Chapter 10 Mataku hampir tidak berkedip melihat Randi, tidak butuh lama baginya memantapkan hati ingin menikahi putriku. “Bunda, maaf aku membawa Papaku kesini.” Aku masih terdiam menatap Randi. “Bu Rina,” Pak Boby memanggilku yang terpaku. “Iya Pak, maaf. Aku tidak menyangka kalau Rand...
Chapter 9 Halimah sama sekali tidak menatap Wahyu yang duduk di dekat pintu belakang menatapnya, dia hanya terfokus masak. “Halimah, Bunda mau menjemput Anisa, di rumah ada Bu Arun menemanimu.” Aku menghampiri Halimah di dapur. “Biar aku saja yang menjemput, Bunda.” Halimah menawarkan dir...
Chapter 8 Bu Lili terdiam sejenak melihat kedatangan Pak Slamet dengan rombongannya. Aku hanya menatap dengan mengucap di hati. Apa lagi yang akan terjadi. “Selamat pagi, Bu Rina.” Dengan percaya diri, Pak Slamet menghampiriku. Mendengar ada musik, warga tetangga melihat kearah rumahku, kali ...
Chapter 7 Siapa penyusup di rumahku? Dia mencoba membuka pintu kamar putriku, malam ini aku tidur dengan Rani sedangkan Halimah tidur dengan Anisa. Sejak sikap aneh yang dialami Rani, aku memutuskan menjaganya. “Aggghh!” Penyusup itu menatapku tajam di balik sebo kepalanya, dia kesakitan, dar...
Chapter 6 Aku memeluk erat putriku, rasa cemasku sebagai seorang ibu tak kuasa membendung air mata yang mengalir di pipi, aku tidak pernah membayangkan hal buruk terjadi kepada mereka. "Bunda, Bunda ...," Halimah terus menangis memelukku, rambut hitam panjangnya terurai dan menyisiri ang
Chapter 5 Mendengar perkataan Anisa, seluruh duniaku terasa mau runtuh. Aku betul-betul panik dan cemas teramat cemas, Halimah belum ditemukan dan sekarang Rani berprilaku tidak wajar dirumah. Ya Allah ... apa yang harus aku lakukan? "Ibu tidak apa-apa?" Security kampus bertanya dengan p
Chapter 4 Aku terkejut mendengar perkataan pak Slamet, semua di luar akal sehatku, bagaimana mungkin aku mengizinkan anakku yang masih duduk di kelas 3 SMA menikah dengan lelaki yang cocok dipanggilnya kakek, Astagfirullah'alazim. "Maaf, Pak Slamet. Rani masih sekolah dan belum cukup umur unt
Chapter 3 Kelihatan sekali kalau Wahyu sangat menyukai putri sulungku. Cara dia memandang, siapapun yang melihat akan bisa membacanya. "Silahkan diminum tehnya, Wahyu." "Oh, iya, m m terimakasih, Bu." Dia sedikit gugup menanggapiku yang menyadari dia memandang Halimah. "
Chapter 2 Astagfirullah’alazimm. Kenapa bu Arun bicara seperti itu? semua di luar akal dan pikiranku. Sebagai seorang muslim, mana mungkin setelah salat magrib suamiku bisa disantet. Aku sama sekali tidak mengerti tentang perdukunan ataupun masalah santet menyantet. Kuatkan iman hamba ya Allah ...
Chapter 31 (The End) Waktu terus berputar. Siang dan malam datang silih berganti. Musim demi musim terlewati. Arus kehidupan mengalir mengikuti alurnya. Tak banyak yang berubah dari Kampung kudung. Setiap pagi, bangku-bangku kayu di warung Uwak Haji tetap ramai oleh celoteh para mamak yang pulang
Chapter 30 KRAAKK!! Bunyi berderak dari ranting yang tak sengaja terpijak, hingga Arul refleks menoleh ke arahnya. Barlian mengutuk diri sendiri sembari memejamkan mata kuat-kuat. Merasa belum siap untuk bertemu. Dia harus segera menghindar. "Barlian?!" Arul memanggil nama gadis itu. T
Chapter 29 "Bismillah ...." ucap keduanya mengawali langkah memasuki lorong. Arul dan Mariam mengikuti nyala terang tubuh kunang-kunang yang beterbangan di sekitar mereka. Datuk melarang keduanya saling bercakap selama perjalanan selain mengucapkan dzikir dan doa. Lorong gelap itu terny...
Chapter 28 "Lihat itu si Jantang! Apa yang dibawanya?!" Arul menunjuk ke arah Jantang yang muncul dari dalam air. Kedua pundak lelaki bertubuh tinggi kekar itu tampak memanggul sesuatu. "Astaga! Orang?!" Mulut Arul membulat. Terkagum-kagum dengan kemampuan Jantang yang mampu me
Chapter 27 KREKK ... KREREKK ... KRREEREKK .... Bunyi soak dari sebuah benda persegi dengan antena yang sudah ditarik panjang maksimal. Busron memutar-mutar tombol bulat pencari sinyal dengan wajah mengerucut. Sudah naik ke atas dahan paling tinggi, masih saja pesawat radio mungil itu tak mampu me
Chapter 26 Berbeda dengan Barlian yang tak mengharapkan kehadirannya, Yusuf justru merasakan rindu yang amat sangat. Sehari saja tak melihat wajah cantik itu, terasa ada yang kurang. "Boleh saya ketemu Datuk juga, Cil? Ada hal serius yang mau dibicarakan," pinta Yusuf pada Acil Ida. Masi
Gan mohon dibantu, dari tanggal 9 Maret sampe sekarang tanggal 22 Maret thread ane yang ini masih review terus. https://s.kaskus.id/images/2021/03/22/10952260_20210322105339.JPG