Bagian 15 . . Bintang ingat jalan yang dilalui benar adanya. Kontrakan yang di huni Bulan tidak jauh dari jalan raya. Hanya melewati dua belokan di pertigaan jalan, sampailah mereka di bangunan yang gerbangnya tertutup rapat. Angkasa mulai menghela napas lagi. Semoga saja yang dicari ada di dalam
Bagian 14 . . "Bulan di kamar mana?" Bintang bertanya sambil berlari mengikuti Angkasa. Akan tetapi, temannya itu malah diam. Keduanya menaiki lift, lalu menuju kamar inap di mana Bulan berada. Sesampainya, Angkasa malah heran. Kosong. Tidak ada Bulan di ruangan itu. "Kata laki-laki
Bagian 13 . . Angkasa mengendarai sepeda motor kesayangannya ke arah jalan raya. Jalan di mana satu-satunya menuju ke kota. Belakang kemudi ada Bintang yang sedang menghubungi Bulan di sana. Terlihat dari raut wajahnya sangat serius kali ini. "Gimana, Bin? Bulan angkat telponmu belom?" t
Part 4 . . Tepat sore hari pada jam empat, aku dan Ibu pergi ke wartel. Tempat yang dituju lumayan jauh. Jarak yang ditempuh sekitar 500 meter. Tempat tinggalku terletak di bukit. Kami menuruni bukit dengan jalan kaki. Jalannya berupa tanah dengan pinggir jalan dihiasi pohon mangga. Wartel Mas Pe...
indrag057 kalo cuma typo doang gak masalah sih Om. Ni cerita malah dikit banget. Gak mau nambahin krn bisa kacau entar di bagian selanjutnya
Lidah buaya sih ampuh. Bikin rambut item, lebat dan halus. Tapi kalo kalian betah sama baunya yang anyiiir
Katanya orang yg ditumbalkan meninggal, warung makan ataw apa lah itu, bakal ramai pengunjung. Katanya
Bagian 12 . . Bintang segera menyelesaikan sarapannya. Piring yang baru saja dia gunakan untuk sarapan dia bawa ke dapur dan mencucinya di wastafel. "Jangan lupa pel sekalian lantainya tadi!" perintah Bu Tami pada anaknya. "Iya, Buu," jawab Bintang enggan. Jangan salahkan jik
Part 3 . . Waktu magrib telah tiba. Buru-buru kumatikan televisi tabung 14 inci yang kutonton agar tidak mati listrik. Kenapa bisa begitu? Listrikku masih jadi satu dengan musala. Jelas dayanya tidak kuat. Pernah suatu hari aku melanggar perintah Ibu. Orang tuaku sedang mengobrol di dapur. Aku meng
Bagian 11 . . Pagi yang cerah membuat gumpalan awan-awan di sana begitu putih bersih. Layaknya permen kapas yang biasa disukai oleh Bulan. Namun, sudah lama perempuan berambut panjang sepinggang ini benci dengan permen kapas tersebut. Ada apakah gerangan? Sekarang dia begitu cantik dengan matanya