Kementerian Pertahanan Turki menyatakan, kapal perang Turki jenis Fregat Gediz melakukan latihan di perairan Mediterania Timur. Kapal Fregat Gediz itu telah menembakkan misil pertahanan udara permukaan
Mereka dengan gencar unjuk kekuatan di hadapan Yunani dan pendukungnya Prancis yang menolak keberadaan Angkatan Bersenjata Turki di Mediterani Timur.
Sementara itu, delegasi militer Turki dan Yunani telah mengadakan pertemuan teknis di markas NATO untuk membahas cara-cara mengurangi risiko insiden di tengah meningkatnya ketegangan di Mediterania Timur.
Otoritas Turki menekankan pihaknya dan Republik Turki Siprus Utara memiliki hak di wilayah tersebut. Untuk mengurangi ketegangan, Turki menyerukan dialog untuk memastikan pembagian yang adil dari sumber daya kawasan.
Turki - negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania - telah mengirimkan kapal bor, dengan pengawalan militer, untuk mengeksplorasi energi di landas kontinennya.
Ketegangan baru-baru ini meningkat karena masalah eksplorasi energi di Mediterania Timur. Yunani memperdebatkan kegiatan eksplorasi energi Turki di kawasan itu, negara itu mencoba mengklaim wilayah maritim Turki berdasarkan pulau-pulau kecil di dekat pantai Turki.
Dia mengatakan Uni Eropa tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan, mengubah aturan atau menentukan perbatasan di Mediterania Timur.
Terkait sikap Uni Eropa terhadap masalah ini, seperti dilansir Anadolu Agancy, Menhan Turki mengatakan bahwa Uni Eropa tidak memberikan kontribusi efektif untuk solusi tersebut dan malah menjadi bagian dari kebuntuan.
Mengenai upaya meditasi NATO, Akar mengatakan meski Yunani enggan dan memperlambat penyelesaian masalah di Mediterania Timur dengan beberapa prasyarat, Turki tetap mendukung diadakannya perundingan tersebut.
Dalam wawancara eksklusif dengan Channel 4 News Inggris, Menhan Turki Hulusi Akar mengatakan presiden Prancis mencoba untuk mengambil peran Napoleon yang telah meninggal dua abad lalu tetapi Macron tidak cukup kuat untuk ini.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menuangkan bahan bakar ke dalam api di Mediterania Timur dan mempersulit penyelesaian masalah, demikian kata menteri pertahanan Turki pada Jumat.
Bahkan tak hanya sampai di situ. Erdogan ngotot menyatakan siap perang jika Yunani memang menginginkannya.
Tak hanya itu saja, Turki juga menggelar operasi militer bersandi NAVTEX di perairan Laut Mediterania. Dan operasi ini beberapa kali diperpanjang.
Armada perang itu dikerahkan ke Laut Mediterania timur untuk mengawal kegiatan survei seismik yang dilakukan menggunakan Kapal Oruc Reis.
Namun, pada Agustus 2020, Yunani dan Mesir secara sepihak menyepakati perjanjian batas wilayah di Laut Mediterania timur.
Kegiatan Turki itu membuat Yunani meradang, dan mereka memprotes tindakan itu. Ketika itu Turki sepakat menunda survei.
berawal dari keputusan Turki untuk melakukan eksplorasi survei seismik yang digagas Stasiun Antalya Navtex di selatan dan timur Pulau Kastellorizo Yunani.