mimpi segelas teh duduk dilaut meniup sangsakala mematikan segala derita bermain dengan anak-anak waktu lidah pahit oleh segelas kopi harapan ditebar tangan lemah melalui bintang, bulan, dan matahari merinduimu sampai lelah
damai atas mu para kekasih yang bercinta melalui kata isap bersih ampas dari segelas kopi menyusun syair tentang udara angin laut dan batu sungguh rindu ini membelengu
bagaimana hati mencari jika hati tidak berdetak bagaimana burung hendak terbang jika sayap hanya sebelah sungai sudah mengering tidak akan ada lagi segelas kopi terhidang hanya cukup membuat segelas teh segaris tanda kehidupan menghilang merinduimu
semburat kuning kunang-kunang membentuk garis kuning dilayar malam mengiringi jangkrik bernyanyi semalam mata dara pagi ku mengerling manja dipelukan mengusir selimut kabut tidak ada segelas kopi dan teh senyum dibibir terukir
hujan turun membasahi bahu seorang laki-laki bulan menanggis dimalam kamis haru dihati segelas teh bersama segelas kopi bait luka tertutup gamis hitam
berpijak pada embun memakan kebijaksanaan yang diberikan oleh segelas teh pada segelas kopi daun talas nikmat
cegah kaki melangkah dengan rantai rindu bungkus tubuh bersama candu jadikan kopi bercampur teh dalam segelas air hangat menambur keharuman berbumbu keringat menuai cemburu dimata malaikat dan setan
jam berhenti dipukul enam segelas teh terhidang segelas kopi terhidang aku menghadang dewa maut yang hendak membawa dara pagi ku
dara pagi ku sepotong rindu hanyut disungai menanggis segelas teh telah kembali dingin kaki ku telah kaku segelas kopi belum terhidang pelangi pun telah redup aku menghilang
dingin air hujan membasahi tangan kuku perak terganti merah muda pucat senyum segelas teh merona menatap dibalik tirai pualam sepasang mata coklat terpejam melukis sebuah garis merentang cakrawala menempel erat disegelas kopi hari ini juga dara pagi memberi sihir semangat
jalak berdiri dengan kaki ramping menari cabang cabang dijejaki menarik selendang berwarna pelangi angin membelai dara pagi tersenyum ramah meniup segelas kopi rambut hitamnya tergerai wangi segelas teh telah selesai siap menanti kekasih pagi menari diatas ranting bersama jalak pagi
dara pagi ini duduk didepan jendela kukunya kembali perak segelas teh disamping lengan sebaris uap putih meliuk terlihat pancaran intan dimata segelas kopi ditangan hangat
berdiri didepan ombak menyapu kaki buih-buih bermain ingin ku merenda menjadi untaian gelang yang akan dipakai dilengan dara pagi suara itu memanggil sambil mengenggam segelas kopi dan teh hangat menghilangkan udara menggigil menghantam suara langkah akhh...aku hidup disana bersama dara pagi
senyum yang dinanti seribu hari mengenggam harapan terbias muncul lagi dibalik tirai seribu rupiah telah habis menikmati segelas kopi dibalik segelas teh tersenyum ramah nikmat pagi ini
pelangi di malam hari tertawa terbahak-bahak indah kata segelas kopi dipagi hari kepada dara yang tergeletak masih memakai gaun merah tapi kuku nya tidak berwarna perak hari ini segelas teh telah kosong
hari ini tidak ada lagi segelas kopi dimeja dara pagi tidak pulang segelas teh telah terbuang meresap ditanah menata hati dibawah fajar
kopi itu hanya sebuah tempat menceritakan pertemuan dengan seorang suka teh teh itu hanya segelas pahit menemani kesendirian derita seiring seribu rupiah
kasih... sudut jalan itu masih sama masih menebarkan aroma kopi yang kamu nikmati bersama ku mutiara hitam pahit namun akan menjadi nikmat ditanganmu aku menikmati bersama segelas teh