Hari Kedua Puluh Satu - Part II "Sudah menunggu lama mas ?", suara yang sudah ku kenali akhirnya datang, sekarang tinggal menunggu Intan dan juga pengacara yang ia janjikan. Batang hidungnya sampai sekarang belum terlihat di sebuah resto yang sudah disepakati. "Duduk dulu Ran,&quo
Maaf ya atas ketidak nyamanannya, saya tahu pada mangkel karena sifat saya. Nanti akan coba saya endingkan, tapi nunggu waktu dulu. Soalnya masih banyak urusan di dunia nyata
Sakit tp tak berdarah.. ngegantung ceritanya.. :( andai aja g ada plagiat.. TS dg berbesar hati mau melanjutkan ceritanya dong.. :matabelo Saya update mbak, tunggu aja ya soalnya masih banyak kegiatan
Ayo dilanjut gan ceritanya, dah masuk beranda itu :malu Ngumpulin tenaga dulu ya gan,😁sambil lihat respon pembaca lainnya
Betuul, tinggal tunggu aja, doi nyadar atau tetap..padahal di profilnya dengan bangga menyebut dirinya sebagai penulis
Susah ya, mau berkarya secara sehat saja ..ada aja yang bajak..yaudah gansist, cerita ini saya akhiri saja.. Kalau mau tahu kenapa ? Silahkan cek postingan dari si fb satu ini ya, dan lihat saja kelakuannya.. https://www.facebook.com/groups/448479295965778/permalink/789333435213694/?app=fbl
Tergantung kitanya, mau di review atau tidak..kalau mau direview berarti harus mrmatuhi kebijakan kaskus kreator
Hari Kedua Puluh Satu Suara alarm menggelegar memecah pagi di kamar, sinar Matahari belum menembus sela-sela antara kaca jendela kamar dengan gorden. Ayam-ayam tetangga beradu kokok'an. Sekilas aku melihat ponsel, masih belum ada satupun pesan yang masuk, pikiranku beranjak dari kamar menuju ke kej
Hari Kedua Puluh - Part II "Akhirnya sampai juga mas," tiba di rumah yang sebenarnya berukuran cukup besar, namun dengan penampilan ala-ala rumah jaman dulu. Mbak Ambar mengambil posisi di depan, dan segera mengetukan pintu rumah. "Assalamualaikum.." dengan suara yang tidak te