Sudah lama Lian menyusuri koridor bersama Sera. Tapi tempat yang sekiranya dapat disebut sebagai kantin tak kunjung terlihat. Sera memang bilang kalau kantinnya agak jauh. Namun, Lian tak tahu deskribsi 'agak' bagi Sera berbeda dengannya. "Apakah masih jauh kantinnya?" tanya Lian pada Ser
Aku nggak tau dimana, baru gabung, hehe Udah liat komenan aku di thread sebelah, kan yang waktu kamu nanya kategori itu?
Stories from the Heart. Tapi kamu harus jadiin cerbung kamu jadi satu thread, jangan di pisah-pisah tiap partnya, ya.
Gak habis pikir, buat apa dia korupsi sampai begitu banyaknya? Emangnya dia bahagia kalau punya banyak uang? Seharusnya di penjara itu bikin ia sadar, tapi ini malah kabur. Nggak ada rasa bersalah gitu?
Ini ada yang mau buat kelas nulis online, kali aja minat https://mobile.facebook.com/story.php?story_fbid=408221836689698&id=100025056554006&ref=opera_speed_dial&_ft_=mf_story_key.408221836689698%3Atop_level_post_id.408221836689698%3Atl_ objid.408221836689698%3Acontent_owner_id_new.100025
https://s.kaskus.id/images/2019/06/09/10579748_201906090726090018.jpg:wow:wow:wow Lanjutkan saja, jangan ciut hanya karena tidak ada/sedikit yang memberi komentar. Biarkan dirimu berusaha, karena nanti pembaca pasti mengalir dengan sendirinya. :beer: :Paws: Lanjuuut... ane menunggumu.
Deline tampak turun dari mobil bersama Fandra dan Kintan. Cewek itu lantas merapikan rambutnya. Namun, kegiatannya itu harus terhenti lantaran Kintan menyenggolnya. "Apaan, sih, Kin!" "Ini gue salah lihat atau gimana, itu Lian, kan?" Kintan menunjuk Lian yang baru keluar dari a
Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Lian kembali menengok ke arah pintu depan. Tapi, sayangnya tak ada tanda-tanda orang akan membuka pintu itu. "Udah jam sembilan, kok, Kak Elang belum pulang?" tanya Lian. Rendi tersenyum lembut. "Mungkin dia harus lembur malam ini.
Part 4 Lian berjalan menuju halte di depan sekolahnya. Ada beberapa anak di situ, mungkin menunggu jemputan. Lian duduk sambil memaikan handphonenya. Tapi itu tak bertahan lama, gadis itu memang gampang bosan. Jadi Lian hanya bisa melamun dan memperhatikan anak-anak yang mulai dijemput satu persa
Bel istirahat telah berbunyi, Lian memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Ia hendak mengajak Sera ke kantin, tapi ia urungkan ketika seorang gadis tiba-tiba duduk di kursi di depan bangkunya. Gadis itu tak sendiri, ia membawa kedua temannya. "Hai Aliana," sapa gadis itu. Lian ter