Terakhir kali aku mendengar suara Yanuar, ada kepedihan dan keputusasaan. Dia mengaku ingin menyendiri selamanya, dan mendoakan kebahagiaanku bersama Faris. Modus lelaki agar perempuannya tidak pergi meninggalkannya kan? Namun apa yang membuat Yanuar terkapar tak berdaya dengan luka parah di kepa...
Nesa berdiri di pinggir jalan dekat rumahnya. Aku berhenti untuk memboncengnya. Segera meluncur ke rumah sakit. "Kok bisa gitu, gimana kejadiannya Nes?" Tanyaku gelisah. "Aku juga nggak tahu. Semoga Yanuar baik-baik aja." Sahutnya. Kutambah kecepatan sehingga bisa memperpendek
"Lalu aku ajak dia pergi, dia basah kuyup sampai kedinginan dan bibirnya biru. Aku belikan dia kaos di pinggir jalan, dan sambil minum jahe merah dia cerita tentang semua ini." "Kenapa kamu nggak cerita sama aku?" Gugatku. "Rain... Kuncinya adalah seberapa besar kepercayaa
"Rain...makan dulu. Kamu belum makan sejak siang tadi." Ibu mengetuk pintu kamar. Aku masih termangu di tepi jendela dengan gerimis di luar sana, juga dari kedua sudut mataku. "Rain, keluar dong..." Bujuk ibu, tetapi aku enggan beranjak. Dua jam berlalu sejak Nesa pulang, tapi k
Aku sedikit kesal karena pertanyaan yang sok ikut campur urusan pribadiku. "Memangnya apa urusanmu?" Yanuar cengar-cengir. "Ya memang bukan urusanku sih, tapi sampai kapan pun aku akan selalu berharap kamu bahagia selamanya dengan apa yang kamu yakini." "Udah selesai kan?
Pada malam gerimis dua tahun lalu saat aku sedang membaca buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni di tepi jendela kamar, Yanuar meneleponku. "Hai, Rain..." Sapanya riang. "Hujan nggak di tempatmu?" "Mau apa lagi kamu?" Tanyaku sebal. "Jawab dulu, hujan atau nggak?&
"Ma...maksudnya, apa ya Nak Faris?" Tanya ibu dengan bergetar. "Maaf, saya tidak secara jelas mengatakan maksud saya yaitu melamar Raini. Namun, membuka Taman Bacaan itu adalah benar, saya sedang merintisnya. Tugas yang saya berikan pada Raini, jika dia bersedia adalah sebagai istri
wah wah, itu dokumen buat kerja apa nikahan sis? kok tercatat sebagai istri? :hammer Kita tunggu aja part selanjutnya... Bacanya harus teliti alurnya maju mundur cantik. Jadi penasaran obrolan Yanuar di cafenya ada kelanjutannya? Iya alurnya maju mundur
Dua tahun lalu saat aku mantap membatalkan pernikahan, ayah hanya bertanya satu hal padaku, "Kamu yakin nantinya nggak akan menyesal?" Aku tak menjawab, hanya merenungi baik-baik maksud ayah. Beliau tahu benar mengapa aku sempat memperjuangkannya, tetapi kini menyerah begitu saja karena k
Aku tidak bisa membayangkan, usahaku untuk move on selama dua tahun ini sia-sia hanya karena sebuah sapaan "hai" dari sang mantan. Apalagi kalau kerja sama intensif, bayangkan bagaiamana porak porandanya kekuatan yang sudah kubangun dengan susah payah. Jadi ketika ada kesempatan untuk men
Toko buku Faris menjual banyak buku terbitan indie, termasuk buku-buku yang Yanuar terbitkan. Faris tidak mematok harga mahal seperti halnya toko buku lain di kota ini. Untung yang didapatkan memang tidak besar, tetapi efeknya banyak pembeli yang datang kembali karena puas dengan kualitas buku da...
Kami larut dalam pembicaraan serius tentang pekerjaan. Meski sedetik pun aku belum bisa menenangkan suasana hatiku yang luar biasa riuh karena pertemuan mendadak ini. Pemaparan Faris tentang sistem kerja sama pun tidak terlalu kuhiraukan. Tentu saja kerja sama ini akan saling menguntungkan. Meski a
nice ... ada kelanjutannya kah? Ada. Sampai part 50 Di tunggu update nya.. Mayan sambil nunggu buka puasa :ngakaks Boleeh boleeeeh kok beloman update sih? :D:D:D Hehe sabar sis..
keren nih ceritanya. ayo dilanjut lagi sista. :cendolgan InsyaAllah update kalau tidak ada halangan. Makasih komentarnya. Penggunaan bahasa nya bagus, mbak. semoga ada plot twist dlm ceritanya, ditunggu update-nya. Terima kasih sudah bersedia membaca tulisan saya.
Kami tiba di Kafe Literasi setengah jam lebih awal. Faris selalu berkata bahwa jika kita ada janji temu dengan klien, usahakan kita yang datang lebih dulu. Jangan biarkan mereka menunggu kita. "Kita duduk di pojok aja Rain, dekat jendela kaca itu." Kata Faris, lagi-lagi mengingatkan aku p
Bagiku nggak masalah pernikahan ini batal, daripada tetap dilanjutkan tetapi ada duri dalam daging yang sewaktu-waktu akan menyakitkan. Semoga kamu bahagia atas apa yang kamu ambil dariku. Terima kasih." Kataku. "Kamu nggak akan pernah bisa mendapatkan Yanuar. Dia itu sekarang milikku!&qu
Part 15 Keluargaku baru datang beberapa jam kemudian, setelah aku siuman. "Kamu pasti akan seperti aku kalau berada di kondisi yang sama sepertiku. Memang benar, mungkin sikapku berlebihan karena merasa bertanggung jawab pada Anaya. Aku melakukan ini karena kasihan pada Reza. Seandainya dia m