut. Dan, hal ini terulang sampai 'barisan' belakang, maka seolah-olah 'barisan' berhenti 'total'.
Untungnya, ada warga sekitar yang menyuruh motor yang 'melawan' kendaraan arah berlawanan untuk memutar balik. Berkat mereka, kendaraan dari arah Ujungberung bisa bergerak kembali.
Dari cerita yang saya deskripsikan tadi, kita sudah dapat menggambarkan sebagian kecil penyebab dari macet. Apakah itu?
Ya, itulah sifat egois para pengendara. Saya tidak menyalahkan pihak tertentu dalam hal ini, karena masih banyak juga yang menaati aturan. Tetapi jika dibandingkan dengan pelanggar, mungkin masih bisa dibilang sebanding jumlahnya, atau bahkan lebih banyak pelanggar daripada pengendara yang menaati aturan.
Pukul 17.15, setelah saya berdiskusi dengan beberapa teman di sekolah, saya dan salah seorang teman saya berangkat pulang.
Seperti biasa, dari sekolah saya, yaitu SMA Negeri 10 Bandung, saya berjalan sampai Jalan Suci (Jalan Penghulu Haji Hasan Mustopa) untuk naik angkutan umum. Ketika saya sampai di Jalan Suci, 'wow', macet sudah terlihat dari arah Gasibu (menuju ke arah Ujungberung). Entah mengapa, jalur yang berlawanan dengan arah tersebut ikut macet. Akhirnya, saya dan teman saya memutuskan untuk berjalan sampai Jalan Pahlawan.
Spoiler for denah mini:
<---- GASIBU | UJUNGBERUNG ---->
Sekolah saya yang kotak warna merah tua di Jalan Cikutra (diatas Jalan Sekepanjang 3).
Berjalan dari arah sekolah menuju Jalan Penghulu Haji Hasan Mustopa, lalu belok kiri menuju Jalan Pahlawan.

Sekolah saya yang kotak warna merah tua di Jalan Cikutra (diatas Jalan Sekepanjang 3).
Berjalan dari arah sekolah menuju Jalan Penghulu Haji Hasan Mustopa, lalu belok kiri menuju Jalan Pahlawan.
Seiring dengan berjalan, saya melihat sesuatu yang aneh bagi saya, meskipun hal tersebut bukan hal yang baru. Kendaraan (baik mobil, bis, truk maupun sepeda motor) yang menuju arah Ujungberung (dari arah Gasibu), 'memakan' ruas jalan arah sebaliknya, akibatnya, kendaraan dari arah sebaliknya terpaksa 'mepet' ke kiri jalan.
Kami terus berjalan ke arah Jalan Pahlawan, searah dengan arah ruas jalan yang 'di-pepet' tadi. Ruas jalan tersebut terus 'di-pepet' oleh sepeda motor dari arah berlawanan, hingga yang harusnya Jalan Suci terbagi menjadi 2 jalur - 2 jalur menjadi 3 jalur - 1 jalur.
Saya dan teman saya prihatin atas hal tersebut. Mengapa orang-orang tidak mau tertib dan inginnya 'selonong' langsung ke depan? Itulah yang kami bicarakan hingga akhirnya kami melihat ruas jalur terakhir yang tersisa habis 'dilahap' sepeda motor. Seolah-olah, sekarang 4 jalur itu menjadi searah (menuju Ujungberung). Sungguh mengenaskan, seolah-olah sifat egois sudah 'tertanam' pada pengendara sepeda motor.
Mungkin karena tidak mau kalah, mobil dan kendaraan besar lainnya ikut menyalip dari belakang. 'Termakan' sudah jalur tersebut.
Karena terhalang oleh mobil dari arah Ujungberung, sepeda motor dan mobil yang sebelumnya bermaksud untuk menyalip 'barisan macet' dari kanan 'barisan' tersebut, malah berusaha 'nyelip' di 'barisan'.
Akhirnya mobil yang di 'barisan' tersebut terpaksa 'mengalah' demi keselamatan pengendara motor tersebut, dan mobil tersebut pun berhenti dalam 'barisan'-nya. Akibatnya, terjadilah macet, karena mobil yang di depannya berhenti akibat 'mengalah' pada sepeda motor tersebut. Dan, hal ini terulang sampai 'barisan' belakang, maka seolah-olah 'barisan' berhenti 'total'.
Untungnya, ada warga sekitar yang menyuruh motor yang 'melawan' kendaraan arah berlawanan untuk memutar balik. Berkat mereka, kendaraan dari arah Ujungberung bisa bergerak kembali.
Dari cerita yang saya deskripsikan tadi, kita sudah dapat menggambarkan sebagian kecil penyebab dari macet. Apakah itu?
Ya, itulah sifat egois para pengendara. Saya tidak menyalahkan pihak tertentu dalam hal ini, karena masih banyak juga yang menaati aturan. Tetapi jika dibandingkan dengan pelanggar, mungkin masih bisa dibilang sebanding jumlahnya, atau bahkan lebih banyak pelanggar daripada pengendara yang menaati aturan.
Quote:
Saya disini bukan maksud menyalahkan, tapi bermaksud untuk mengajak. Marilah, kita sama-sama intropeksi diri (termasuk 'TS'
, mengapa 'combo' macet tersebut bisa terjadi. 


0
3.5K
Kutip
50
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan