- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Krisis Paksa Warga Italia Jauhi Fast Food


TS
bebek.goreng
Krisis Paksa Warga Italia Jauhi Fast Food
Lebih dari 1/3 warga Italia kini mengurangi belanja makanan.

VIVAnews - Krisis ekonomi yang belakangan ini melanda Italia tidak saja mengundang dampak negatif. Ternyata, bagi sebagian kalangan, ada juga sisi positifnya: krisis ini "memaksa" banyak keluarga memasak makanan sendiri dengan resep tradisional dan mengurangi jajan makanan cepat saji (fast-food). Selain hemat, juga sehat.
Di pinggir Kota Giovinazzo, Italia bagian selatan, beberapa waktu lalu muncul kegiatan "festival roti isi resep warisan nenek." Didukung sejumlah relawan, panitia festival ramai-ramai membuat roti isi khas Italia, panini, yang murah meriah. Resepnya praktis dan tidak mahal, persis masakan rumahan ala nenek.
Menurut panitia, festival tahunan ini sudah diselenggarakan sejak 1995 oleh sekelompok remaja yang saat itu prihatin akan populernya makanan cepat saji maupun yang dijual di supermarket. Tujuh belas tahun kemudian, acara itu ditunggu banyak orang yang sudah merasakan dampak krisis ekonomi.
"Kita kini hidup di masa sulit. Tidak banyak orang yang kini bisa makan di restoran. Namun, mereka bisa mampir ke sini dan membeli roti isi yang hanya seharga 2 euro dan merasa senasib orang lain," kata panitia bernama Gianfranco Stufano, yang dikutip stasiun berita BBC.
Seorang ibu dua anak bernama Angela mengaku kini dirinya memilih memasak di rumah saat harga makanan kini cenderung lebih mahal dari biasanya. "Semakin sedikit saja uang yang kami punya setiap pekan untuk dibelanjakan di supermarket. Maka kami kini sering membandingkan harga untuk mencari produk yang lebih murah," kata Angela.
Institus Statistik Nasional mengungapkan bahwa lebih dari sepertiga warga Italia kini memotong anggaran untuk membeli makanan. Mereka pun kembali ke resep masakan rumahan karena situasi ekonomi yang sulit. Lagipula juga ada unsur nostalgianya bisa memasak sesuai resep warisan turun-temurun.
Para penjual koran dan majalan di kios-kios mengaku kini produk yang laku dibeli bukanlah majalah kuliner mahal, yang berkertas glossy, melainkan majalah seperti Cucina Economica (Memasak Murah) dan Cucina della Nonna (Masakan ala Nenek).
Pakar nutrisi, dr. Domenico Caccavo, menilai perubahan pola hidup di tengah krisis itu justru berdampak positif bagi warga Italia sendiri. "Sebelum ada krisis, orangtua di zaman modern ini tidak kepikiran untuk membuat masakan sendiri, seperti para pendahulu mereka," kata Caccavo.
Kini, banyak orang tua kembali ke resep kuliner tradisional, yang kaya dengan minyak zaitun dan tomat. "Ini justru sumber karbohidrat dan nutrisi yang lebih baik," kata Caccavo seperti dikutip BBC.
Ini juga merupakan situasi yang ironis. Daripada kampanye gencar makanan sehat, krisis ekonomi justru lebih efektif membuat warga menjauhi makanan yang kurang bergizi.
=====
gue juga musti mulai menjauhi pizza hut nih,
paling engga sampe gajian minggu depan

VIVAnews - Krisis ekonomi yang belakangan ini melanda Italia tidak saja mengundang dampak negatif. Ternyata, bagi sebagian kalangan, ada juga sisi positifnya: krisis ini "memaksa" banyak keluarga memasak makanan sendiri dengan resep tradisional dan mengurangi jajan makanan cepat saji (fast-food). Selain hemat, juga sehat.
Di pinggir Kota Giovinazzo, Italia bagian selatan, beberapa waktu lalu muncul kegiatan "festival roti isi resep warisan nenek." Didukung sejumlah relawan, panitia festival ramai-ramai membuat roti isi khas Italia, panini, yang murah meriah. Resepnya praktis dan tidak mahal, persis masakan rumahan ala nenek.
Menurut panitia, festival tahunan ini sudah diselenggarakan sejak 1995 oleh sekelompok remaja yang saat itu prihatin akan populernya makanan cepat saji maupun yang dijual di supermarket. Tujuh belas tahun kemudian, acara itu ditunggu banyak orang yang sudah merasakan dampak krisis ekonomi.
"Kita kini hidup di masa sulit. Tidak banyak orang yang kini bisa makan di restoran. Namun, mereka bisa mampir ke sini dan membeli roti isi yang hanya seharga 2 euro dan merasa senasib orang lain," kata panitia bernama Gianfranco Stufano, yang dikutip stasiun berita BBC.
Seorang ibu dua anak bernama Angela mengaku kini dirinya memilih memasak di rumah saat harga makanan kini cenderung lebih mahal dari biasanya. "Semakin sedikit saja uang yang kami punya setiap pekan untuk dibelanjakan di supermarket. Maka kami kini sering membandingkan harga untuk mencari produk yang lebih murah," kata Angela.
Institus Statistik Nasional mengungapkan bahwa lebih dari sepertiga warga Italia kini memotong anggaran untuk membeli makanan. Mereka pun kembali ke resep masakan rumahan karena situasi ekonomi yang sulit. Lagipula juga ada unsur nostalgianya bisa memasak sesuai resep warisan turun-temurun.
Para penjual koran dan majalan di kios-kios mengaku kini produk yang laku dibeli bukanlah majalah kuliner mahal, yang berkertas glossy, melainkan majalah seperti Cucina Economica (Memasak Murah) dan Cucina della Nonna (Masakan ala Nenek).
Pakar nutrisi, dr. Domenico Caccavo, menilai perubahan pola hidup di tengah krisis itu justru berdampak positif bagi warga Italia sendiri. "Sebelum ada krisis, orangtua di zaman modern ini tidak kepikiran untuk membuat masakan sendiri, seperti para pendahulu mereka," kata Caccavo.
Kini, banyak orang tua kembali ke resep kuliner tradisional, yang kaya dengan minyak zaitun dan tomat. "Ini justru sumber karbohidrat dan nutrisi yang lebih baik," kata Caccavo seperti dikutip BBC.
Ini juga merupakan situasi yang ironis. Daripada kampanye gencar makanan sehat, krisis ekonomi justru lebih efektif membuat warga menjauhi makanan yang kurang bergizi.
=====
gue juga musti mulai menjauhi pizza hut nih,
paling engga sampe gajian minggu depan

0
4K
45


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan