"Kamu bener-bener nggak jadi nikah? Sewa tenda dan riasan aja belum. Catering juga belum dibicarakan. Maunya kamu itu gimana? Sekarang udah seminggu diem aja, pulang kerja langsung mengurung diri di kamar." Kata ibu, ternyata selama ini diam-diam memerhatikanku. "Rain mau nikah, tapi
Satu jam sebelum waktu yang kami sepakati untuk bertemu, aku sudah tiba lebih dulu untuk duduk dan membaca buku. Pelayan kafe menyajikan secangkir matcha latte di atas mejaku. Refleks aku memandang ke luar jendela. Gerimis... Buku, hujan dan matca latte adalah tiga hal romantis yang singgah dalam h
Aku terpaku. Tampak Yanuar menundukkan kepala, menceritakan kembali kisah Reza sahabat baiknya sejak kecil. "Reza meninggal enam bulan lalu..." Ucap Yanuar. "Sejak itulah aku merasa bertanggung jawab terhadap anak dan istrinya. Ya, aku memang sering datang ke rumahnya untuk membantu
Cinta Cinta adalah.... FAVORITE KU CAFE LATTE:shakehand :shakehand Mantap tuh... way jadi penasaran lanjutannya. nama yanuar jadi inget temen smk Cieeee yang keinget masa SMK.
waw.. pengorbanan demi teman baik.. langka bener yang seperti itu,. Persahabatan sejati gan. Langka bukan berarti gak ada
Aku terpekur mendengar pendapat Nesa. Saat dia hendak beranjak, aku mencegahnya. "Nes, sebaiknya kamu jujur. Kamu tahu sesuatu kan? Saat pertama aku ceritakan ini, kamu tidak kaget sama sekali. Malah kamu balik tanya, 'oh jadi kamu udah ketemu perempuan itu?' Maksud kamu apa Nes?" Nesa m
Aku menatap pantulan wajahku di cermin. Mata sembap dan muram cahayanya. Aku menghabiskan waktu semalaman untuk menguras air mata. Menyebalkannya, demi seorang Yanuar! "Ayolah Rain, bukankah ini harus diakhiri? Aku tak ingin hubungan yang menggantung sepertu yang kujalani sekarang." Usik
Bodohnya aku! Buat apa aku datang ke tempat yang ditentukan Anaya? Siapa dia, kenal pun tidak! Apa hak dia mengajakku bertemu? Baiklah... Aku harus mau meluruskan masalah ini, meskipun sampai saat ini aku belum mendengar penjelasan dari Yanuar, sebab aku memblokir semua kontaknya. "Mbak!"
Kuliah. Skripsi. Lulus. Wisuda. Kerja. Begitulah alur yang kujalani. Benar-benar menjauh dari Yanuar dan sibuk aktualisasi diri. Hingga aku sekarang bekerja di sebuah perusahaan kimia di Kota Baja. Entah kenapa setiap saat kenangan tentang Yanuar menyeruak kembali, terutama setiap aku membaca buku
(Part 7) "Rain, Rain, kabarnya kamu lagi deket ya sama Yanuar?" Tanya Nesa suatu ketika. Nesa sahabat baikku sejak SMA. "Kok, kamu tahu?" Heranku. "Wait, aku nggak sedekat yang kamu kira ya. Aku cuma temanan dengan dia." Aku benar. Meski sering bertemu dengannya, aku
Rindu dalam Secangkir Matcha Latte (Part 6) 🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵 Pada suatu hari yang cerah, aku datangi kafe yang dimaksud Yanuar. Kafe bernuansa klasik. Penuh rak buku di mana-mana. Rak buku kayu, rak buku meja kopi, rak buku melayang, rak buku di sela-sela sofa. Buku bertebaran sep...
Rindu dalam Secangkir Matcha Latte (Part 5) "Namamu Raini Febriasari kan? Persis seperti hari ini, namamu seperti hujan di bulan Februari, nyaman dan menyejukkan." Ujar Yanuar mengejutkan. "Siapa yang nggak kenal kamu. Mahasiswi cantik, berbakat, yang baru saja memenangkan lomba ka...
Gan, ane punya temen namanya Ari. Dia itu rese banget. Sering gangguin ane. Yang sering ribut sama ane gara-gara dia usil duluan. Segalanya tentang dia itu nyebelin. Apalagi dia duduk di belakang ane. Posisi strategis dia buat nyontek tugasnya Shara. Setahun sekelas sama dia, selalu ada keributan
Beberapa hari sejak kejadian itu, ane gak berani ketemu Si Bungkus Kacang. Ya sebenernya nggak ada rasa spesial banget sama dia. Biasa ajalah. Namun, pada satu momen pas, ane beraniin ngomong sama dia. Jujur gan, ane orangnya pemalu dan nggak bisa ngobrol sama cowok. Jadi ane deg-degan banget. Wakt
Rindu dalam Secangkir Matcha Latte (Part 4) Lima tahun lalu.... Anggaplah hujan merupakan takdir yang tidak diduga, seperti pertemuanku dengan Yanuar. Seorang pemuda berkemeja biru berlari ke arahku, ah tidak, maksudku ke halte yang di situ ada aku. Bajunya basah kuyup kena hujan, dia melindungi
Aku diam menatap langit yang mulai murung, wajahnya kelabu. Di teras rumah Nesa aku duduk menanti si tuan rumah keluar lagi setelah tadi menyambutku hangat. "Ada apa sih Rain?" Tanya Nesa. "Aku putus sama Yanuar. Pernikahan itu batal." Jawabku pelan. "Apa Rain? Kamu berca
siapa yang kulihat di depan pagar rumahku? Yanuar? Dia mengejar saat matanya tertumbuk padaku. Aku melotot padanya. "Mau apa kamu ke sini?" "Rain. Aku minta maaf. Aku salah, nggak cerita sejak awal. Sekarang, aku mau cerita." "Cerita apa lagi?" "Ada yang terle