Aku tahu, Tuhan bahwa aku tidak boleh mengeluh untuk jalan yang memang sudah ditakdirkan untukku. Namun beri sedikit ruang untukku meguatkan diri kembali bangkit. Rasanya lelah, sangat lelah dihantam terus menerus tanpa ada napas kelegaan. Bukan, bukan maksud hati mendikte atas apa yang Engkau ber
Di suatu masa, kita sama-sama berjuang untuk tadir yang kita inginkan. Aku dengan keinginanku, kamu dengan keinginanmu, dan mereka dengan keinginan mereka. Namun pada kenyataanya pola itu tidak akan mengubah apa pun, selain yang terjadi tetap saja terjadi. Aku, kamu, dia, dan mereka pada akhirnya
Kita saling terhubung satu sama lain. Sekarang aku mengerti apa yang membuatmu begitu kesal dan sangat pencemburu. Yah, apa pun itu, bukan alasan untuk saling menyakiti bukan? Mari kita saling mendewasakan diri untuk duduk sama rendah, menekan ego, dan meyelesaikan masalah. Bukan lari, lari, dan ...
Ikatan di antara kita begitu kuat, beberapa kali kucoba untuk memutusnya, tapi tetap saja tersambung kembali. Kini, justru ikatan itu semakin menyalak, merah darah, bercahaya, dan semakin kencang mengikat. Kamu dan aku adalah dua hati yang dipersatukan, tidak pernah saling meninggalkan. Jika pergi
Aku seseorang yang hadir, tapi selalu saja terlihat kepayahan meneriaki langit. Tak ada yang tersisa, masih terus berusaha berdiri di atas bumi. Pijak demi pijak kulangkahkan kaki, oase selalu menggoda di depan sana. Namun tiba-tiba diam, menatap dari kejauhan. Bunga-bunga itu tumbuh mekar, tumbuha
Apa kabar, Tuan? Lama kita tidak bersapa ria, meski hanya sekadar sayup-sayup mendengar langkah kakimu di ujung jalan. Bagaimana kabar hatimu? Sudahkah bahagia dengan jalan pilihan yang kau tempuh? Kuharap kau bahagia, Tuan. Aku pun bahagia dengan kesendirianku ditemani oleh cinta yang kumiliki un
Ketika itu aku menginginkan hal serupa apa yang kuberi, maka itu yang ingin kudapatkan. Terbesit iri melihat orang-orang diistimewakan oleh cintanya. Namun aku kembali tersadar bahwa segala sesuatu berjalan bukan sesuai keinginanku. Aku kembali mundur, menyatukan remukan-remukan hati yang tercecer
Kusentuh bayang dalam kabut Ketika hati dan mata kian bergelut Hilang pergi meninggalkan takut Jeritan minda begitu kalut Diam batu membisu Tak lagi ada air susu Menghitam genangan busuk Mata belati menusuk Kaki terseok merantai iba Tangan tak sampai meraih dahaga Berhambur tak menyisakan raga Mus
Perjalanan untuk sampai ke titik ini tuh g' mudah. Harus saling menyakiti, membenci, dan membunuh rasa. Yah, akhir'y menjadi toxic satu sama lain. Cinta dan benci menjadi satu paket, ketika aku ataupun kamu melakukan kesalahan, kami saling membenci, tapi pada menit setelah itu, ada sesuatu yang mem
Ada banyak penerimaan yang sulit diterima. Berusaha mengerti akan segalanya. Bahkan aku membungkam diriku ketika mengetahui banyak fakta akan tentangmu. Apa? Bagaimana? Mengapa? Haruskah? Segala pertanyaan berkecamuk di dalam hati. Aku meringis dan menangis. Ingin rasanya mengumpat, tapi kuurungka
Perjalanan ini masih terus saja berjalan, mempelajari masa lalu, kini, dan esok. Anehnya terjebak pada pola yang sama dan selalu saja di titik yang sama. Aku mendapatkan cinta yang luar biasa dari mereka, sekaligus cara menyakiti yang berbeda. Ada yang sama, tapi tetap berbeda rasa. Aku belajar da
Saling terikat untuk memiliki, meski jarak tak mampu kutembus dengan mata, meski langit begitu tinggi, meski bumi begitu luas, dan samudera yang sangat tangguh. Benang merah itu semakin menyalak, merah darah, terang berpijar, dan sulit untuk diputus. Semakin tangguh dan kokoh menyimpul pada hati.
Untukmu yang selalu kubanggakan dalam mencintaimu, meskipun aku begitu tersembunyi ataupun mungkin disembunyikan. Namun bagiku kau adalah laksana mahkota penuh keagungan dan layak untuk diperlihatkan. Bukan untuk membuat orang lain iri dan membenci, tapi orang akan melihat bahwa aku telah dimiliki.
Hujan bergemuruh Rintik demi rintik terjatuh Mataku mengabur Bayangan kian menjauh Denting dawai terus menari Meneriaki cinta dalam tangis Bunga-bunga tak lagi mati Merekah begitu cantik Cinta itu hadir Mengisi relung hati Memeluk penuh kasih Tanpa sebuah ketersiksaan batin
Hitam dan putih saling melengkapi Duka dan lara begitu menghimpit Saling mengikat tanpa ingin pergi Menjadi butiran-butiran halus dinding hati Tak ada yang sempurna Hanya ada kata saling menyempurnakan Di sana tempat tahta cinta berada Di antara ribuan rasa sakit mendera Ikhlas menerima kegelapan
Orang-orang selalu saja menceritakan betapa baik dan istimewanya dirimu. Aku tersenyum, bahagia mendengar pujian-pujian mereka tentangmu. Terkadang aku begitu bingung karena nyatanya sosok yang menemaniku adalah hal lain dan sangat berbeda. Begitu banyak kebaikan yang tidak pernah kusadari. Mungkin
Bunga-bunga mulai tumbuh di pelataran taman, sejumput harap kini mulai mengembang. Panorama fajar kian menghangatkan. Ah, ya, kini senyumku kian merekah. Mengapa banyak kata kian dalam eja? Karena nyatanya segala sesuatu memang seperti itu. Prosesku telah sampai di titik ini, tapi perjuanganku be
Malam ini aku begitu merindukanmu, Sayang. Sangat merindukanmu. Aku ingin sekali menyapa seperti biasanya, tapi aku sadar diri bahwa aku menjadi aku telah melukaimu sedalam itu kemarin. Aku ingin menyapamu sebagai orang lain, tapi hatiku selalu saja sakit. Aku ingin kau mencintaiku, bukan orang lai
Aku tidak tahu apa yang bisa membuatmu tertarik hingga jatuh cinta padaku. Aku pun tidak tahu apa alasanmu begitu mencintaiku. Padahal mereka selalu membanggakan cintanya padamu. Cinta yang begitu luar biasa hingga pada suatu titik, aku memilih menyerah. Apakah aku berlomba untuk mencintaimu? Apaka
https://s.kaskus.id/images/2021/05/08/9532339_202105080819070653.png Masih tentang rasa yang sama. Kenapa harus sama? Tidak bosen mengulang sesuatu yang sama? Karena rasaku masih sama. Jika suatu hari ada yang berbeda, mungkin ada yang lain dengan rasaku. Maka nikmati saja hadirku selagi masih