Tepat gurauan kecil mereka Berbagai kata untuk para cendekiawan. Semua yang tinggi merasa rendah, Salah satu penyebab keindahan. Teruslah berjalan, torehkan tilasmu. Mereka kukagumi, dalam kias dan makna. Aku juga pejalan penuh luka, Mungkin bisa berbagi cerita. Tuhan memberi jalan yang nyata
beriaklah seperlunya, seperti telaga, tidak berubah asin walau terlarut segenggam garam, janganlah menjadi layaknya cawan yg mudah habis saat terguncang, mudah berganti rasa dengan secuil garam...
jangan engkau bangga pada penaklukanmu boleh saja kau libas semua gelombang lautan namun lebih bijaklah pengarung samudera nanti engkau bisa menangis meminta ombak menghadapi laut yg teramat tenang...
engkau akan menempuh jalan jauh hingga tiba engkau di ruang penuh sayang jadi tekankan pada 'ayah' biologismu ada yang lebih nikmat dari sekedar memandang terjun langsung pada penyatuan... tempuhlah dengan jalan yang suci sungguh disana kau akan bertemu dalam ruang yang langsung diambil dari nam...
karena pada tiap embun yg menggantung aku menaruh harapan tuk pagimu yg bahagia percayalah pada malamnya aku menitip doa pada berlapis langit yang telah sudi memberi tahu kabarmu yang masih tegar...
maksud hati sepintas lalu tertegun, lalu mendalami. selintas kalimat berlari, meninggalkan senyum terpatri. Sebetulnya seperti apakah? keras, lembut atau penuh emosi. ah, sungguh rahasia hati. Manusia selalu indah, Dengan berbagai lukisan imajinasi Dan ya, kau salah satunya. Wahai kau, sang pen
apa-apaan engkau hayati... jangan mengatur yang telah diatur sungguh nanti kau dapat takabur jika waktu ingin kau pasung apa tak kau resapi perjuangan Adam, mencari Hawa ratusan tahun... biar...biar saja terseleksi aku atau genggam lain lalu menggapaimu dengan pantas terimalah dengan kelapangan ...
memangnya siapa kau...? menyapa hariku yang banal menggali duniaku yang dangkal siapa kau...? kau hanya keasingan yang singgah menetap sejenak kemudian berlalu sialnya kau meninggalkan kenyamanan lalu menabur rindu tanpa kepastian kurang ajar betul kau puan... jika menurutmu sajak ini candu....
kemana saja engkau pelipur laraku bisa besar kepala nanti lalu jika ia beranak pinak..? entah berapa lama tangisku menghujan... lama ndak keliatan puh... :shakehand
sini nak, duduk sejenak ayah hendak bicara kelak sampai kau di sini dengan banyak puncak kau taklukan sejumlah harga diri engkau bangun jangan lupa akan jejak nak, tersesat engkau pulang nanti makin senja makin jarang jumpa pelipur jangan lupa kau di ketinggian nak... tengoklah nak, langit tak p...
Kaleidoskop kita berkumpul lagi menikmati senja yang mulai jarang dicumbu mensyukuri cakap-cakap yang masih bertemu basa-basi tentang cerita hebat padahal kita hanya butuh temu... memuaskan rindu yang meminta kabar ditepi masa yg mulai terbenam akankah temu masih bertamu hingga senjakala kita m...
duh aku bingung ditanya bikin puisi berjiwa gimana ya mas. basicly perbanyak kosakata, dalami majas-majas dalam berbahasa. Sering baca-baca karya para penyair baik yg maestro atau para penyair indie. puisi adalah bahasa qalbu/hati, puisi adalah ekspresi, kadang ada ekspresi yg mudah ditebak kada...
ini bukan soal duka Manchester...!! dengarkan aku kota yang sibuk..!! sungguh aku begitu yakin... manchunian di sana punya rasa yang sama kekecewaan para simpatisan di ufuk timur ini pasti sampai... tiga kali jatuh bukan kebanggaan tuan ada coreng hitam di wajah kami semoga tamparan menghentikan...
kepada Purnama dan Mentari yg lahir beriring gegap gempita semesta aku pengikut jejak-jejak Purnama tak lantas aku abai pada Siang biar samudera yg memilih pelayaranku walau tak henti aku terombang-ambing aku tetap pengikut Purnama... duhai Purnama bercahaya teduh bimbing langkah yg senantiasa...
kosong… kenapa mbak fan, sepertinya sedang merasa...? :bingungs aku kosongmu aku sunyimu aku sunyi yang menunggu kemarilah... aku telah lama rindu telah lama kita saling mencari telah lama kupanggili kamu agar kau tau aku lebih dari keheningan aku seramai-ramainya rindu
aku tak butuh mempersembahkan hari engkau tak memintanya bukan bagiku seluruh hari adalah engkau... cinta yang tak mengenal tua, walau mungkin kini... lentik jemari itu mulai letih, sungguh masih lembut... masih lembut menyeka wajah kusamku senyummu yang mulai sayu, masih memberi tenang untuk ri...
oh dear... betapa Desember selalu begitu, dan pernahkah terfikir, mengapa Desember selalu mengawali puncak musim hujan. Ada rindu yg ditawarkan langit, dan entah mengapa tak ingin ditolak(jujur saja), untuk waktu-waktu yg berlalu, lalu hujan menyegarkan lagi ingatan-ingatan yg pernah bertamu, sia...
aku muasal khilaf, sabab musabab ucap jarang tersingkap tak hendak menggores tajamnya lidah siapa sangka maksud tak pernah tepat... tolong lapangkan yang mudah tergores itu, agar tak bermuara luka yang terngiang...
kau akan lebih banyak mengingat-ingat sebelum kelak rekaman itu mulai pudar sebelum kelak tangismu, hanya tuk esok yang telah siap atau tidak Desember memang begitu, tanpa kau minta kau akan ditarik rindu lalu lebih sering termenung... mengenang yg telah bertamu setahunan atau mengingat Desembe...