Ririn tak sanggup bersuara. Diraihnya kepala Lili. Membawa ke dalam dekapan hangat. Tak hanya Lili, Ririn pun sebenarnya tenggelam dalam kesedihan yang menyesakkan. Ia hanya berpura-pura tegar saja. Seolah tak merasa kehilangan sama sekali.
"Gak baik, Tante! Aku kangen sama Dita! Kangen belajar bareng! Kangen jalan bareng! Kangeeeen banget!"
Lili tak menyahut. Kepala gadis remaja tersebut seketika tertunduk. Seiring terdengarnya isakan demi isakan.
Senyum mengembang pada wajah Ririn. Lili mengulurkan tangan, guna bersalaman. Persis seperti yang sering dilakukan Dita, dulu.
Ririn tidak bisa membeberkan perihal pengirim video mesum Dita kemarin malam. Tidak, berarti bukan sekarang. Hanya menunggu waktu yang tepat, agar tak salah langkah. Isi percakapan online antara Dita dengan Alan adalah kekuatan. Senjata mematikan, bila nanti dugaan Ririn benar, kalau pemuda bernama
Beranjak dari kediamannya, Ririn segera pergi menggunakan mobil. Pergi ke toko terdekat, memperbaiki ponsel Dita yang telah retak.
Setelah membaca chat Dita, Ririn lantas mencari tahu akun sosial media si Alan itu. Ririn dapat melihat kalau Alan terlihat seumuran Dita. Masih remaja. Tentu masih SMP juga.
Namun ... bukan itu yang membuat perhatian Ririn tercuri. Jujur, rasa untuk Dirga sudah lama mati, dan yang Ririn tak habis pikir adalah, kenapa ada wajah yang mirip dengan foto profil bocah bernama Alan di sana?