Aku senang memikirkanmu. Aku senang, tiba-tiba bayangmu hadir mengganggu hariku. Aku senang melakukan itu, Karena aku pun senang Walau hanya melihatmu tersenyum dari kejauhan
Aku senang memikirkanmu. Aku senang, tiba-tiba merindukanmu. Mencari tahu apa yang sedang kau suka Mencari tahu lagu apa yang sering kau putar.
Meskipun kamu tak menyapa Namun engkau memberikan sesungging senyum manismu padaku Membuatku tak jemu
Apakah kita sungkan untuk menyapa Atau punya perasaan yang tidak bisa di ungkapkan, Jujur saja batih ini yang ingin berevolusi kerap untuk menyapa
Namun ketika kita berpapasan pada kelopak mata Dua mataku hingga menjadi empat mata Di antara kita tak saling menyapa
Kasih, kembalilah pada satu saat kebenihmu Sebab aku sudah menanti pada kehadiranmu Akan kutunggu kedatanganmu di dermaga layu
Melainkan hari-perhari ingin bersua Jika sanubari sekejap mata melintas seperti asa Maka takkan ada kerinduan di pelupuk batinku yang baka
Asa bisa melintas sekejap mata Membawamu kesamudra mahkota Tapi sanubari tak bisa melintas sedemikian rupa
Melihat kota pada kidul Tak bisa di pandang Kerlap-kerlip suluh bintang Pada sudut perumahan Yang bisa di pandang di malam petang Di ambang batas dermaga yang jadi saksi bisu Pada perihal itu
Sebab mencintaimu adalah sufi Bisakah engkau menjadi kekasihku? Kini aku hanya mengharap jawabanmu Yang selaras dengan sajakku serta menanti seluruh tubuhmu berpolitik pada tubuhku :sekarang aku sekat kamrat dalam kemarau yang mananti hujan darimu
Jika rindu di ranting tubuhku bisa di timbang akan ku lakukan Biar kau tau padamu aku merindu Senyum ranum di bibirmu terkatung-katung di mahkotaku Yang semakin membara hingga menjadi pelipur lara
Hitam manis kulitmu membuatku jadi pecandu Pada tubuhmu yang sahdu Segala resah hilang begitu dalam Menjelma banyangan Gairahku bertunas darimu Sehingga terlena-lena dengan kebijakanmu
Hai, Jangan salurkan rasa pada wanita Jika untuk bermain rasa Karena rasa itu tak kunjung pergi Hai, Wanita Rasa akan berhenti, putus dan pergi Ketika rasa lain datang Menyalurkan, mengecap dan membekas Mengganti rasa yang tak kunjung pergi Memberi rasa baru yang semoga tak berniat pergi
Kehadiranyapun selalu dinanti Hilang, Rasa itu hilang lenyap Ada apa, dimana, kenapa Rasa? Hilang, tak lagi terrasa Memutuskan rasa yang mengecap, membekas Rasa ini tak kunjung pergi Karena wanita itu perasa