Ada sepasang suami istri yang sudah belasan tahun tidak juga dikaruniai seorang anak pun. Sementara tetangga mereka persis di seberang rumah baru saja pulang dari rumah sakit bersalin setelah memiliki anak ketiganya.

Seusai menjenguk tetangga yang sedang berbahagia menyambut lahirnya seorang anggota baru dalam keluarga mereka, suami istri itu akhirnya dengan hopeless memutuskan untuk mencoba ‘donor sperma’ dari seorang surrogate father (pendonor sperma).

Sementara itu tetangga mereka di depan rumah saat ini sedang menunggu kehadiran seorang fotografer untuk mengabadikan bayi mereka dalam berbagai pose yang unyu-unyu (menggemaskan. pen.)

Setelah menghubungi calon surrogate father bagi suami istri tersebut, sang suami bergegas keluar rumah untuk menyelesaikan suatu urusan. Tak lama berselang, muncullah seseorang yang membunyikan bel di depan pintu rumah.

“Selamat sore Bu, saya datang untuk… anu.. anu…”

“Oh, ngga usah menjelaskan lagi. Saya sudah menunggu anda..” potong si istri.

“Benarkah? Kalau begitu baguslah. Speciality saya adalah bayi.”

“Itu lah yang dibutuhkan saya dan suami saya. Silahkan masuk…”

Setelah beberapa saat, si istri bertanya dengan malu, “Kita mulai dari mana?”

“Serahkan pada saya. Saya biasanya mengawalinya 2 kali di bathtub, 1 kali di sofa dan beberapa kali di kasur. Kadang-kadang di ruang keluarga juga bisa asik. Anda bisa benar-benar leluasa!”

“Bathtub, sofa ? Pantas saja saya dan suami saya selalu gagal.”

“Ya bu, tidak ada yang bisa selalu menjamin kesempurnaan. Tapi, kalau kita mencoba banyak posisi yang berbeda-beda dan saya menembak dari 6 atau 7 sudut yang berbeda, saya yakin anda akan senang.”

“HAH ! banyak sekali…”

“Di pekerjaan saya ini, seorang lelaki harus menggunakan waktunya semaksimal mungkin. Saya juga ingin bila bisa melakukannya dalam 5 menit, tapi anda akan kecewa…”

“Baiklah..” kata si istri.

Lelaki itu kemudian mengeluarkan folder berisi foto-foto bayi.

“Yang ini dilakukan di atas bus di London.”

“APA !?” teriak si istri dengan kaget.

“Yang kembar di situ bisa dianggap sangat bagus, mengingat ibunya yang sangat sulit.”

“Sulit ?” tanya si istri.

“Yup, akhirnya harus saya bawa ke taman untuk memuaskanya. bayak orang yang melihat dan menonton.”

“Ada yang melihat dan menonton?” tanyak si istri dengan sangat kaget.

“Yup, dan untuk lebih dari 3 jam juga. Ibu itu selalu berteriak-teriak. Sangat sulit bagi saya untuk konsentrasi. Lalu hari sudah hampir gelap maka saya terpaksa percepat kerjaan saya. Akhirnya, ketika tupai mulai mengigit alat saya, saya langsung menyimpan kembali alat saya.”

“Tupai mengigiti ‘alat’ anda ?”

“Yup, dan bila anda sudah siap, saya akan memasang tripod saya.”

“Tripod ???”

“Iya, saya harus menggunakan tripod untuk mengangkat canon saya yang terlalu besar… Bu ? Buuu………? Wah……. Oh tidak ! Dia Pingsan!”