terduduk di tepian renungan,mncoba menghitung dosa yg telah ku buat...telah mencoba menjdi lebih baik,namun jalan menuju langit sangatlah terjal,tanpa tangga dan tali yg dapat dibuat pegangan..terbang tanpa sayap kemudian terjatuh berkalang tanah...
semuanya.....datang silih berganti..seakan menguji kdesadaranku menegaskan bahwa...inilah hidup...kadang....ingin berlari tinggalkan semua...tapi sepasang wajah polos yang menatapku teduh......meluluhkan langkahku beku....tak ada yang dapat kuberikan...selain sehelai belaian yang menggenggam bara...
malam ini ..... kepulan asap menari nari mengukir udara di keheningan meliuk liuk memecah dimensi yg dihiasi ketenangan gejolak batinku teradiksi oleh satu mimpi yg belum kuwujudkan entah kapan............ semua metafora hanya datang menghias kerangka pikir yg makin menua biar itu kujadikan peta u
Di masa depan, ia adalah aku Di masa lalu ia adalah aku Bahkan saat berkalang tanah, ia adalah aku Jangan biarkan kehidupan mempecundanginya Ia adalah aku dan aku adalah dia Ia tetes darah membatu yg senantiasa menatap ku dg tatapan polos Ia sejuta warna sekaligus satu harmoni Ia satu makna sekalig
Mari.... Manjakan mataku yg menolak untuk menari dalam sepi ....kini...disini... Tawa itu tulus...aku menitipkan cinta dalam ritmenya yg manis Untuk menutup pintu pintu yang kita bangun diatas kekhilafan Ini cuma siklus Aku pun tak paham, dimana muara ia membawa asa Mengikuti lekuk sungai menyapa b
Kembali terjebak dan meninggi Nurani menjerit hempaskan penyangkalan ku yg semu Sampai kapan??? Kiranya tak ada konsistensi dalam sebuah imaji Kecuali candu yg terus memanja Dan menikam pada waktunya Dan telah kututurkan sebuah sajak Yg jadi puisi pun ia tak layak Dan tak ada ...ia hanya terhenya
Setitik kulminasi mengusik renungan dalam diamku Sayup2 suara malam berharmoni dalam sajak Menari..berdendang dalam nada nada lulaby Mezzaluna tersenyum malu malu dalam lelap tidurnya Selamat malam duhai titik putih ditengah kontemplasi Sinarmu redup namun silau dalam lena
Mari berbisik, yg kata mereka hanya bisa terdengar lewat gelombang super sonic Sedikit abstrak dengan bumbu eksentrik Biar mereka bilang kita ini out of topic Mereka paham namun sedikit udik Terlalu pandai utk memahami kita yg hanya berbisik
Masa itu..... Masa dimana kuingin menggenggam dunia dg jemari Satu persatu waktu pun kian berlari Jati diri ....harga diripun harga mati Kututurkan sekejap padamu duhai kawan Saat raga masih hijau jiwapun kian rawan Melangkah tersandung kita pun tertawa dan tertawan Tak ada beban yg kita sebut se
Mari kita berlagak puitis petang ini Syndrom badai serotonin menggemuruh di lobus kiri Dimana ada torehan minor disitulah sublimasi Abstraksi makna menyisakan tanda tanya di lekuk lekuk dahi Aku tak peduli persepsimu menggurita menghakimi Karna segala peri ada disini berputar dan menari Mengikut r
gerangan apa yang membuat tebal dendammu melebihi kabut pagi ini belati-belati yang menancap ini telah kuasuh dengan damai kusembuhkan luka dengan air pengertian tidakkah keramahanmu kehilangan sebagian bahagianya yang tertinggal padaku? mngkin di sudut kelam ada sebuah sekam dalam fermentasi titi
Wahai kidung senja yg mendekap malam Kuukir mawar hitam menerabas dimensimu yang kelam Rinai cahaya perlahan pudar dalam temaram Walau hanya menggantung dalam kenyataan Ia menari dalam angan lalu kusandingkan dengan penyangkalan Tak pelak lagi..... Engkau sang menawan...menjebak jiwaku tertawan
Kau memantiknya menjadi badai api Ketika musim semi mencoba menyapa dalam hening di senyum yg tak lagi ramah Jangan menanyakan ketika darah mengalir di air matamu Segala dendam menutup semua kasih Hanya belati menancap di dadamu yg bisa maklum, bahwa kau tak akan menemui sosok ramah itu lagi
Biar sang sunyi membisu dalam bilangan bilangan dzikir Saat maksiat mengendap menodai angin yg kian semilir Kutatap ia berujar dalam tutur yang hambar Dalamnya kelam... Bagai sang sekam.. Dirajut malam... Tiada yang dapat mengukur... Ia tampak sebagai pendosa yg diam diam larut dalam air mata peny
Tak ada bunga yang kutitipkan dalam tidurnya Tak ada lirih dalam serenade cengeng penuh bisikan palsu Ia hanya sesuatu.... Dan tetap kusebut sesuatu.... Ia tak indah namun tetap sesuatu Ia hanya mengalir dalam puncak nada nada kosong murahan Tersudut dimata sebagai roman picisan Terkubur dalam sej
Duhai bintang yg brsinar terang di puncak lompo battang Dikau sendiri, namun bersinar cerah Dikau sepi namun berpendar ramah Duhai bintang yg bersinar di puncak lompo battang Rasuki jiwa jiwa sepi malam ini dg sinar temaram tiada suram Bisikkan pada mereka,sugesti sugesti angkasa yg tetap menaungi
aku sembunyi bukan ku malu,tpi hati ini masih kering tuk ucapkn sapa pada hadirmu sejuta pesona...mungkin ini agak lebay,tpi biarlah ini jdi gundah yg mngkin benar..jangan kau tertawa sobat..mngkin kita beda dlm tiap hirupan nafas tapi satu detak nadi yg tetap bernyanyi... 2011
Coretan lama di tahun 2011 aku berontak bukan ku jumawa,aku membentak bukannya sakit jiwa,aku ingin sedikit kau mnghargai aku sebagai manusia..biar tak pergi segala cinta jangan kau biarkan nurani tertawa,agar tak gila jiwa yg terbawa,ini hati belumlah lemah,walau kau tikam aku dalam karma
Maaf kan diriku wahai dentang waktu yg kurudapaksa Aku hanya melampiaskan sisi gelap untuk kupahami sendiri Jika ada hentakan kasar yg lupa kuperlmbut dengan birahi luguku Jangan menghakimiku imponten karna roman picisanku tak menelurkan apa apa Aku tak berbicara tentang gelombang otak yg kutafsirk
entahlah, katanya cinta Kau....kudefenisikan sebagai kekasih Walau aku bingung apakah aku harus berterima kasih Atau malah harus tersisih Biarlah ...yang penting tak risih Aku tak perlu mengirim sajak ,lagu ataupun bunga Kau pasti menganggapnya gombalan laki laki buaya Ketika kutanya,mengapa dirim