Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

IdFilmCenterAvatar border
TS
IdFilmCenter
[Official Thread] Jurnal Orlow: Cannes: Keglamoran, Hingar bingar dan Bisnis
[Official Thread] Jurnal Orlow: Cannes: Keglamoran, Hingar bingar dan Bisnis


Rabu 16 Mei 2012 – Kamis 17 Mei 2012
Saya dalam perjalanan menuju Festival Film Cannes.
Saya selalu pergi ke Cannes dengan keperluan memilih film untuk Jakarta International Film Festival (JiFFest) karena saya adalah direktur JiFFest selama 4 tahun. Sayangnya sekarang ga ada lagi JiFFest. Setelah saya keluar, ga ada yang bisa mencari uang untuk menyelenggarakannya. emoticon-Berduka (S)

Nah sekarang saya ke cannes untuk tujuan yang lain, saya menjalani tugas baru saya sebagai direktur Festival Film Europe on Screen. emoticon-Malu (S)

Festival Film Europe on Screen adalah festival film kecil yang berlangsung di Jakarta berlangsung dari 23 November 2012 hingga 2 Desember 2012. Cannes adalah tujuan utama saya, karena disana kebanyakan agen penjual film berdatangan, dan banyak negara yang membuka booth (pameran) untuk mewakili komunitas film mereka.

Spoiler for Suasana meriahnya Cannes:


Selama 10 hari penyelenggaraan Festival Film Cannes sekitar 25.000 – 40.000 penjual dan pembeli, produser dan sutradara saling bertemu. Mereka semua bertemu untuk keperluan bisnis. Kebanyakan dari kita melihat Cannes sebagai tempat dimana kita bisa menyaksikan aktor aktris kenamaan yang berjalan dan melewati karpet merah (red carpet). Kompetisi film dari festival lah yang lebih penting dari segala hingar bingar dan keglamoran yang dipertontonkan di luar. Mayoritas orang datang ke Cannes ya untuk berbisnis.

Secara samar-samar para produser film yang muncul di beberapa ajang kompetisi film berusaha menjual film mereka, namun terdapat lebih dari ratusan film yang ditawarkan Marche du Film(Pasar film). Marche du Film adalah pasar film terbesar di dunia. Ini merupakan pasar sungguhan. Terdapat banyak sekali booth (pameran) yang memamerkan poster-poster dan menyuguhkan katalog berisi penjelasan film apa yang mereka jual. Bisa jadi aksi, komedi, semi-porno, dan genre lainnya.

Para distributor berkeliling untuk membeli. Kita bisa melihat banyak sekali film pada booth (pameran) atau pada pasar yang diputar pada satu teater mini di Cannes. Kebanyakan dari film-film tersebut adalah film yang tidak dilombakan, seperti drama India atau thriller Afrika Selatan atau horror Thai. Selanjutnya perbisnisan terjadi di kamar hotel, di selasar disela-sela pesta-pesta dan makan siang. Atau hal lain yang terjadi adalah para produser ini hadir di Cannes untuk membeli atau menjual film mereka, atau semacam pra-jual naskah film mereka, atau mencari sumber pendanaan film yang mereka buat.

Spoiler for Diluar pasar film,:


Spoiler for Pavilion-pavilion negara-negara:


Saya di Cannes untuk memilih beberapa film untuk festival Film Europe on Screen. Memilih film sih pekerjaan yang tidak sulit, tapi memperoleh izin untuk mendapatkan film itu loh yang susah setengah mati. Film besar punya agen penjualan (mereka berada pada sebuah booth di Marche atau pada sebuah kantor yang disulap menjadi kantor di La Croisette). Agen-agen penjualan ini masuk ke bisnis perfilman ya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Mereka berupaya menjual film mereka kepada sebanyak mungkin pihak-pihak.

