Selalu ada keajaiban di rumah sakit. Bahkan kematian adalah salah satunya. Sayang, manusia hanya menggunakan kata keajaiban untuk sesuatu yang menguntungkan mereka, atau yang merugikan orang lain. Ditemukannya zat beracun dalam makanan pasien ruang teratai, telah memudahkan diagnosis dan proses p...
Round Cemetery, 2018 Di lantai sebuah gudang yang gelap, pecahan kepala patung berserakan. Berpencar menjadi beberapa bagian. Besar, kecil, atau sekedar debu dan kerikil. Di samping benda yang hancur lebur itu, kepala Pak Akbar masih utuh. Mata, hidung, mulut, semua masih menempel di kepalanya yang
Bahkan dalam matipun, aku tidak bisa bertemu denganmu, Anastasia. "Helena!" Helena tersentak. Untuk beberapa saat ia tertidur, lalu bangun dengan keringat membasahi tubuh. Ia melihat sekeliling. Helena kenal betul kamar tempatnya dirawat, ia juga kenal wajah-wajah panik yang saat ini s
Kamar Dahlia nomor 9 punya cerita yang berbeda. Nadia duduk termenung di sofa. Diperhatikannya sahabat yang sangat ia sayangi, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sudah sepuluh menit lamanya sejak mereka saling diam. Helena hanya berbaring bisu menatap langit-langit, sementara Nadia menutup mulu...
Pak Akbar sampai di tujuan. Sebuah toko kecil dengan cat berwarna kuning dan pintu kayu yang penuh ukiran aneh. Motif yang sama juga terlihat di bingkai jendela besar yang berada tepat di samping pintu. Malam itu hampir semua toko di sekitar stasiun sudah tutup. Tapi, walaupun lampunya redup dan ...
"Tidak ada!" Seru Chandra saat membuka pintu kamar mandi. "Dia pasti keluar. Atau mungkin ke ruang teratai? Bukankah kamu bilang kalau dia sering ke sana?" Tebak Pak Dedy. "Kalau begitu, aku cari ke sana." Lagi-lagi Chandra dengan sigap meninggalkan kamar dahlia nom
Pukul 03.00 WIB. Kira-kira empat jam setelah Elizabeth meninggalkan rumah. Kaki telanjangnya berdarah, tubuhnya menggigil kedingingan namun api semangat masih mampu menghangatkannya. Setelah menempuh 2 Km perjalanan, dengan bayangan masih diburu oleh Anson, Elizabeth sampai di rumahnya walaupun har
Kota Gambir 1934. Rumah sakit PG Husada. Dokter Haris masih belum pulang. Pukul enam sore, dokter muda itu masih bertugas di rumah sakit PG Husada. Sebuah rumah sakit kecil di jantung kota gambir yang merupakan bekas pos penanggulangan wabah penyakit, yang sempat merebak dua tahun lalu. Sebagian be
Beberapa tahun berlalu setelah percakapan itu. Sebuah kesepakatan yang menjadi cikal bakal persitiwa malam ini. Tentu Pak Akbar tidak pernah menyangka, tugas yang diberikan kepala rumah sakit akan membahayakan dirinya. Setelah bertahun-tahun hidup tenang, dan kepala patung itu pun dilupakan, mala...
"Indigo?" Tanya Chandra dan Danil hampir bersamaan, setelah mendengar curhatan Nadia tentang Helena. Wajahnya murung saat mengiyakan kebenaran yang pahit itu. Nadia sudah merasa nyaman bersahabat dengan Helena selama ini. Tidak sekalipun Helena menunjukkan perilaku aneh seperti yang ia de
Gaduh di ruang teratai belum berkurang, dan pengunjung yang penasaran semakin bertambah. Papan peringatan di koridor 10 tidak lagi dihiraukan, justru orang-orang semakin memadati jalan. Termasuk Danil dan Chandra. "Tolong minggir bapak, ibu." Pinta seorang perawat yang sedang berusaha m...
Restu melintasi koridor 10 dengan tergesa-gesa, ia segera menyerahkan tugasnya pada seorang perawat yang kebetulan ditemuinya di ujung lorong, tanpa penjelasan, tanpa pencerahan. "Kamar nomor 7; ruang teratai, di sana butuh tabung oksigen secepatnya. Secepatnya!" Restu mengulang kata ter
Apa yang dialami petugas kebersihan malam itu sudah terdengar ke seluruh rumah sakit. Menyebar bak api api yang melalap daun-daun kering. Tidak semua orang menganggapnya serius-- memang, diantara mereka menolak untuk percaya karena malu pada seragam. Namun, pada waktu-waktu luang di tengah istira...
Makasih sarannya. Oke, sudah saya hapus. Tapi... Itu yang quote diapus juga ya :ngakak. Makasih juga cendolnya ya agan2 :malu
Maaf ya gan. Gak tahu kenapa kerjaan ane gak abis abis. Selesai satu muncul yang lain. Untuk kembali nulis juga mood nya susah naik. Apalagi masih suasana ujian (pesantren ujiannya double gan). Ane gak janji nih, takut missed lagi. Tapi tak usahakan malam jumat update. Maafin ya, jangan dibata (s...
Malam mengembalikan suasana rumah sakit yang seharusnya. Tangan-tangan pasien berselang transparant itu tergeletak lunglai, pasiennya juga tertidur pulas. Ada yang masih terjaga, dan hanya merebahkan badan karena sakit yang diderita terasa lebih kuat dari obat penenang. Merekalah para pasien di r...
Sudah menjelang sore, menjelang penutup hari. Namun rumah sakit masih tidak berubah, seperti toko yang baru saja buka. Bedanya, gedung trauma itu tidak pernah tutup. Silih berganti keluarga pasien pergi ke kamar mandi. Bertukar shift jaga seperti seorang petugas security. Tikar dan karpet mulai m...
Pagi itu sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Sebagaimana keadaan rumah sakit yang tidak pernah berhenti diselimuti duka. Setiap melintasi lorong-lorong berlantai putihnya, selalu ada saja yang sakit. Yang dibawa brankar dan tidak pernah kembali lagi, yang ditunggu sembuhnya namun memilih pergi, y...
Semuanya duduk. Kalian bisa lemaskan apa yang sejak tadi tegang. Saya tidak tahu bagaimana chapter demi chapter berefek pada kalian, tapi untuk chapter ini, saya akan sampaikan seperti seorang kakek yang sedang mendongeng. Benar. Awal tahun 2018 kemarin, saya harus mengunjungi Elizabeth Hospital di
Di malam yang sama, Adit dipindahkan ke ruang yang berbeda, dengan alasan yang juga berbeda demi menutupi kejadian sebenarnya. Dikabarkan dari mulut ke mulut, setelah menutup beberapa mulut, bahwa Pasien Teratai nomor 7 yang bernama Ibnu Fajar Aditya harus dipindahkan ke ruang Dahlia Nomor 8, ata...