Lagi-lagi menggigil dalam balutan malam, menepi untuk sejenak bernapas bagaimana angan selalu saja menusuk tanpa henti. Lagi-lagi bibir itu membisu dalam keramaian hingga tak ada jeda untuk sekadar sajak dalam kematian. Lagi-lagi hanya tinggal bayang memeluk penuh hangat ketika raga merintih sunyi
Guratan Diri Senyum palsu terukir manis. Menutup semua gejolak dalam hati. Drama terus bergulir dadu bermain. Ending pun tak akan pernah pasti. Yeah... Diam dan diamlah mungkin itu yang terbaik. Tak perlu untuk dimengerti. Jika hanya untuk menertawakan diri. Pergi di ujung senja. Datang di pengh...
Getir mencabik diri Kosong arah jalanan sepi Jeritan pilu menyayat perih Berselimut asa dalam sunyi Langkah gontai tak lagi menepi Hilang sudah detak jantung hati Sirna berselimut luka batin Mengkoyak dentuman menyibak langit Kosong langkah tak lagi di sini Lepas genggaman menghantam diri Langit m
Aku yang diam-diam merindukanmu Di tengah heningnya kalbu Di kala sunyi menusuk Di kala sepoi angin membunuh Aku yang diam-diam merindukanmu Meski kata selalu membisu Meski jutaan duri menghunus Aku masih berdiri menantimu Aku yang diam-diam merindukanmu Ketika kabut menjadi jarak antara kau denga
Ada jarak yang membekap Ada asa yang sesak Ada gejolak yang pengap Ada suara yang tak terucap Di balik tirai semua hilang Di balik senja semua sirna Di balik malam tak ada harap Tersapu rekayasa gulita debar
Mata saling memandang Kata membisu tanpa ucap Cahaya redup meremang Bias pun menghilangs Hanya ada sorot mata Yang tenggelam dalam dusta Ada detak jantung tak lagi berima Ketika sentuhan itu tiada
Lagi-lagi harus kutelan rindu Ketika asa pengap memburu Sesak tak lagi tujuan kalbu Langit gelap begitu kelabu Kosong hamparan jiwa tak tersentuh Berdiri di bawah langit mega mendung Tak ada senyum penutup relung Diam di balik sosok yang begitu rapuh
Pernah kugantungkan asa pada langit-langit senja Namun angin selalu berhasil membawanya terbang Hilang begitu saja tanpa jejak Sedangkan aku masih diam dengan kesendirian Pernah suatu ketika ku lukis sebuah nama Di atas permukaan air yang menjernihkan Namun gelombang berhasil menggulungnya Hilang
Aku pernah menjadi sosok yang begitu rapuh Sebelum alam membangkitkanku dari terpuruk Memelukku penuh cinta meninggalkan kalut Ketika badai begitu membunuh Aku pernah menjadi sosok yang begitu layu Ketika dahan-dahan berguguran jatuh Ketika malam tak menerimaku Ketika angin membiarkanku mati menusu
Aku yang masih sama Seperti ribuan purnama mengeja Aku yang masih berjuang Mendekap asa membunuh kelam Aku yang masih sama Menahan gelora mencabik asa Minda terkoyak nestapa Relung jiwaku memudar Aku yang masih sama Bungkam di keheningan Gelisah pada kebisuan Hingga akhirnya lenyap tanpa jejak
Masih diam, aku masih diam menanti fajar Meski dinginnya malam membunuh minda Meski gejolak tak pernah tertahan Aku masih diam seribu bahasa Masih diam Meski raungan suara Cumiik telinga Jutaan kata menghunus raga Mencabik hati tanpa ampunan Masih diam Meski segala hal terungkap Bait demi bait ber
Pada kegelapan malam tak lagi harap Kusimpulkan tali agar semua tiada Semua hal tak lagi berharga Hingga tubuhku siap untuk terbang Namun cinta telah memelukku kembali Membawa kakiku berpijak di sini Membiarkan seluruh hasrat mengisi Hingga akhirnya mataku terbuka lagi Aku masih di sini bertemanka
Serupa hujan aroma tubuhmu begitu menggetarkan di setiap hitungan detik malam menghilang. Serupa angin yang terus saja menerbangkan aroma tubuhmu yang memabukkan, aku begitu terlena dan tak berdaya. Serupa bintang-bintang, cahayamu begitu bersinar tanpa penerang. Rembulan pun redup di bawah bayang
Lagi-lagi aku harus menguatkan jemari, agar asaku selalu saja kokoh menantimu di sini. Kau pujaan hatiku yang begitu manis. Senyummu selalu saja memabukkan diri. Bagaimana hari-hariku terlewati begitu saja. Bagaimana malam menghilang di kala fajar. Bagaimana sunyi menyelimuti kegelisahan. Aku ma...
Di kala rerumputan membakar halaman Pernah aku ingin menyerah Membiarkan hangus menjadi arang Tak ingin kusentuh untuk sekedar memandang Namun setiap kali ucap manjadi acap Pergi berkelana sesuka cita Hingga akhirnya lelah tak bersuara Kembali ke pintu di mana rumah berada Kini, kuletakkan hati d
Ada langkah yang hilang Sebelum pertemuan terjadi berulang Ada sentuhan manja yang melena Sebelum desahan napas menggelora Ada bias dalam bola matamu Ada cinta yang terlahir padamu Ada asa yang selalu menyebut namamu Terus saja mencabik rindu Di sini kumenanti setiap detik Berganti hari yang tak h
Aku bukanlah siapa pun, selain seorang wanita yang begitu mencintai kekasihnya. Aku seseorang yang tidak tertarik pada gemerlapnya dunia, meski kemilau berlian begitu memabukkan. Aku yang terus saja memperbaiki langkah agar sejajar dan mampu menyelimuti langkahmu. Sampai suatu hari, mampu kubuang d
Burung-burung beterbangat di angkasa Mengepak sayap meski terluka Panah-panah menghunus tajam Satu tancapan tetap saja mengibas Hujan badai mendera Matahari kian meredup hitam Petir menggema di ujung langit Tubuh-tubuh renta itu kian mengikis
Bias itu sirna di ujung senja Menoreh luka menghantam lara Kepulan asap mengekor niscaya Bebatuan tetap saja membisu kata Ranting-ranting tak lagi berdaun Dahan-dahan mulai gugur Terik matahari tak lagi menyambut Dingin salju membeku tubuh Langit gelap gulita Sendu terkikis duka menyiksa Torehan k
Aku seorang jiwa yang tersesat Kukira cahaya itu menuntun keluar Nyatanya berputar-putar Tubuhku semakin kacau dan lemah Kini, mataku nanar memandang langit Semakin hitam dan gelap tanpa cahaya lilin Redup menghilang di tengah kabut Aku benar-benar tersesat di dalam kalut Kakiku terus melangkah K