- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja


TS
adipersada
[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/img405.imageshack.us/img405/8903/travelistabanner.png)
---------------------------------------------
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja23of20copy.jpg)
Quote:
Ini adalah kisah perjalanan saya menelusuri sejarah dan adat istiadat masyarakat Toraja yang unik dan bersahaja. Tentang bagaimana asal usul orang Toraja, bagaimana mereka menyikapi hidup, sampai apa arti kematian untuk mereka. Saya belajar banyak dari kesederhanaan dan penghargaan mereka atas hidup dan mati.
Sejak kapan mereka mengistimewakan yang mati? Mengapa sebegitu spesial-nya kematian itu? Bagaimana kisah sejarah hidup seseorang menentukan cara dia dikebumikan? Atau lebih tepatnya, 'ditinggikan'.
Sejak kapan mereka mengistimewakan yang mati? Mengapa sebegitu spesial-nya kematian itu? Bagaimana kisah sejarah hidup seseorang menentukan cara dia dikebumikan? Atau lebih tepatnya, 'ditinggikan'.
Quote:
Tiba-tiba ada suara ribut-ribut di halaman upacara. Orang-orang berteriak sampai cumiikkan telinga. Saya tersentak lalu beranjak mencari tahu apa yang terjadi.
Saya semakin terkejut melihat seekor babi berlari tak tentu arah. Ternyata, babi yang akan dikorbankan terlepas dari ikatan di sebatang bambu. Dengan badan berdarah-darah, babi itu mencoba melepaskan diri dari kerumunan orang-orang.
Orang-orang di sekitar panik menyelamatkan diri naik ke rumah-rumah seketika itu juga. Untung saja tak berapa lama, situasi dapat dinetralisir. Babi mampu kembali ditangkap dan diikat. Itulah akhir perjuangan heroik dari seekor babi yang akan dikorbankan sebagai bagian dari ritual upacara pemakaman di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
--
Saya sampai di terminal bis Lita di kota Makassar malam itu untuk melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja. Sempat takjub melihat wujud bis yang terlampau eksklusif. Serius. Saya sudah siap menumpang bis apa saja tapi ketika kemudian bis yang tersedia terlampau nyaman, saya merasakan rentetan keberuntungan dimulai. Harganya pun cukup murah, 110 ribu untuk 8 jam overnight trip ke Toraja. Kursinya nyaman, jarak antar kursi cukup luas. Bahkan ada wi-fi!
Moda transportasi yang patut diadaptasi untuk bis antar provinsi di Jawa.
Perjalanan 8 jam pun jadi tak terasa. Yang saya tahu, tiba-tiba bis sudah berhenti pagi itu. Jam masih menunjukkan jam 5 pagi.
Bis berhenti sebentar di depan sebuah gang. Saya masih tertidur pulas saat sang kernek membangunkan. Dari awal, saya memang meminta sopir untuk menurunkan saya di penginapan murah yang juga menyediakan penyewaan motor.
Kernek bis mengantarkan saya ke Hotel Bison. Hotel sederhana di dekat Jalan Raya Rantepao. Hanya 20 meter dari jalan raya, masuk lewat gang kecil. Meski cukup sederhana, hotel ini nyaman sekali dengan konsep bangunan rumahan. Harga per malam juga sangat terjangkau, 150 ribu, ditambah mereka menyediakan motor untuk disewa seharga 65 ribu per hari minus bahan bakar.
Saya tak punya kemewahan akan waktu hari itu. Mesti memanfaatkan setiap menitnya untuk sebanyak-banyaknya menjelajahi kota penuh kultur unik nan bersahaja ini. Sekitar jam 7 pagi, saya pergi ke lobi untuk mencari-cari informasi. Tak banyak juga informasi yang bisa penjaga hotel ini berikan. Untung saja saya bertemu John Rante, seorang guide yang rumahnya berdekatan dengan hotel.
Saya berbincang banyak sampai sepakat untuk menyewa jasa Pak John sebagai guide seharian itu. Setelah tawar menawar, harganya pun cukup murah 150 ribu sudah termasuk bensin motornya. Sebenarnya tarif normalnya 250 ribu belum termasuk ongkos bensin. Namun, karena memang bukan musim liburan, saya bisa mendapat tarif terbaik.
Spoiler for "hotel pison":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja24of20.jpg)
Quote:
Destinasi pertama yang saya kunjungi adalah pesta pemakaman di Kecamatan Kete Kesu. Pestanya berlangsung cukup sederhana dibanding trademark upacara pemakaman yang sering diberitakan memakan biaya sampai ratusan juta bahkan miliaran. Keluarga yang berkabung kebetulan hanya keluarga petani.
Akan tetapi, mereka tetap harus mengorbankan tiga ekor tedong (kerbau) dan tiga ekor bai (babi) sebagai teman menuju dunia yang lain bagi yang sudah wafat. Meski 'cuma' sedikit hewan yang dikurbankan, tetap saja biayanya sampai puluhan juta jika menghitung satu kerbau biasa dijual 15-30 juta dan satu babi 1-3 juta. Belum ditambah biaya-biaya lainnya.
Saya mencoba menelisik masuk ke dalam. Memberi salam pada keluarga yang berkabung kemudian menuju dapur yang sepertinya sedang ramai. Terdengar sampai luar suaranya, suara ibu-ibu mengoceh dan goresan panci. Benar saja, mereka sedang rumpi rupanya. Saya sempat mengabadikan aktifitas unik mereka, sambil menguyah sesuatu, entah apa, meminum kopi hitam Toraja, dan menanak nasi satu gentong.
Mereka memandang saya asing. Wajar tentu saja. Akan tetapi, mereka ternyata ramah sekali. Tak lama, saya ditawari kopi. Secangkir kopi dan tak lupa kue-kue khas Toraja yang terbuat dari beras merah. Saya lupa namanya. Yang jelas, rasanya legit dan renyah, tak kalah dengan kue-kue dari toko.
Pak John lalu menceritakan banyak hal tentang ritual pemakaman itu. Masyarakat Toraja menganggap ada dua kehidupan yang mesti dijalani. Sebelum dan setelah mati. Ketika mati, mereka harus diperlakukan istimewa demi kebahagiaan hidup setelahnya. Puya, nama 'dunia' setelah kematian untuk masyarakat Toraja. Hewan-hewan yang dikurbankan menjadi teman bagi yang wafat di Puya. Sebuah prosesi untuk meninggikan yang tiada.
Akan tetapi, mereka tetap harus mengorbankan tiga ekor tedong (kerbau) dan tiga ekor bai (babi) sebagai teman menuju dunia yang lain bagi yang sudah wafat. Meski 'cuma' sedikit hewan yang dikurbankan, tetap saja biayanya sampai puluhan juta jika menghitung satu kerbau biasa dijual 15-30 juta dan satu babi 1-3 juta. Belum ditambah biaya-biaya lainnya.
Saya mencoba menelisik masuk ke dalam. Memberi salam pada keluarga yang berkabung kemudian menuju dapur yang sepertinya sedang ramai. Terdengar sampai luar suaranya, suara ibu-ibu mengoceh dan goresan panci. Benar saja, mereka sedang rumpi rupanya. Saya sempat mengabadikan aktifitas unik mereka, sambil menguyah sesuatu, entah apa, meminum kopi hitam Toraja, dan menanak nasi satu gentong.
Mereka memandang saya asing. Wajar tentu saja. Akan tetapi, mereka ternyata ramah sekali. Tak lama, saya ditawari kopi. Secangkir kopi dan tak lupa kue-kue khas Toraja yang terbuat dari beras merah. Saya lupa namanya. Yang jelas, rasanya legit dan renyah, tak kalah dengan kue-kue dari toko.
