Hubungan Dani dengan Adel bikin cerita makin hidup. Ditambah Sefti yg bisa jadi sosok kunci dalam hubungan Dani-Rian. Yg paling ok dari semua itu karena TSnya selalu rajin up date,semoga tetap begitu sampai ceritanya selesai. Semangat,gan! :toast Thanks, Bro, udah ikutin trid ane sejauh ini. Kasih
"Teman perempuan siapa?" Suara ibu tiba-tiba menyeruak, mengagetkanku yang tengah asyik menggoda Bobi. Bagaimana tidak, sudah sejam yang lalu aku mengajak ibu bicara, tapi tak direspon. Sampai aku lupa dengan pembicaraanku sebelumnya, baru ibu menimpali. Tak kujawab omongan ibu, masih ...
yaps, mungkin memang perlu dibuat index juga,, maap loh sis hehe :malu: Kok minta maaf, sih 😁😁 asiiyaaaapp, makasih masukannya :bigkiss
ini cerbung kah ? Saran, kasih index sis kalo emang iya Makasih, Kak, sarannya. Karena part awal memakai pov 1, jadi kalau dibilang cerbung pasti rancu, gak berkesinambungan 😂 Mungkin nanti direvisi agar enak dibaca 😀
Kali ini cerita dilanjut dengan POV 3, ya ... agar bisa melihat dari seluruh sudut pandang. Cekidot 😉 ---- "Mas, kata Bapak-Ibu, kamu harus cepat-cepat melamar. Kita sudah setahun jalan bersama. Tak enak dilihat tetangga, Mas. Apalagi ... kita juga satu kampung, kan? Mas tahu sendiri oran...
jadi rindu kepada ibuku karena kita sudah pisah agak lama tetapi saya akan selalu menyayangi ibu saya sebagaimana saya kecil Mantull, tetap sayangi bagaimanapun juga :bigkiss
yang nitip sendal, jan lupa diambil lagi yakk! 😂😂 kuy, kunjungin trid yang lain bila berkenan 😊 makasih 😁😁
ceritanya masih nggantung, ya? 😀 sedang disiapkan beberapa cerpen lagi yang berhubungan dengan kisah di atas. kasih komen yang banyak yaaa 😀😀
Pagi ini, masih dengan menggendong bayinya, Mas Agus berjalan tergesa menuju Puskesmas. Sementara aku melangkah santai dibelakangnya. Ia masih penasaran rupanya, dan ingin mencari kejelasan. Namun, langkahnya terhenti kemudian. Ia berpaling padaku, bertanya 'dimana' dengan tak mengeluarkan suara ...
Terik matahari mulai hangat terasa, membuatku setengah berlari menuju pintu gerbang pabrik. Sesekali kutengok jam yang melingkar di tangan. Ah,masih belum terlambat. Dalam deru langkah, hampir saja kuterjatuh menimpuk kotak sampah yang berada di pojok loby. Kepalaku memang sedikit pening. "S...