“Aku sering Can, mau dikasih segala macam wesi aji, batu akik, tapi selalu aku tolak, apa pula perlunya…?” kataku pada Macan. “Ah kamu ini gimana sih Ian, kalau ada yang ngasih mbok ya diterima, kalau kamu tak mau biar aku yang mengkoleksinya, aku aja udah mengkoleksi banyak sekali,” ...
Malam itu aku tak tidur terlalu malam, mengingat wiridku telah selesai. Esok paginya, setelah subuh aku mengajak kedua temanku itu jalan-jalan, sekalian mencari sarapan bubur kacang hijau, di tengah perjalanan kami bertemu Gimo, sedang menggenjot sepedanya, “Mau kemana kang Gimo?” sapaku. Dia...
Aku hanya menginap semalam di rumah Macan, malam itu aku dan dia duduk di samping rumah di bawah pohon nangka. Di mana ada meja memanjang dan dua kursi kayu panjang, suasana sangat sepi. Kami nikmati secangkir kopi dan ketela goreng. Macan mengeluarkan hpnya, “Ian pernah gak kamu memotret hantu...
Aku segera mencari arah tulisan yang menunjukkan Musholla. Dan melakukan sholat jamak dan koshor. Selesai sholat, setidaknya hati tentram. Aku mengagumi mushola dan rumah makan ini begitu besar sekali. Tiba-tiba seseorang lelaki setengah baya menghampiriku, dan mengucap salam kepadaku, dan ku jawab
“Stoop!!!” suara ku keraskan untuk mengalahkan ribut suara panik penumpang, karena aku takut sopir bus akan memundurkan busnya, tapi kekawatiranku langsung terjawab, mungkin karena paniknya sopir, bus pun dimundurkan ke belakang, “Dar.., tarrk… kkrrk…!!” kembali terdengar, kaca bus ya...
Karena dengan jurus tao tidak ada perubahan apa-apa, lek Muhsin pun segera mengubah pengobatan dengan tenaga dalam dan ilmu kejawen, tapi juga tak menghasilkan apa-apa, malah Marjuki bilang katanya permainan sandiwara lek Muhsin untuk menghiburnya teramat membosankan, Marjuki minta diganti lakon ...
Kang Wiji pun tak mau kalah, dia maju menyerang dengan bogem yang telah dilambari aji lebur sekti, tangannya yang besar berotot menderu, tapi plep! Pergelangan tangannya dapat ditangkap Muhamad. Dan oleh Muhamad kepalan kang Wiji diadu dengan bogemnya . Dugh! Kang Wiji menjerit, jari-jarinya sepe...
Sebenarnya untuk menikah, pemuda seumuranku dua puluh tiga tahun, menurutku juga belum matang, masih banyak yang harus digapai, sebenarnya alasan itu kubuat-buat sendiri, kalau tak mau membohongi jawaban yang pas, jawabannya adalah aku takut memberi nafkah, akan ku kasih makan apa nanti istriku? ...
“Anak Ian ini dari pesantren ya?” “Benar pak, saya dari pesantren Pacung.” “Wah pantes muridnya Kyai Lentik, pantas saya lihat beda.” “Oh Bapak juga kenal dengan Kyai saya?” “Ah siapa di Banten ini yang tak kenal dengan guru nak mas?” Pembicaraan kami terhenti, dari pintu munc...
Memang ilmu dari Kyai ini aneh, jadi tak pernah diajari, tak pernah ada pengajaran kanuragan, tak pernah ada pengajaran pengobatan, tak pernah ada pengajaran apapun, hanya ada pengamalan, amalan-amalan untuk menjernihkan hati, dan mendekatkan diri pada Allah dengan segala laku, tanpa mengharap ba...
“Eh, eh, apa apaan ini?” aku berusaha mengangkat lengan Anggraini, tapi gadis itu menangis sesenggukan. “Hu hu, mas Ian, kalau tak ada mas Ian apalah jadinya aku… hu… aku pasti tak sanggup membalas budi, dan pertolongan mas Ian… hu… aku siap mengabdikan diriku… hu…” “Sudah-s...
“Suing…!” terdengar desingan ketika Sanusi menyerangku dengan ilmu goloknya, aku tak mengerti ilmu golok, tapi yang jelas serangan Sanusi tak bisa dianggap remeh, goloknya menderu menjadi beberapa bagian, lagi-lagi kekuatan dalam tubuhku seperti menggerakkanku, aku mengikuti saja. Ketika tu...
“Aku selalu mendoakan ibu…” “Tapi doamu tak sampai, kenapa kau tak masuk agama Muhammad, aku tak kuat lagi disiksa…” “Mama…huhu..” Evo masih menangis. “Aku pergi anakku …masuklah agamanya Muhammad..” Tiba-tiba tubuh Jauhari melemah, dan ambruk. “Mama… mama jangan tingg...
Malam itu nyai Bundo, disuruh mandi oleh Kyai, setelah diberi petunjuk-petunjuk, setelah mandi nyai Bundo dituntun membaca dua kalimah sahadah, dan nyai Bundo pun telah menjadi seorang muslimah, terlihat wajahnya memancarkan kebahagiaan, dan matanya berkaca-kaca karena bahagia. Malam itu nyai Bund
“Sudah.” kata Kyai. “Saya mau… mau…” sahut Iqbal gugup. “Iya sudah saya isi, mau ilmu kebal senjata kan?” Iqbal manggut. Aku yang waktu itu membereskan gelas minuman, juga ikut heran, apalagi Iqbal. Karena memang Kyai belum menyentuh Iqbal sama sekali. Melihat Iqbal ragu, Kyai seg...
Pagi belumlah terang, lereng gunung putri masih diselimuti kabut tebal, dingin masih menusuk tulang. Di lereng gunung sebelah selatan, nampak berjejer kobong pondokan santri tak teratur. Sayup terdengar suara wirid para santri di bagian tengah pondokan, rumah bambu yang tak sederhana, dinding yan...