Pak John lalu menceritakan banyak hal tentang ritual pemakaman itu. Masyarakat Toraja menganggap ada dua kehidupan yang mesti dijalani. Sebelum dan setelah mati. Ketika mati, mereka harus diperlakukan istimewa demi kebahagiaan hidup setelahnya. Puya, nama 'dunia' setelah kematian untuk masyarakat Toraja. Hewan-hewan yang dikurbankan menjadi teman bagi yang wafat di Puya. Sebuah prosesi untuk meninggikan yang tiada.
Spoiler for "Pemotongan Hewan Kurban":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja8of20.jpg)
Spoiler for "Seorang Anak Bermain Kaki Kerbau":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja7of20.jpg)
Spoiler for "Suasana di Belakang Rumah":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja5of20.jpg)
Spoiler for "Akhir Kisah Babi yang Berontak":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja6of20.jpg)
Spoiler for "Pembakaran Babi":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja1of5.jpg)
Quote:
Kemudian, saya mampir ke Kuburan Batu yang terletak di Desa Lemo, Kecamatan Sanggalange. Mengapa dinamakan kuburan batu? Sesederhana karena memang mayatnya dikuburkan di tebing-tebing batu. Selain dikuburkan di sana, dibuat juga replika manusia dari kayu lengkap dengan baju adatnya.
Beberapa kuburan di sana terlihat masih baru. Ada juga pahatan-pahatan yang baru dibuat sebagai persiapan sebagai tempat persemayaman terakhir orang-orang yang meninggal.
"Walau terlihat kecil, sebenarnya lubang di dalamnya besar sekali. Bisa menampung beberapa mayat," jelas Pak John sambil menunjuk sebuah kuburan di ujung tebing.
Setiap sisi tebing di bukit itu dipenuhi kuburan dengan replika manusia. Saya sempat mengitari tebing ke sisi-sisi yang berbeda dan selalu mendapati kuburan-kuburan batu yang lain. Menurut Pak John, semakin ke belakang dan tersembunyi, berarti kasta atau tingkatan orang tersebut lebih rendah.
Di sekitar kompleks kuburan batu, banyak warga sekitar yang menjual kerajinan khas Toraja. Selain bentuknya yang khas, harganya juga tak terlalu mahal. Kain cantik buatan tangan sepanjang 2 meter misalnya hanya dihargai 60-80 ribu. Patung-patung khas atoraja dengan bentuk pasangan orang tua diharga 25-60ribu tergantung ukuran.
Beberapa kuburan di sana terlihat masih baru. Ada juga pahatan-pahatan yang baru dibuat sebagai persiapan sebagai tempat persemayaman terakhir orang-orang yang meninggal.
"Walau terlihat kecil, sebenarnya lubang di dalamnya besar sekali. Bisa menampung beberapa mayat," jelas Pak John sambil menunjuk sebuah kuburan di ujung tebing.
Setiap sisi tebing di bukit itu dipenuhi kuburan dengan replika manusia. Saya sempat mengitari tebing ke sisi-sisi yang berbeda dan selalu mendapati kuburan-kuburan batu yang lain. Menurut Pak John, semakin ke belakang dan tersembunyi, berarti kasta atau tingkatan orang tersebut lebih rendah.
Di sekitar kompleks kuburan batu, banyak warga sekitar yang menjual kerajinan khas Toraja. Selain bentuknya yang khas, harganya juga tak terlalu mahal. Kain cantik buatan tangan sepanjang 2 meter misalnya hanya dihargai 60-80 ribu. Patung-patung khas atoraja dengan bentuk pasangan orang tua diharga 25-60ribu tergantung ukuran.
Spoiler for "Kuburan Batu":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja2of5.jpg)
Spoiler for "Pemandangan Alam Toraja dari Atas Bukit":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja3of5.jpg)
Spoiler for "Pahatan-Pahatan di Tebing ":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja9of20.jpg)
Spoiler for "Kerajinan Unik Toraja":
![[Travelista] Perayaan Hidup Kedua di Tana Toraja](https://dl.kaskus.id/i460.photobucket.com/albums/qq322/adipersada/Toraja11of20.jpg)
LANJUT DI BAWAH GAN!





0
8.7K
Kutip
285
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan