Sekali Waktu Sebenarnya boleh kalau kita saling bertemu Jarak memang alasan jadi penghambat Kita bisa saling menatap lewat video call Aku bisa mengajakmu bercerita Sementara kau bisa melakukan apa saja Saling melihat saling menatap Barangkali rasa kangen terobati Kalau tak punya kesempatan Ada
Mimpi Menjadi Raja Kerikil jadi bumi Kelomang berlari mengitari Membuat rumah pasir Bertahun-tahun belum jadi Sehari bertambah Setengah hari tertiup angin Tak patah hati Dibangun Dan dibangun lagi Kelomang mengajak komunitasnya Beramai-ramai membangun istana pasir Jumlah kelomang kalah jauh Angi
Tentang Kita Suatu Masa Aku bukan bunga Kau juga bukan lebah Apalagi kumbang Habis manis sepah dibuang Tidak sama sekali Dalam sebuah perjalanan Kita berdua ketika itu Berada dalam sebuah bendi Duduk berhadapan Kau selalu menunduk Memainkan jari Aku menatap mendapat gangguan Kuda bergerak membu
Harapan Semoga Menjadi Nyata Aku tak minta padamu Menganggapku Sebagai batu pualam Berkilauan Diletakkan dengan terhormat Jadi perhiasan Untuk kebanggan Memang takkan sepadan Dengan memberi tempat Berteduh ketika hujan Berlindung dari terik Selimut ketika dingin Dan makan ketika lapar Sudah cuku
Kegaduhan, Memohon Pertolongan Kegaduhan Demi kegaduhan Aku tak bisa menggerakkan badan Terlentang Kaki terikat Tangan terikat Mulut tersumbat Aku berteriak "Tolong! Tolong! Tolong! Mengapa tak ada orang menolong. Mereka pada kemana!" Aku berteriak sejadi-jadinya Napas tersengal Mulut t
Pada Titik Nadir Aku tidak sedang membandingkan Air di atas tunggu dalam api panas membakar Berada pada cakrawala Sebelum malam tiba Kita hanya mampu mengira Temperatur hati manusia Atau besarnya gelombang samudera Nadir terombang-ambing di tengahnya Sementara kompas ditangan Bingung mencari arah
Mengunci Waktu Kejadian demi kejadian Waktu berjalan merambat Berpindah tempat Meninggalkan jejak Lambat-lambat Seperti jadwal penerbangan Keberangkatan Kereta api biasa Tak ada kelas Ekonomi Bisbis Antri dalam jarak terwakili Waktu mulai terkunci Tertinggal Lalu meninggalkan Uang logam untuk kem
Refleksi di Depan Cermin Aku merasa paling cantik di depan cermin ini Anggota tubuh yang aku perlihatkan semua pasti memikat perhatian Mata jalang tanpa berkedip melepaskan pandangan Mata kalem diam-diam mencuri pandang Mata santun sekali melihat dalam satu kedipan Seletahnya pergi buang pandangan
Kalau boleh, Ijinkan aku sekali saja jadi yang paling istimewa Aku menanti malam hari datang Bagiku siang adalah keriuhan Tak tenang barang sejenak Rehat jadi angan Dalam ingin yang terlalu berat Beban siang terlalu hebat Apa yang salah dengan siang? Padahal bekerja siang dilakukannya Istirahat m
Syahdu Malam berlalu Mesra sebentar saja Berasa Senyum bahagia Kepuasan datang menyapa Dari angin malam Dari ingin yang datang Dari angan terlunaskan Ingin malam jangan segera Tergantikan Dengan pagi menjelang Kau dan aku di sini Membuang sepi Rindu terbalaskan Cinta terbayarkan Mimpi nyata te
Narasi Jalanan Mulut-mulut tertutup masker Mengeluarkan kata Jalan-jalan tertutup pagar balokan bata "Kau orang luar, dilarang masuk ke sini. Kami tak peduli." Lengang Antara bimbang Kekhawatiran Ketakutan Berperang melawan kebutuhan Ketidakpastian Dari mulut-mulut jalan Memakan Atau m
Sepenggal Saja Aku pernah meminta Padamu Tidak pada mereka Bolehkah hanya sepenggal saja Kau bilang nanti saja Jika waktunya tiba Tapi kapan? Bukankah malam Hampir beringsut dari kegelapan Bukankah siang akan cukup memalukan Sepenggal, tak semuanya Mengapa begitu tega Bukankah kau pernah berkat
Malam yang Mulai Mengutuk Dirinya Gerimis tak ada habisnya Deras sesekali membasahi arena Enaknya di mana? Sendiri dengan sepinya Kelam dengan kebisuan Waktu mengapa berjalan teramat panjang Harusnya sudah aku tinggalkan Biarkan mereka dengan kesenangan Dengan kesakitan Apa peduliku? Toh aku tak m
Posisi dan Disposisi Gunung gunung Palung palung Jurang jurang Lembah lembah Daratan Lautan Tak usah berebut tinggi Jangan sedih bila rendah Yang tinggi sulit didaki Yang rendah mudah dituruni Pilih susah Pilih mudah Pilih susah Pilih nikmat Bukan pada pilihan Dijalani saja Gunung tertinggi Palun...
Malam Menjelang Pagi Menakar imajinasi Melihat langit temaram lagi Kapan terangnya? Esok pagi Tanggal berubah Hari berubah Resah Sedih Senang Dan sudah Jalan hidup tak terbantah Dan selalu berubah Sebelum Malam menjelang lagi Aku akan tetap di sini Menghitung hari Tanah Bumbu, 10 April 2020
Satu Kata Saja Bukankah telah datang banyak pemberitaan Anjuran Peringatan Hingga perintah dan larangan Seakan hanya candaan Mereka yang bekerja Keringatnya Pipisnya Pamper digunakan Antara penyelamatan Dan paparan lalu jadi korban Lapar dan haus terpaksa ditahan Sementara kita? Haruskah tongkr
Yang Mula-mula Terpapar Kita tidak tahu Siapa yang mula-mula terpapar Menggelepar Terkapar Tiba-tiba hati menjadi gemetar Jantung berdebar-debar Tumbang Jatuh sendirian Mendekati korban Seperti bunuh diri menghadang Kemanusiaan hilang Jarak-jarak seimbang Langkah-langkah bimbang Keyakinan mulai
banyak banget threadnya pakde, produktif sekali, manfaat sangat, tp blm baca semua, hihi:malu Makasih ya. Maaf baru balas:shakehand2:takut:ngacir2
ane kira yg buat yg ngingetin waktu ada banjir harus terus disosialisasikan sih, soalnya banyak yang masih beballl Disini hampir tiap pagi ada brey. Bel taat jg. Ndablek berarti:shakehand2:takut:ngacir2
Menakar Bumi Di mana Pencipta bumi? Beratnya bertambah-tambah saat ini Lahir dan mati Lahir lagi yang lain dan mati lagi Semuanya Yang baru datang Yang lama pergi Tak ada korelasi? Pohon tumbuh Hidup Mengejar matahari Kita yang mati Menjauhi matahari Semakin hari Bumi semakin berat menampung diri