Di halaman samping rumah kakek saya itu, ada pula bangunan rumah panggung yang ukurannya lebih kecil. Rumah kecil itu berfungsi untuk menyimpan barang-barang, yang tersusun dengan rapi. Ada seperangkat gong khas Melayu dan beberapa meriam kuno dari kuningan, serta berbagai jenis pedang kuno dan t...
Kakek saya itu pergi menunaikan ibadah haji sekitar tahun 1912. Namun beliau berangkat ke Jeddah naik kapal api dari Singapura. Jadi tidak naik perahu layar yang dibuat sendiri seperti kakek dan ayahnya Haji Taib dan Haji Ahmad. Beliau bermukim di Mekkah selama dua tahun sebelum pulang ke tanah a...
Selain memancing menggunakan perahu, Haji Ahmad juga menangkap ikan menggunakan “sero”. Sero itu dibuat dari anyaman bambu atau sejenis pepohonan hutan yang dalam Bahasa Belitung disebut “Resaman”. Anyaman bambu itu dipancangkan ke tanah ke arah laut dan berhenti pada sebuah alur, yang te...
Di awal tahun 2000 saya mengunjungi orang Belanda yang tinggal di Wasenaar, dan lahir di Manggar sekitar tahun 1930. Orang itu selalu bilang kepada staf KBRI, dia ingin sekali bertemu dengan orang asal Pulau Belitung, karena dia lahir di sana, tetapi tidak pernah lagi kembali ke pulau itu. Dia me...
Riwayat Haji Ahmad, kakek ayah saya, dapat saya telusuri. Beliau mula-mula menetap di Manggar Lama, sebuah desa kecil di atas bukit, di sisi Jalan Gajah Mada sekarang ini. Di kawasan itu, juga ada pemukiman orang Belanda yang menambang timah. Bekas-bekas rumah kono Belanda masih dapat saya saksikan
Menurut kebiasaan masyarakat di awal abad ke 19, ketika perahu akan berlayar meninggalkan dermaga, orang sekampung berduyun-duyun mengantarkan perahu yang akan berlayar ke Jeddah, sambi membaca doa dan melantunkan shalawat. Ketika layar perahu menghilang dari pandangan, orang di kampung membacata...
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim, Sebelum saya melanjutkan kenang-kenangan hidup saya di masa kecil, saya ingin menjelaskan serba sedikit tentang asal-usul keluarga saya. Latar belakang asal-usul keluarga itu sangat penting untuk memahami perjalanan hidup saya selanjutnya, baik ketika masih kecil h
Menatap Jauh Kepingan Masa Lalu Indeks Bagian 1 ~ Membuka Memori Bagian 2 ~ Asal usul, cerita dari ayah Bagian 3 ~ Asal usul, cerita dari ibu Bagian 4 ~ Pulau Belitung Bagian 5 ~ Aku penjelajah Rimba Bagian 6 ~ Aku anak Laut Cerita dari Pulau belitung Kumpulan Hikayat dari Pulau Belitung
Vespa ga pernah mati. Neverdies,.... Selama arwah vespa masi ada di jiwa bikersnya.... Rongsok itu akan menghantui jalanan. Teng treng teng teng
Hebat... 10amper cuma 700rebu sebulan, abang gua ajah... Cepek cuma dapet 2 hari.. Btw kog, barang bepe, bisa kedampar di lonjeh?
Keluarga lain, yang sering juga dikunjungi ayah saya ialah keluarga Pak Haji Itam. Rumah beliau terletak di sisi lapangan bola di Kampung Amau. Di dekat rumah beliau itu ada sebuah masjid yang ayah saya sering memberikan pengajian di tempat itu. Saya hanya kadang-kadang saja menyaksikan pertandi...
Ketika tinggal di Jalan Sijuk itu, saya ingat ketika bulan puasa tiba. Saya mulai belajar berpuasa, kadang-kadang sehari penuh, kadang-kadang tidak sanggup. Saya masih ingat ibu saya menyiapkan makanan sahur dan berbuka puasa ala kadarnya. Malam hari saya ikut ayah saya dan kakak-kakak yang lain...
Anehnya, apa yang dikatakan beliau dituruti orang dan nampak sebagai kata putus. Hampir tak ada perkara waris yang diajukan ke pengadilan agama, karena biasanya bila beliau telah memberi nasehat, orang yang datang merasa puas dan menerimanya. Saya baru tahu belakang hari tentang hal ini, ketika ...
Dalam usia lima tahun itu, saya selalu menyaksikan ayah saya membaca buku, koran dan majalah. Suatu hal yang menurut saya waktu itu terlihat aneh pada beliau, ialah kebiasaanya membeli buku, dan berlanggaan koran dan majalah. Sering saya menerima paket kiriman dari Jakarta, yang isinya ternyata ...
Tidak jauh dari rumah kami itu, ada rumah seorang kakak kandung ayah saya. Namanya Abdul Kadir. Saya masih ingat wajah beliau yang terlihat ramah dan selalu bercerita hal yang lucu-lucu. Agak beda dengan ayah saya yang wajahnya serius dan kurang suka dengan guyonan. Paman saya itu bekerja di rum...
Karena rumah itu cukup besar, kami dapat tidur di kamar, walau tetap saja beralaskan tikar. Ada sebuah ruangan yang terletak di depan rumah, yang dijadikan musholla. Kami selalu sembahyang magrib berjamaah di ruangan itu. Ayah juga mengajari anak-anaknya membaca al-Qur’an di tempat itu. Ayah s...
Hal kedua yang saya ingat ialah, saya ikut ayah saya menyaksikan perayaan “Hantu Besar” di sebuah kelenteng Cina di Pasar Tanjung Pandan. Dalam bahasa Cina hantu besar itu disebut Thai Si A. Saya tidak tahu persis riwayat perayaan ini. Apa yang saya lihat ialah ada makhluk besar dibuat seper...
Rumah sewaan ayah saya di Kampung Parit itu sering tergenang air kalau musim hujan tiba. Di belakang rumah memang ada sungai, tempat ibu saya mencuci pakaian. Saya dan kakak-kakak saya sering mandi di sungai itu. Kadang-kadang kami memancing atau menyerok ikan. Genangan air kadang-kadang sampai ...