Bagian 19 . . "Sok tau!" Angkasa merasa harga dirinya jatuh di depan Bulan. Netranya menatap Bulan yang terkikik, karena bualan Bintang. Lalu, Angkasa ikut tersenyum melihat Bulan yang tersenyum bahagia. Setelah makan bakso, hanya ada camilan di meja ruang tamu. Bulan terkantuk karena m
Bagian 18 . . Di tempat lain, Bintang sedang menyeruput es kelapa. Dia juga sedang menunggu pesanannya selesai. "Pesenannya udah nih Bang," kata penjual es kelapa. "Kembaliannya ambil aja. Rejeki," ujar Bintang mengangsurkan uang kertas dua ribu rupiah pada anak remaja yang se
Bagian 17 . . Bulan gugup, canggung, dan entah ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkannya untuk menutupi rasa itu. Dulu, kedekatannya tidak seperti ini. Biasa saja seperti teman pada umumnya. Namun, gara-gara ungkapan cinta malah ada rasa tidak enak hati satu sama lain. Tidak berpikir lama, Bul
Bagian 16 . . "Aku cari makanan di luar dulu." Bintang langsung ke luar dari ruang tamu, meninggalkan kedua temannya yang masih berseteru. Angkasa dan Bulan hanya diam. Hanya saja netra mereka melihat pergerakan Bintang sampai menutup pagar. Angkasa kembali menatap Bulan. "Kalo kam
Bagian 15 . . Bintang ingat jalan yang dilalui benar adanya. Kontrakan yang di huni Bulan tidak jauh dari jalan raya. Hanya melewati dua belokan di pertigaan jalan, sampailah mereka di bangunan yang gerbangnya tertutup rapat. Angkasa mulai menghela napas lagi. Semoga saja yang dicari ada di dalam
Bagian 14 . . "Bulan di kamar mana?" Bintang bertanya sambil berlari mengikuti Angkasa. Akan tetapi, temannya itu malah diam. Keduanya menaiki lift, lalu menuju kamar inap di mana Bulan berada. Sesampainya, Angkasa malah heran. Kosong. Tidak ada Bulan di ruangan itu. "Kata laki-laki
Bagian 13 . . Angkasa mengendarai sepeda motor kesayangannya ke arah jalan raya. Jalan di mana satu-satunya menuju ke kota. Belakang kemudi ada Bintang yang sedang menghubungi Bulan di sana. Terlihat dari raut wajahnya sangat serius kali ini. "Gimana, Bin? Bulan angkat telponmu belom?" t
Part 4 . . Tepat sore hari pada jam empat, aku dan Ibu pergi ke wartel. Tempat yang dituju lumayan jauh. Jarak yang ditempuh sekitar 500 meter. Tempat tinggalku terletak di bukit. Kami menuruni bukit dengan jalan kaki. Jalannya berupa tanah dengan pinggir jalan dihiasi pohon mangga. Wartel Mas Pe...
indrag057 kalo cuma typo doang gak masalah sih Om. Ni cerita malah dikit banget. Gak mau nambahin krn bisa kacau entar di bagian selanjutnya