Penjaga-penjaga itu pun membawa kelima orang peronda yang bertemu dengan Karebet, naik ke pendapa. Ki Ageng Gajah Sora pun segera menerima mereka. Para penjaga itu pun segera membangunkan tamu-tamu Ki Ageng Gajah Sora yang berada di dalam gandok-gandok rumah itu. Ki Ageng Gajah Sora sendiri me...
Karebet itu pun tertawa pula. “Kalian adalah laskar yang baik” katanya, “Selagi kalian berhadapan dengan maut pun kalian masih tetap dalam tugas kalian. Nah, bagus. Karena itu maka Banyubiru menjadi kuat.” “Jangan terlalu sombong.” “Aku tidak sombong. Aku berkata sebenarnya. Dan...
Ketika hampir semua orang berputus asa, maka terjadilah suatu peristiwa yang membakar kemarahan rakyat Banyubiru. Ternyata hilangnya Widuri akan membawa akibat yang berkepanjangan. Dua hari setelah Mahesa Jenar berada di Banyubiru, maka tiba-tiba salah sebuah gardu peronda pada malam hari melihat s
Setelah mereka menempuh jarak yang panjang itu, setelah mereka melampaui jalan yang jauh, maka mereka kemudian melihat, tanah perdikan Banyubiru yang seakan- akan terbentang di lereng bukit Telamaya itu pun muncul di hadapan mereka. Demikian Mahesa Jenar melihat daerah itu, maka hatinya menjadi ber
SESAAT mereka berdiam diri dalam keheningan. Tetapi Mahesa Jenar tidak mendengar Rara Wilis terisak-isak. Perlahan-lahan ia berpaling, dan dilihatnya Wilis masih duduk dalam sikapnya. Tetapi ia tidak menangis. Mahesa Jenar itu pun kemudian berkata, “Wilis. Aku dapat mengerti pula perasaanmu seper
“Semua orang telah mencoba untuk mencarinya. Ki Ageng Gajah Sora, Kakang Kebo Kanigara sendiri, Arya Salaka dan bahkan Ki Ageng Lembu Sora datang juga ke Banyubiru. Semua orang telah berusaha mencari hampir di setiap sudut Banyubiru. Semua jalan keluar telah dijaga segera setelah diketahui Enda...
Dan kini, setelah bertahun-tahun ia meninggalkan kampung halaman yang penuh dengan kenangan pahit itu, ia akan kembali pulang. Dikenangnya, bahwa pada saat ia meninggalkan tanah itu, tak seorang pun yang dipamitinya. Tak seorang pun yang melambaikan tangannya sebagai ucapan selamat jalan. Ia perg...
Sakayon tidak dapat berbuat lain daripada menyarungkan goloknya sambil menundukkan kepalanya.Tetapi tiba-tiba ia terkejut ketika di dengarnya seorang daripada anak buahnya, seorang anak muda yang bertubuh tinggi tegap, setegap raksasa kerdil, berkata dengan lantang. “He, kakang Sakayon. Sejak k...
Sementara itu, Mahesa Jenar dan Rara Wilis telah sampai ke Gunungkidul. Perjalanan yang mereka tempuh adalah benar-benar perjalanan yang mengasyikkan. Apabila sebelumnya mereka selalu berada dalam perjalanan yang diliputi oleh ketegangan-ketegangan yang mendebarkan, maka perjalanan kali ini selal...
Alangkah terkejutnya hati anak muda itu, ketika tiba-tiba ia melihat bayangan yang dikejarnya, telah meloncat pagar halamannya yang cukup tinggi itu. Terdengarlah giginya gemeretak karena marah. Tetapi ia tidak mau kehilangan bayangan itu, meskipun disadarinya, bahwa tidak semua orang dapat berb...
Dalam kegelapan pikiran, tiba-tiba Arya Salaka teringat kepada gurunya, Mahesa Jenar. Meskipun ia kini telah berhadapan dengan berpuluh-puluh orang, dan bahkan ada di antara mereka, ayahnya dan Kebo Kanigara, ayah gadis itu, namun ada sesuatu yang menyentuh perasaannya, bahwa gurunya akan dapat m...
MESKIPUN demikian gadis itu tidak melupakan ilmu yang pernah dipelajarinya. Di saat-saat tertentu ia berlatih bersama Arya Salaka. Mereka berdua memiliki sumber ilmu yang sama. Ilmu yang dipancarkan dari perguruan Pengging. Namun sekali-kali gadis itu teringat pula kepada Rara Wilis. Karena itu, m
Sehingga sampailah pada saatnya mereka meninggalkan Banyubiru. Dua hari kemudian, maka bersiaplah rombongan itu meninggalkan Banyubiru beserta Mahesa Jenar dan Rara Wilis. Ki Ageng Gajah Sora dengan menyesal tak dapat ikut serta bersama mereka pergi ke Gunungkidul karena keadaan daerahnya yang ma...
"Aku Widuri. Aku mempunyai banyak pekerjaan di sini. Dan agaknya kita telah terlalu lama tidak kembali ke Karang Tumaritis." “Aku tidak mau. Aku tidak mau.” berkata Widuri itu. Kebo Kanigara tersenyum. Kemudian kepada Sarayuda itu berkata. “Sayang adi. Sungguh sayang. Sebenarnya a...