Sosokku begitu nyata tersentuh Ada ribuan taman yang menungguku Alam semesta hadir menyambutku Aku bagian dari mereka bukan lagi tentangku Kini mataku terus saja terpaku Menajam dan menghunus setiap sudut Menyimpan setiap kata dan sentuhan padaku Ilustrasi dunia yang begitu manis memukau Tanganku
Aku adalah seorang ratu dan a magic power Tugasku untuk melindungi seluruh isi alam semesta Aku terlahir untuk menciptakan kedamaian Aku datang untuk memeluk jiwa-jiwa kosong penuh cinta Aku adalah kuasa yang begitu kokoh Pelukanku bagaikan api yang berkobar Menghangatkan jiwa-jiwa kesepian Mengoba
Aku adalah diriku yang begitu ambisius Haus akan ilmu alam semesta dan segala rahasia di dalamnya Jangkar-jangkar itu terus saja berputar di sekitarku Hatiku haus akan pengetahuan yang baru Aku adalah aku yang begitu pemikir Menciptakan segala hal dengen jeli Menyalin segala keselerasan dengan nyal
Aku adalah bentuk kedamaian alam semesta Menyatukan jiwa-jiwa yang tersesat Mendamaikan raga-raga yang bergejolak Memeluk hangat penuh cinta Aku adalah bentuk kesabaran Meski bebatuan melukai jasad Meski duri-duri mencabik diri Tetap kokoh berdiri untuk mencintai Aku adalah aku yang selalu menyeb
Status di awal tahun dengan kelahiranku kembali Entah dalam keadaan baik ataupun tidak baik Aku akan tetap berdiri di sini Menghadapi takdir seorang diri Akan ada banyak rasa benci yang menyelimuti Namun tujuanku adalah menebar cinta kasih Aku adalah aku dengan membawa risalah diri Menyampaikan yan
Aku adalah sekuntum bunga yang indah Kelopak polos seputih tulang Gliter-gliter serbuk kedamaian Mengitari sekitar sudut-sudut paronama Aku adalah sekuntum bunga yang murni Jiwaku begitu putih, polos, dan bersih Embun pagi selalu mensegarkan diri Derasnya hujan membersihkan hati Aku adalah sekunt
Reruntuhan tak lagi mampu dibangun Rumah itu sudah hancur lebur Jiwa-jiwanya telah mati terkubur Tinggal jasad-jasad iblis penebar racun Kokoh langit tak mampu menutupi Megahnya bumi tak lagi menopang diri Sudah lenyap, semua hilang berganti Tiang-tiang itu mati berdiri Jiwa-jiwa itu tak akan kemb
Akhirnya kematian itu tiba Mulai menghitung jarak Detik demi detik waktu bergantian Tinggal menanti ledakan dahsyat Sudah kuperingatkan bahwa akan ada peristiwa besar Namun manusia enggan sekali menoleh untuk mengingat Maka hukuman-hukuman itu akan terjatuh dari langit Mencabik diri yang selalu mel
Langit itu terbelah menjadi dua Hitam dan putih tak beraturan Ada badai menyelimuti Ada gerimis tak henti menyirami Tak ada lagi kata saling berucap Hanya sekedar menyapa berbagi kabar Tak ada lagi bahasa dalam minda Selain jurang begitu dalam Kita berbeda, warna kita tak sama, jiwa kita berlainan
Air itu begitu menenangkan dan netral Apa pun yang dilewati akan tetap berwarna putih Sebanyak apa pun warna ditumpahkan akan tetap jernih Gelombang itu mematikan namun begitu tenang diri Ada banyak keindahan di lautan yang tak berujung Ada banyak keindahan yang terlewati sampai ke lautan Ada banya
Kutumpahkan segala rasa Entah duka maupun lara Entah sedih maupun gelisah Hatiku berkecamuk tak menentu jua Aku yang selalu mencintaimu di balik senja Merindukanmu ketika fajar menyapa Gejolak jiwa yang selalu menahan asa Bagaikan meteor terjatuh di belahan bumi utara Aku, kekasih yang selalu seti
Di sudut ruang malam Wajahmu selalu saja terbayang Rinduku mengisi seluruh minda Tak mampu terpadamkan Guyuran hujan tak terdengar Riuh gemuruh tak lagi menggetarkan Aku terkulai lemas tak berdaya Menahan sesak rinduku yang tak kunjung padam Tak kah kau dengar jerit tangis kepiluan? Tak kah kau de
Waktu terus saja berputar Namun aku tetap berdiri tegar Menggenggam sebuah harapan Bahwa rinduku akan padam Namun semakin kugenggam Sesak semakin memanas Tak ada celah tersiram air hujan Rinduku begitu keras membatu api berkobar Tak ada ada harap selain melipat malam Mengheningkan jiwa untuk kesen
Aksaraku masih bekecamuk hebat Rinduku begitu mencabik kuat Aku tersesat di dalam kubangan asa Rinduku begitu menyiksa raga Sorot mata itu meredup Meruntuh luruh tak tersentuh Kini bayang tak lagi berembun Tubuh menghilang tak tersentuh Jarak rindu kian menipis Namun akhirnya aku mati di sini Meng
Pelepasan rindu tak lagi ruang Air mata tak henti mengalir Jiwa meronta tercabik rintih Di mana cahaya gelap langit Mata tertutup jiwaku terbuka Rinduku kian membakar gundah Cintaku mengalun terbang Menyapamu dalam kebisuan Mencintaimu begitu memabukan Hasratku tak pernah padam Kelopak bunga terus
Waktu terus saja berputar Namun aku tetap berdiri tegar Menggenggam sebuah harapan Bahwa rinduku akan padam Namun semakin kugenggam Sesak semakin memanas Tak ada celah tersiram air hujan Rinduku begitu keras membatu api berkobar Tak ada ada harap selain melipat malam Mengheningkan jiwa untuk kesen
Satu raga tak akan menyentuh Ketika kosongnya jiwa tak menyatu Membunuh sepi dalam rengkuh Tak ada kata maupun senyum Jiwa-jiwa berkelana tanpa tujuan Terpaan angin selalu menghujam Ke sana-sini tanpa kepastian Tersudut sunyi di malam kesendirian
Aku masih di sini, di bawah lampu berpijar Berselimut kebekuan yang semakin membunuh perlahan Aku masih di sini, di bawah langit malam Terus menghitung waktu agar rinduku menghilang