(Sekalipun kita terkadang melakukannya sebagai pre-premiere sebelum film yang kita miliki di rilis di bioskop-bioskop). Fungsi dari festival adalah untuk memperlihatkan beberapa hal yang mungkin tidak dapat disaksikan selain disini. Jika film tidak terjual kepada Indonesia, maka agen penjualan tetap mengharapkan biaya pemutaran, karena mereka tetap menginginkan uang. Pada umumnya mereka meminta 1.000 dollar untuk dua kali pemutaran. Jumlah yang fantastis untuk film festival adalah untuk keperluan biaya pengiriman print 35mm. Itu sebenarnya yang menjadikan sebuah festival sangat mahal.

Spoiler for Maka dari itu,:


Perjalanan dari Jakarta menuju Cannes sangat lama. Saya berangkat sejak hari Rabu jam 15.05 dari Jakarta menuju Paris, kemudian saya naik TGV (kereta super cepat) menuju Cannes dan tiba pada hari Kamis jam 15.53. Saya langsung bergegas menuju ke ruang registrasi festival. Karena saya mau menghadiri pemutaran film Lewat jam Malam karya smar Ismail yang berlangsung di Salle Bunuel pada jam 17.15, dan saya hanya bisa masuk dan nonton jika saya memakai tanda pengenal yang disediakan.

Lewat Jam Malam adalah sebuah film dari tahun 1954 yang direstorasi dengan dukungan dana Museum Nasional Singapura dan juga oleh World Cinema Foundation (pimpinan Martin Scorsese. Restorasi berhasil diselesaikan oleh L’Immagine Ritrovata di Bologna. Film ini merupakan film pilihan JB Kristanto. Beberapa tahun yang lalu Alex Sihar, Lintang Gitomartoyo dan Lisabona Rahman (dari Konfiden dan Kineforum) memimpin proses restorasi. Ini merupakan hasil kerja keras mereka yang luar biasa.

Kondisi teater pada saat pemutaran 80% penuh terisi oleh para penonton. emoticon-SelamatJumlah yang fenomenal untuk sebuah pemutaran film dari tahun 1954. Disana hadir juga direktur Sinematek , Pak Berty dan Pak Ukus dari Dirjen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. emoticon-I Love Indonesia Sepanjang pemutaran film saya ga berhenti berpikir emoticon-Bingung kenapa film Indonesia direstorasi menggunakan dana Museum Nasional Singapura dan World Cinema Foundation. Dimana uang dari pemerintah Indonesia? Mengapa hanya satu film yang direstorasi, sementara terdapat ratusan film milik Sinematek yang sangat perlu untuk direstorasi mengantre?

Saya membayangkan apa ada diantara orang Indonesia yang hadir pada pemutaran di Cannes merasa malu bahwa uang yang digunakan untuk merestorasi film karya Usmar Ismail berasal dari asing. Beberapa minggu yang lalu, terdapat sebuah artikel mengenai restorasi pada koran Kompas dan Jakarta Post. Saya memiliki harapan pemberitaan itu dapat meningkatkan minat untuk kegiatan restorasi film-film klasik di Indonesia. Kenyataan bahwa Lewat Jam Malam berhasil ditayangkan di Cannes adalah sebuah langkah besar, dan mengundang banyak perhatian. Mari berharap orang-orang di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia dan / atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayan akan mulai memikirkan hal ini.

Senin 21 Mei 2012
Pada pukul 1.30 saya bertemu dengan Direktur Eye Film Institute, Sandra den Hamer, di pavilion Belanda. Saya kemudian bertanya mengenai status Tiga Dara. Dia menyampaikan Eye Film Institute tidak memiliki dana untuk melakukan restorasi pada level 4K (level tertinggi), dan Lewat Jam malam sekalipun berhasil direstorasi pada level 2K, oleh karenanya dia akan membahas kemungkinan untuk tetap meneruskan restorasi pada pertemuan selanjutnya. Jika Eye Film Institute ga bisa melanjutkan, saya memiliki waktu hingga akhir tahun untuk tetap melakukan restorasi. emoticon-Angel

emoticon-thumbsup
Saya akan terus mengupdate ke Agan - Sista
Orlow.

Spoiler for Suasana pemutaran film Lewat Jam Malam:


Spoiler for Restorasi Tiga Dara:


Info selengkapnya baca disini.
0
4.1K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan