Padahal jarak dari puser ke gudang amunisi di bawah sama saja mau pendek atau tinggi orangnya, anya-anya wae si Eneng teh
Harusnya julukan terbaik atau terjelek itu ada tolok ukurnya bukan karena cinta setengah mati atau benci setengah mati, agar obyektif,beberkan saja before after, misal pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, mungkin kl Jakarta jumlah pengungsi banjir, lamanya kebanjiran dsb
Bisa jadi model kalau pa Ganjar jadi presiden buat bangun IKN, bisa swadaya masyarakat lebih hemat APBN
Kalau diamati sebenarnya, pertama ada daerah yg tata kelola keuangannya jelek dan diaudit, ada yg pingin kelihatan bagus menyuap auditor, tapi ada yg daerah lain sama tata kelola keuangannya jelek dibiarin ga nyuap, tapi intinya ke dua daerah sama sama jelek, kepala daerahnya ga bisa memimpin, tapi
Semoga cepat tertangani, intinya pemerintah sigap menanganinya, ngga kaya covid di awal yg jadi candaan pejabatnya , malah ada yg yg cengzr cengir
Disebut orang pinter, karena berdasar testimoni orang bodoh yg minta bantuan, padahal ga semua yg minta bantuan ke dia bisa ditolong, dan yg gagal pasti ga kasih testimoni, inilah pengobatan dukun alias orang pinter
Pns lulusan S1 kalau ga punya jabatan, gajinya gedean anak SMA karyawan tetap di sektor otomotif, kerja di kawasan industri sekitaran karawang bekasi
botolchivas Untuk level bawah cukup merata korupsinya, sebagian kepala sekolah negeri pada ngentit uang Boss, administrasi pengadaan barang jasa beres karena pake fihak ketiga, ketika ada inspektorat periksa fihak ketiga ini yg atur, sebagian kepala desa pada ngentit uang dana desa, bikin proyek ...