Awalnya aku adalah burung bebas tanpa landas, tersenyum, tertawa pada awan-awan dan sekumpulan kawanan yang tidak ku kenal. Aku sedikit bercerita bahwa dunia ini begitu indah, sangat indah sampai kulihat dari mata-mata itu berbinar. Aku burung yang menyukai kesendirian ketika kawananku lebih asyik
Damai tertidur tanpa duka Rehat sejenak dari dunia Melepas asa dalam bayang Senyumku kini begitu tenang Tak ada gelisah dalam gundah Tak ada waktu untuk memutar Aku damai dalam mimpi indah Alamku begitu bertabur cahaya
Istirahat sejenak dari hingar bingar Tersusun rapat tak bersekat Tubuhku lelah rehat dalam buaian Biarkan dunia dalam pelukan Kumerindu namun tak datang Carilah aku di tempat bernapas Maka biarkan aku tertidur dalam pangkuan Pelukanmu yang begitu hangat
Izinkan aku tertidur nyenyak di pelukanmu, siapa tahu esok sangat sibuk sampai membelai lembut tubuhmu ku tak sanggup. Sampai waktu enggan tersenyum untuk menuntun kita berdua bertemu dalam rindu.
Tangan kita saling mengikat untuk sejenak berucap Biarkan gemerlap punah di tengah cahaya Cahayamu tak akan pernah pudar Selalu berkilau begitu terang
Kini hujan mengguyur kembali, sederas rinduku padamu kasih. Namun cahaya tinggal satu lilin yang berpijar langit telah padam. Gelap menurunkan gelisah bersemayam di dalam minda. Ah! Sejauh apa pun kuberlari, nyatanya rinduku tak pernah berhenti. Aku di sini begitu merindukanmu. Detik demi detik ta
Bidak Catur Laju bola telah bergulir Bidak-bidak itu lihai bermain Satu pukulan menghantam badai Kuda-kuda tunggang langgang berlari Arogansi sang ratu memborbardir Mematikan pion-pion tanpa pamit Satu tumbang yang lain memburu mati Tertinggal busung dada atas kemenangan sombong diri
Entah kesekian pagi ku menggigil menahan rindu. Untuk sekedar menyapamu saja, waktu tak membantu. Aku di sini seorang diri memanggil namamu, kasih. Andaikan ada jarak yang bisa ku lipat, ku ingin kau datang tepat di hadapn. Ketika mataku terbuka dan kulihat wajahmu yang begitu kurindu. Namun sekal
Aku tidak pernah takut akan jarak yang begitu luas membentang, karena nyatanya seberapa jauh adam dan hawa terpisah, tetap akan bertemu. Aku tidak takut seberapa banyak ilalang tumbuh liar di tamanku, nyatanya bungaku tetaplah indah merekah dan harum. Yang kutakut ketika seberapa banyak air kusira
Biarkan saja aku terus menulis bagaimana aku merindukanmu. Mereka tak akan pernah tahu, bagaimana tersiksanya jiwaku menahan gejolak rindu. Aku bagaikan arang tanpa api yang menggigil kedinginan, aku bagaikan musim gugur yang membiarkan daun-daunku terjatuh, aku bagaikan hujan deras tanpa awan mend
Sekarang aku tahu dan menemukan sesuatu, diksi orang begitu aduhai manisnya, sampai membuat mataku terbelalak. Begitu takjub terpana dan terperangah. Ah, apalah aku yang hanya remahan kerupuk. Jika tersiram air sudah melepuh dan hilang. Namun ada hal yang orang lain tak memiliki apa yang kumiliki,
Kubiarkan semua pulang pada tempatnya Di mana rumput-rumput berada Di mana ikan-ikan hidup tentram Di mana bunga-bunga merekah
Masih kukunci rapat ruangan yang selalu terjaga, setiap kuputar kunci dan pintu terbuka, maka tak ada lagi bayang. Kembali kututup, tak ada yang pernah bisa mengekor sampai masuk. Benar-benar masuk, daun-daun itu masih saja memikirkan bagaimana pohonnya tumbuh. Tidak pernah memikirkan bagaimana ta
Pada masanya aku pernah memberikan uluran tangan untuk menggenggam kuat jemari seseorang. Namun di kala itu, pelan-pelan melepaskan dengan perlahan. Senyumnya masih tersimpan, setelah bertahun-tahun, tahun lamanya. Aku masih ingat bagaimana dia menemani setiap malamku dengan mendengarkan celoteh ab
Kau adalah bunga yang selalu saja berhasil mencuri pandanganku, ketika mataku enggan untuk sekedar menikmati keanggunan. Kau adalah kegelisahan hati yang selalu mencambuk setiap waktu, ketika desah rindu memanggil namamu. Kau adalah bahagia yang tak pernah kupikirkan akan hadirmu, ketika bunga-bun
Sweetheart Kau adalah wujud dari puisiku, bagaimana setiap hari ku tulis aksara atas senyummu. Bagimana pena-pena itu terus saja menari di atas buku. Kau adalah puisi yang selalu tercipta detik demi detik hingga waktu pun selalu berganti. Kau adalah napasku, bagaimana setiap satu tarikan selalu me
Langit bumi menjadi saksi Perpaduan dua hati bertemu di sini Menciptakan badai tanpa henti Sekejap panas, sekejap hujan, sekejap hening Tumbuhlah sepucuk harap agar menepi Langit bungkam tak ingin berdiri Berlalu lalang tanpa berhenti Meracun minda terkulai tak mati
Berulang kali dadu bergulir Masa ke masa pun berganti Selalu saja memutar hal yang sama berulang kali Ada hal yang menyesakkan hati Namun malas sekali mengikuti Andaikan tak ada batasan di antara detik Ingin kuteriaki untuk sekedar mencaci Apalah daya batasan tetap pada diri Lebih baik melipat mal
Selayaknya pijar tak lagi berpendar Ketika cahaya mengikis alam Seruan tak lagi terdengar Sunyi sepi tanpa ilalang Napas berhenti terbata sekedar kata Reruntuhan batu tak lagi berserakan Debu putih awan beterbangan Menghisap resah menguatkan dahaga
Waktunya aku tertidur Agar selalu terbayang akan dirimu Biarkan malam tetap berkabut Berharap tidur kan nyenyak tak terbangun