Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sherpageishaAvatar border
TS
sherpageisha
Perjalananku Menggapai Puncak LEUSER
Perjalananku Menggapai Puncak LEUSER

Rasanya seperti setengah sadar saja, saya sudah berada di Green Sinebuk, atau biasa disebut pondok Mr. Jali, the big boss dari guide2 yang biasa mengantar pendaki ke Leuser. Di Green Sinebuk terdapat bungalow yang dibangun untuk tempat istirahat pendaki sebelum mendaki ataupun sesudah mendaki Leuser.
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:


Hari pertama sampai keempat, puncak Leuser masih menyimpan teka-teki yang misterius. Umumnya para pendaki baru sampai kesana pada hari kesembilan. Camp pertama yang tim singgahi adalah Tobacco Hut, atau ladang tembakau milik penduduk sekitar, tempatnya luas dan berumput kering. Daun-daun tembakau yang sudah dipetiki, ditaruh didalam saung penyimpanannya. Setelah Tobacco Hut, tim mulai memasuki hutan belantara Gunung Leuser yang rapat dan lembab. Hujan nampaknya ingin bersahabat, ia setia menemani perjalanan sampai hari kedelapan, meskipun konsekuensinya beban terasa berat.
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:


Memasuki ketinggian 2384 mdpl pada hari ketiga, setelah melewati camp Bivak 1, Pucuk Angkasan, Kayu manis satu, dua dan tiga, Sekeliling sudah berubah menjadi pepohonan lumut. Ini sudah masuk wilayah peralihan dari montana ke alpin, vegetasinya sudah lumut dan cantigi. Pemandangan disekeliling semua berlumut, terasa lembab dan dingin. Mungkin ini adalah salah satu indikator yang mencirikan bahwa hutan di pegunungan leuser ini masih virgin. Jalanannya pun sempit dan masih banyak kayu2 yang membuat kaki-kaki tersangkut. Hutan lumut semakin mendominasi, terutama begitu tim menuju camp Pepanji. Batang2 pohon marak melintang, membuat harus berjongkok, membungkuk sampai merayap-rayap melewatinya. Tak jarang kaki2 ini tersandung dan kepala terbentur batang pohon yang pendek. Rasanya kesal bukan main, tapi tidak bisa menyalahkan batang pohon itu. Selama di perjalanan, pikiran ini terus melayang mengkhayalkan banyak hal. Mungkin inilah euforia yang dialami pendaki.
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:


Kami keluar dari hutan lumut pada hari kelima, menuju padang rumput yang terbuka. Tidak seperti kebanyakan padang rumput di gunung jawa, bebatuan disini berjenis kapur.bang udin memperkenalkan pada kerajinan tangan bernama “Simpai”, anyaman yang terbuat dari rotan, dibentuk menjadi gelang atau cincin. Kerajinan tangan ini juga salah satu ciri khas dalam budaya lokal masyarakat Gayo Lues, yang mendiami desa Keudah wilayah Taman Nasional Gunung Leuser.
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:
Spoiler for Leuser:


Setiap pagi hari selalu disambut kehangatan mentari, lalu hujan disiang harinya. Perbedaan suhu itu membuat kondisi fisik menurun. Setelah Blang Beke, panca indera kembali dihibur dengan hamparan padang rumput yang luas nan indah. Jalanan yang kami tempuh berkelok, turun, naik, dan datar. Tumbuhan kantung semar ( Nepenthes) mulai banyak terlihat dengan berbagai macam warna dan ukuran. Kami mendokumentasikannya untuk inventarisasi. Kami banyak melewati padang rumput sekarang, melintasi punggungan sempit dengan jurang disamping kanan atau kiri kami. Semangat tim tetap terjaga ditengah tekanan hujan dan kabut yang terasa tajam menghujam pelupuk mata. Badan tak henti bergetar, capek dan kaku. Ucapan doa serta shalawat terus terucap didalam hati. Niat, keyakinan dan ketabahan yang membuat kaki saya bisa untuk terus melangkah. “Semua ini pasti berakhir, dan badai pasti berlalu”.

Bersambung ke PART 2
Diubah oleh sherpageisha 26-09-2013 17:57
0
28.5K
308
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan