PulauOharaAvatar border
TS
PulauOhara
Miris tradisi menjual anak laki2 di pariaman.. <<CekiDotz,,>>
emoticon-Matabelo emoticon-Matabelo emoticon-Matabelo

Quote:


ngebaca judulnya bikin hati tertohok,, BUT jgn salah sangka dulu ya agan-agan, jgn ngebayangin kayak gambar dibawah ini:

Quote:


tapi harus ini, KIMPOI

Quote:


Suatu ketika saya dihadapi oleh sebuah pertanyaan dari seseorang teman yang berasal dari jawa. Ia mempertanyakan kepada kenapa laki-laki minang itu mau aja di beli oleh perempuan, berarti harga diri seorang laki-laki bisa dinilai dengan uang?. Bahkan ia menyatakan tradisi yang dilakukan orang minang itu bertentangan dengan ajaran islam, karena dalam islam diharuskan seorang pihak laki-laki untuk memberikan mahar kepada perempuan, tetapi kenapa di minangkabau terjadi sebaliknya?.

Setelah mendengar pertanyaan tersebut saya baru mengetahui bahwa adanya kesalahan persepsi yang terjadi pada orang-orang non minang tentang sistem perkimpoia di minangkabau. Pertanyaan kritis ini membuat saya tersentak sebagai seorang yang dilahirkan di minangkabau, tepatnya di daerah pesisir. Kebetulan apa yang ditanyakan teman saya tadi sesuai dengan tradisi yang saya alami di kampung halaman saya yakni tradisi bajapuik. Sehingga tulisan ini merupakan mambaco nan tasurek (membaca yg tersurat), maliek nan nampak (melihat yg tampak), maresek nan taraso (meraba yg terasa).

Pada umumnya bajapuik (dijemput) merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang minang dalam prosesi adat perkimpoian, karena dalam sistem matrilineal posisi suami (urang sumando) merupakan orang datang. Oleh karena itu, datang karano dipanggia – tibo karano dianta diwujudkan kedalam bentuk prosesi bajapuik dalam perkimpoian. Namun, di pariaman prosesi ini diinterpretasikan kedalam bentuk tradisi bajapuik, yang melibatkan barang-barang yang bernilai seperti uang. Sehingga kemudian dikenal dengan uang japuik, agiah jalang dan uang hilang.

Secara teori tradisi bajapuik ini mengandung makna saling harga menghargai antara pihak perempuan dengan pihak laki-laki. Ketika laki-laki dihargai dalam bentuk uang japuik, maka sebaliknya pihak perempuan dihargai dengan uang japuik yang dilebihkan atau dinamakan dengan agiah jalang. Kabarnya, dahulu kala, pihak laki-laki akan merasa malu kepada pihak perempuan jika nilai agiah jalangnya lebih rendah dairpada nilai uang japuik yang telah mereka terima, tapi sekarang yang terjadi malah sebaliknya. Makna saling menghargai inilah yang menjadi prinsip dasar dari tradisi bajapuik.

Namun, dalam realitasnya yang terjadi terdapat jurang yang tajam antara teori dan prakteknya. Tradisi yang dilaksanakan oleh masayarakat hingga kini sudah jauh berbeda dengan prinsip dasarnya. Jika sebelumanya nilai agiah jalang melebihi uang japuik, maka dalam prakteknya sekarang nilai agiah jalang malah lebih rendah dari pada nilai uang japuik. Bahkan dalam perkembangnya muncul pula istilah yang disebut dengan uang hilang (uang dapur). Uang hilang ini merupakan pemeberian uang atau barang oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki, yang sepenuhnya milik laki-laki yang tidak dapat dikembalikan.

Uang hilang yang sudah diberikan kepada pihak laki-laki tidak dapat dikembalikan, apapun yang terjadi baik pada masa pra nikah maupun pasca nikah. Pihak perempuan tidak dapat menuntuk pengembalian, jika pihak laki-laki membatalkan dan mengambil uang hilang.

Sedangkan uang japuik (jemputan), dimana secara hukum adat, apabila ikatan pertunangan dibatalkan oleh salah satu pihak, maka pihak yang membatalkan ikatan pertunangan diharuskan membayar dana sebesar uang japuik atau disebut juga dengan lipek tando (uang denda).

Fakta dilapangan mencatat bahwasanya perbedaan antara uang japuik dan uang hilang semakin samar, sehingga masyarakat hanya mengenal uang hilang (uang dapur) dalam tradisi bajapuik. Bisanya uang hilang ini digunakan oleh pihak laki-laki-untuk membiaya resepsi pernikahan, seperti untuk biaya makananan, biaya pelaminan, tenda dan perangkat hiburan dll. Disamping itu, sebagian kecil disisihkan untuk membeli perhiasan untuk agiah jalang sebagai barang yang akan diberikan kepada pihak perempuan dalam prosesi manjalang.

Semakin tinggi status sosial seseorang, maka semakin banyak biaya resepsi pernikanya. Dengan kondisi tersebut pada akhirnya status sosial dan status pendidikan mempengaruhi jumlah uang hilang yang akan diterima oleh pihak laki-laki. Sayangnya fenomena ini semakin berkembang dalam tradisi bajapuik, sehingga tak mengherankan jika seorang yang status sosialnya tinggi akan dinilai dengan nilau uang hilang yang tinggi.

Disisi lain, tradisi bajapuik ini dinggap tidak bertentang dengan ajaran dalam islam yang mengaharuskan laki-laki membayar mahar kepada perempuan. Disamping melaksankan tradisi bajapuik yang dianggap hanya sebagai hadiah perkimpoian, masyarakat pariaman tetap membayar mahar sesuai dengan ajaran islam.
sumber: http://grms.multiply.com/journal/ite...ik_di_Pariaman

nah inilah keanekaragaman budaya di indonesia,, kalo di daerah aganw2 kimpoinya gmn??

TAMBAHANDARI AGAN2 LAIN YG CARE ^^
Quote:


Quote:



rated bintang 5 y gan..

cendol jg boleh emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh PulauOhara 22-08-2013 11:22
0
14K
90
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan