Tidak ada sorak penonton, pelakon menyeret desah di panggung. Mimpi telah dilipat menjadi lorong. Jiwa-jiwa merayau (diikat dalam diam) Di kamar kecil roh, Bergumam menyesali kematian.
Kotaku bangun setiap pagi menyembah tuhan di jendela. Tabir telah diselak, boneka mengunjuk menari di kepala
Terburu-buru kau menyela; Jual aku pada sepasang malam. Titipkan aku di ceruk purnama Sungguh, badan ini sudah tak muda Kau terbatuk-batuk, Lihat, sepertinya kau butuh selimut untuk istirahat,
Kata setetes hujan di tengah malam; aku tak lagi perwakilan Tuhan. Ini aku, hatimu. Sembunyikan aku dari para penyamun Aku tergagap; rinai bisa bicara!
Kursi tua berderik saat diduduki si rapuh Mengeluh? Tapi apa boleh buat? Beginilah adanya Demi dan untuk hari ini
Celah - celah dinding dihujani peluru sinar Menembus retina sayu Kuhamparkan kertas putih di meja Torehan tinta kelam menari dipermukaannya
Ya, aku menari dan berputa serta meloncat-loncat Mengikuti gerakan yang diperintahkan oleh tuanku Hanya ekspresi senyum yang ada di wajahku saat menangis saat marah Saat kecewa hanya ada senyuman di wajahku
Inilah aku Teronggok diam di sudut ruangan Menanti tuanku datang Oooh.. Dia sudah datang Menghembuskan nyawa padaku
Bebas ghibah pokoknya ga personal insult, SARA dan something in porn:kalah Wah kalo ngecein si baya gimana tuh :lehuga Ya gapapa kl khusus dia wkwkwk, kan bukan ngelecehin atau jelekin figur/seonggok akun dongs:lehuga
Wkwkwk...pejwan buat tees kiyut dan cakep dongs :ultahhore:wagelaseh No rule ya disini Bebas ghibah pokoknya ga personal insult, SARA dan something in porn:kalah
Pertamax :goyang Ah elah gagal :batabig Wkwkwk...pejwan buat tees kiyut dan cakep dongs :ultahhore:wagelaseh
Saat kau kelopak bunga yang mekar, Aku kilau cerah cahaya fajar. Saat kau relung laut paling dalam, Aku kapal tua yang karam.
Saat kau rekah merah langit petang, Aku siluet lampu jalan yang mulai memanjang. Saat kau sepasang mata yang tertidur, Aku akar-akar mimpi yang tumbuh subur.
Saat kau bocah laki-laki yang riang, Aku gurat senyum penuh kemenangan. Saat kau kota yang ditinggalkan, Aku satu-satunya pohon yang bertahan.
Saat kau merah nyala api, Aku kayu kering yang membakar diri sendiri. Saat kau puncak menara kesedihan, Aku tangis air mata yang tertahan
Saat kau rimbun pepohonan rindang, Aku kicau burung yang riang. Saat kau debur ombak lautan, Aku tanjung penuh bebatuan. Saat kau gelap malam yang pekat, Aku pelukan sunyi yang erat
Delapan puluh lima anak tangga, delapan puluh enam, delapan puluh tujuh, delapan puluh delapan, langkahku sampai di sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu. Di lantai dekat kakiku berdiri, sebuah pesan memberitahuku. Tertulis, pilih teman seperjalananmu.
Padahal kesendirian adalah cara terbaik untuk mengenali diri sendiri, mencintai tanpa berbagi. Kebebasan terbesar tanpa ada yang mengkahimi.