Jejak di trit mas Dawi.. moga yang ini bisa sampai selesai... kok gw aneh ya dipanggil mas, :ngakak daaaawwwwwiiiiiiiii kemana aza.....???? kelamaan main DOTA jd lupa thread yg lama, kok tau :takut Si dawi gaspol awal, ntar keabisan bensin nih ditengah-tengah tenang, :p “Tadi tuh ada salah s
Numpang nangkring di Mari ya om... Silahkan oom :betty Etdah.. bikin thread baru aja lu, yang lama belon dikelarin. Ahh gua sebor aer empang lu Wi:batabig Kelarin yg ini ye Wi.. Udah pasti kelar, draftnya 80 persen jadi ini :recsel bodoamat season 2 :ngakak yang penting ada emil dimari hurrraa
PART 18 Setelah menjemput Echa dan menelepon orang selanjutnya, penumpang ketiga pun siap kita jemput. Enisha, ah… mungkin sebagian orang di kota Jogja dan sekitarnya bakalan tau siapa dia kalo gue sebut nama aslinya. Tapi berhubung gue enggak mau mengulangi kesalahan tentang identitas yang men...
PART 17 “Ini nanti belok kiri terus ketemu perempatan ke kanan?” tanya gue. “Iya kali,” ucap Yansa enggak sekenanya. “Lo tuh gimana sih, Yan. Ini nanti kalo nyasar malah tambah lama lagi anak-anak nungguinnya.” “Lhah, bodo,” kata Yansamasih dengan tampang penuh dendamnya. “Gue e...
bang, ini thread baru apa gimana ? Yaudah 2 udah tamat ? Iya trit baru, yang kedua sebisa mungkin gue selipin ke cerita ketiga ini. Anggap aja yang kedua part kecil dari yang ketiga. cerita baru smoga ga ada kentang ya gan Sebisa mungkin enggak gue kentangin. yg 2 cuk? pieee?? Btw dendi sa
PART 16 ‘Bang, jangan lupa nanti kita berangkat abis dzuhur,’ tulis Luther. ‘Gue enggak bisa bawa mobil lho bang, jangan sampai lo telat dateng atau harga diri laki-laki jatuh karena disetirin perempuan,’ tambah Yansa. ‘Hahaha, makanya belajar, Yan,’ sambung si Bull. ‘Eh! Gue ini ud...
PART 15 GUE membuka mata gue. Terlihat Emil, mas Dwiki dan Edo menatap gue bersamaan. Tunggu, gue berbaring? “Syukur deh dia enggak kenapa-napa,” kata mas Dwiki. “Bikin ketakutan aja kerjaannya.” “Lo ada air putih anget enggak, Mil?” tanya Edo. “Lo ambilin gih buat Dawi kalo ada.”...
PART 14 “Serius lo?” tanya gue memastikan. “Berarti enggak cuma kita berdua doang yang lihat ibu-ibu tua itu?” “Nenek Wi,” keluh Melly. “Itu tuh nenek-nenek, bukan ibu-ibu tua.” “Iya…. Tapi itu beneran, kan?” tanya gue memastikan untuk yang kesekian kalinya. “Si Maya ngomo...
PART 13 Mampus! Apalagi sekarang. Semalem kita udah dibuat bingung di tengah sawah. Malahan gue sempat disapa sama ibu-ibu tua yang enggak jelas entah dimana. Sekarang, gue baru sadar kalo Maya yang tadi lihat di rumah cuma halusinasi gue karena sebenernya Melly jalan sendiri? Yang bener aja. Misti
PART 12 “Ke-kesurupan gimana ya maksudnya?” tanya gue ragu. “E-emang gue ngapain?” “Kesurupan?” seru Luther berlarian membawa barang bawaan. “Kirain gue doang yang sadar kalo semalem ada yang kesurupan.” “Tunggu,” kata gue menarik duduk si Luther. “Lo kenapa enggak bilang ka...
PART 11 Sekitar jam delapan, satu setengah jam setelah kita sampai tempatnya, kita ngadain briefing sama pak Jodi. Tentang larangan atas kebiasaan kita yang dianggap tabu, tentang aturan adat apa yang harus dihindarin, dan juga tentang bagaimana cara menjaga sikap di desa ini. Karena menurut pak J
PART 10 Pagi harinya gue terbangun dengan pikiran yang bener-bener blank. Gue terbangun tepat di depan kap mobil yang dibawa si Bull. Setelah membersihkan debu yang memenuhi pakaian, gue segera mengintip ke dalam mobil belakang. Dengan teliti gue mencari sosok nenek-nenek itu. Setelah gue yakin dia
PART 9 “Bang?” panggil suara Melly. “Abang?” “I-iya, Mell?” “Kayaknya mending kita pulang ke kotanya aja, deh,” lanjut suara Melly. “Besok pagi sekitar jam delapan kita berangkat lagi.” “Masalahnya kita enggak tau ini jam berapa, Mell,” jelas gue. “Kita tadi berangkat dz...
PART 8 “Lo yakin ini bener jalannya?” tanya suara Bull. "Udah jam hampir jam tujuh nih, sebentar lagi isya." “Nah iya.” Yansa memperlihatkan layar hapenya pada gue, “Baca sendiri deh bang kalo kurang yakin, Boyolali bukan?” “Tapi kok serem gini, ya?” tanya gue. “Ini ud...
PART 7 “Jadi lo jadian sama dia tuh waktu lo udah insyaf?” tanya Edo. “Gitu kan maksudnya?” “Insyaf apalagi? Emang kadang kuping lo nih alih fungsi ya,” kata gue menghembuskan asap tebal. “Mana ada gue bilang pake kata insyaf. Pantesan aja lo jomblo enggak laku-laku.” “Kalo menu...
PART 6 “Terus?” tanya Emil. “Ada yang kamu suka?” “Ada, dua malah,” jawab gue. “Gue suka flanel merah hitam sama kaos marun polos.” “Bukan bajunya Dawi.” Emil menunjukkan layar hape gue, “Temen-temen KKN kamu.” “Lhah, kita kan baru ngomongin baju,” ucap gue menunjukkan...
PART 5 UNTUK beberapa pekan selanjutnya, sambil menunggu pengumuman mengenai KKN diumukan oleh departemen yang menangani, gue lebih banyak meluangkan waktu bareng Emil. Kata Emil, “Daripada besok-besok kangen tapi enggak boleh nyusulin ke tempat KKN, mending sekarang dipuas-puasin dulu.” Mula...
PART 4 Hampir dua tahun gue dan Emil tinggal di kosan yang baru ini, hampir dua tahun juga kita mengenal warga kosan ini. Orang yang barusan, Edo, kalo masalah materi dia adalah orang yang paling tajir di kosan kita. Tapi kalo ngomongin masalah percintaan, dia yang paling miskin di kosan kita. Jang
PART 3 IYA, gue tau. Gue paham sepenuhnya dengan ucapan gue pada Emil. Dari siangnya ketemuan sama Arya, sampai sorenya duduk berdua sama Emil, otak gue mulai lebih mudah dalam memikirkan kondisi gue pada saat ini. Ya emang sih kata nikah itu enggak seharusnya gampang banget buat diucapin. Apalagi
PART 2 DARI ‘let the battle begin’ sampai ‘your ancient has been destroyed’ berulang sampai yang kesekian kalinya, gue masih terduduk di kursi gue. Kalimat-kalimat motivasi dari Arya yang dicampur dengan dendam kesumat tujuh turunannya benar-benar menusuk hati gue. Kalo memang apa yang Ar...