Tunas muda itu selalu tersenyum ketika melihat pelangi selalu indah setelah derasnya hujan mengguyur. Ada banyak keindahan yang selalu terpikiran, batang yang kokoh, ranting yang kuat, daun-daun yang segar, dan bunga yang cantik semerbak wangi. Tunas melukis dan mengukir di atas lembayung pelangi
Selalu saja ada kalimat indah untuk ungkapan cinta itu bertahta, tak banyak, tak pula sedikit. Semua rasa selalu menjadi perpaduan yang menyejukkan. Seperti cintamu yang begitu manis di antara sekumpulan coklat dan keju. Sampai dadaku terus bergemuruh menyebut namamu. Ah, bagaimana bisa ku jabarka
Ini sudut pandang orang ke-3 atau gimana sih? :hammer: Orang ketiga, tapi kaya pertama. Fokus ke cewek'y. :ngakaks
Fyuuhhh... Akhir'y bisa update lagi gaeess.. Duuhhh.... Maaf banget yah, kalau lama nungguin. Sejujur'y lagi stuck dan g' enak badan juga nie. Tapi akhir'y aku sempatin nulis. :nulisah
https://s.kaskus.id/images/2020/11/23/9532339_202011231210010622.png Apakah aku tak sadarkan diri lagi? Kulihat raut wajah ibu, terlihat lelah dan ada bekas air mata di sana. Aku menarik dan mengelus punggung tangannya yang halus, tangan ibuku selalu halus dan menenangkan. "Nduk, Ibu khawa
Senja itu tak lagi terlihat indah Kala malam telah datang Menggantikan rembulan dan bintang Menemaniku yang begitu merindukan Tak ada senyum hanya tinggal sesak Menahan bagaimana harus berucap Hanya sunyi dingin dalam kebekuan Semua rindu telah menguap memeluk cinta
Apa susahnya untuk berucap sekedar pamit? Agar aku tak dipenuhi prasangka untuk membenci Selalu saja tanpa ada kata akhir Untuk kepergian yang entah mengapa selalu terjadi Mengapa harus selalu saja terjadi? Terkadang aku lelah untuk bertahan di sini Maka biarkan aku tak lagi mengerti Kulepas kau
Bahagia itu milikku dan milikmu Bagaimana bisa menjadi milikku? Sedangkan aku pun milikmu Bukankah kita ada untuk saling memiliki? Aku sangat menyukai semua hal tentangmu Apa pun yang ada di dalam dirimu Bahkan sesuatu yang tak pernah orang tahu Aku sangat menggilai untuk selalu memujamu
Tak ada kata bosan untuk selalu mencintaimu Bahkan setiap detik waktu berlalu Hanya terukir namamu dalam hatiku Bukan hanya bagaimana aku terus merindukanmu Yakinkan hatiku bahwa cintamu begitu sempurna Sampai enggan aku berpindah asa Nyatanya kokoh minda mengikat seutuhnya Hanya ada kau seorang di
Tuhan mengerti apa yang kurasakan Ketika gelisahku tak mendapat jawaban Akhirnya angin datang membawa kabar darinya Detak jantung seakan begitu cepat berirama Ah, kasih.... Andaikan mampu kulipat jarak untuk menatap senyummu Mungkin tak akan siksa oleh rindu yang menyiksa hatiku Namun begitulah bum
Kuberi ruh dalam puisiku Karena kamu adalah kunci dalam aksaraku Setiap kata demi kata menjadi bait yang begitu sejuk Yah, kau pemilik hatiku yang menjadi candu Tak ada orang lain dalam hatiku Hanya kamu satu-satunya mengisi relung Biarkan bunga-bunga membenciku Toh nyatanya duniaku hanya bersamamu
Hay, kamu sang pencuri hati Yang telah menaklukan jiwaku di sini Kala malam sepi namun tak berarti Kini hadirmu menjadi penghangat hati Hay, kamu penguasa hati Yang berhasil memeluk dalam sepi Meriuhkan gemuruh debar hati Tetaplah menjadi pemenang di hati
Ternyata kita sama-sama lupa kapan mata saling beradu dan bertemu. Mengagumi keindahan masing-masing yang Tuhan ciptakan. Sampai akhirnya suatu malam aku menemukan sajak-sajak yang usang, menceritakan bagaimana pertemuan dua insan yang saling tak mengenal. Tak kah kau ingat, kau datang dan pernah m
Kau adalah wujud dari puisiku sendiri, menari riang riuh gemuruh dalam kata penuh aksara manis. Ah, kau memang manis, Sweetheart. Senyummu selalu saja membuatku tersipu, rasanya ingin menutup wajahku. Namun aku begitu memujamu sehingga enggan melepas mata sedetik saja dari menatapmu. Entahlah, aku
Malam nie hujan mengguyur begitu deras Begitu pun rinduku padamu yang sangat basah Ah, perasaan yang selalu saja terbakar tanpa batas Bagaimana mampu ku redam walaupun selembar kapas? Denting rinai hujan bagaikan musik yang menemaniku dalam sepi Kalau menantimu di penghujung malamku Tak ada kawan h
Rinduku selalu saja tentangmu, Kasih. Tak kah engkau rasakan bagaimana detik demi detik harus terlewati tanpamu? Ah, sungguh begitu menyiksa diri sampai darahku terus mengalir. Andaikan gemuruh hujan tak deras turun ke bumi, mungkin tangisan rinduku begitu terdengar oleh alam. Namun malam nie aku