Menakar Panasnya Pagi Jika panas matahari Diianggap kesalahan atas sebuah perbuatan Aku telah berjemur Meminta asupan pada matahari Keringat lambang semangat Bertahan dalam terik Menunduk tak kuasa menatap Kecemasan datang bersama hangat Menelusup lewat pori-pori Kesulitan jadi rasa untuk menutu
sejatinya manusia makhluk yang kurang dan lemah, tetapi memiliki keinginan melampaui kematian, tolong sabarkan aku Sepertinya manusia harus dikurangi :o banyak2 bersyukur aja. sadar diri akan kesalahan masing2. anjir so bijak gua Terimakasih yaaa udah pada mampir :shakehand2:ngacir2
Senja Tak akan Membakar Diri Hujan deras, Senja menyapa sambil tersenyum bahagia Bumi lagi bahagia Diguyur deras Basahi hati-hati resah Sebagian besar lengah Senja dengan hujan adalah halangan Aktifitas tersendat Basah membuatnya ketakutan Senja pun menghilang Penuh dendam Apa yang salah? Senja h
Anak Bumi Sedang Menari Anak bumi berjalan tanpa kaki Bersuara keras memberi ketakutan Mulut-mulut terbuka Mencari teman Pasang telinga Membuka lebar Melebihi gajah yang lagi berkoar Dada tetap gemetar Tubuh-tubuh ringkih Mengingat masa lalu Tentang ibu bumi sedang memuntahkan isi perutnya Separ
Detik Detik Menjelang Malam Gerimis sejak siang Tak juga berhenti Membasahi bumi Dengan gagah berani Sepertinya ia tak ingin berhenti Ia mindik-mindik membuka pintu Kakinya basah Oleh air hujan Tanpa salam Tampa selamat datang Beranjak masuk dengan keyakinan Sebentar kemudian berteriak Aku lebih
Anomali Sedang Berjalan Mencari Langkahnya pelan, penuh kehati-hatian Takaran sedang mengukur Dalam ukuran Timbangan sedang menimbang Mencari kesetimbangan Pertimbangan sedang menimbang-nimbang Untuk kesederhanaan Penyelesaian Istimewa jika berbeda Hebat jika berada di atas biasa Gagal tak perna
Jendela-Jendela Mata Sinar memancar Gemerlapan Menyilaukan mata Sebagian lain Jadi penerang di kala gelap gulita Hanya mata Dalam nikmat Tak terkira Aku tak menyalahkan Atau merendahkan Maaf, mereka dengan takdir buta Jendela hati lebih suci Terang menerangi Melebihi terangnya matahari Menembus
Siapa yang Paling Kenyang? Ikan yang Berburu Berebut Makan, Siapa yang Paling Kenyang? Musim kemarau telah berlalu Lobang persembunyian jadi rumah paling mengasyikan Ikan lapar keluar Setelah hujan deras Mengejar ke hulu Air mengalir ke hilir dengan laju Ikan kuat berenang dengan cepat Mengejar um
Daun yang Gemerisik Tertiup angin daun menggeliat Tulang belulang mulai retak Terjepit dahan berebut kenyang Tumbuh nyaris terbunuh Setelah lepas dari tangkai Berserakan di tengah jalan Menanti kering terbakar matahari Hidupnya akan berakhir, Pasti Hujan dan panas Membantunya lenyap terlupakan
Dari Tanah Kembali Ke Tanah, Mengapa Kau Bantah? Korban telah berkorban Hidup telah menghidupkan Saat kematian Ingin dikembalikan Ditolak dengan alasan Keterlaluan! Tanah Bumbu, 12 April 2020
https://s.kaskus.id/images/2020/04/12/10526339_202004120131030109.png Kaum Borjuis yang Takut pada Kematian Setiap orang akan merasa takut pada kematian. Sedangkan kematian sendiri pasti datang. Entah kapan kita tak bisa memastikan. Saya menyebutnya kaum borjuis. Seperti yang dalam banyak liter
Gelinding Roda Menggelinding Kerikil menganjal Roda berteriak mencari kambing hitam Roda tergelincir Melenceng arah semula Roda mencari pembenaran Dengan beribu alasan Roda menggelinding laju Menuruni Roda lupa diri Gelinding roda menggelinding Menanjak Roda tersendat Mengeluh sekeluh-keluhnya Ber
Pengetuk Palu Palu jadi penentu Di tangan hakim palu Palu jadi hukum Berpalu-paluan Pesakitan Berpalu-palu Pelaku dan korban Bingung penuhi otak Berpalun-palun Antara kebenaran Antara kesalahan Antara adil Dan keadilan Adalah undang-undang Berpalut rapat Di atas meja Di bawah laci Tangan-tangan
Malang Melintang Hari-hari Kabar datang silih berganti Isinya pasti Satu topik dari kaki ke kaki Malang mujur Kemalangan demi kemalangan Sebagian lain Malang kerik menantang mati Tak percaya Malang tak berbau Ia tak pernah melihat Malangbang hanyut sesapu ombak Padahal hanya melewati selat Malang
Radio Dengkul Radio-radio panggil Tak lagi lewat semilir Masuk ke telinga pemirsa Masuk lewat mata Mengaduk-aduk otak Menguras-nguras hati Radio pencari arah Hilang arah Tersesat di antah berantah Radio panggil Memanggil-manggil Mengajak konspirasi Di tengah hutan Labirin diri sendiri Radio mati
Perlombaan Antartongkat Tongkat putih berjalan Dengan tuan Di jalan Mengukur jalan Dalam genggaman Bertanding dengan tongkat narsis Mengukur besaran eksis Dalam bingkai berlapis-lapis Wajah-wajah cantik jadi pameran Habis Siapa yang akan menyaksikan Tongkat putih Tongkat naris Lagi menantang
Jaring-jaring Sedang Mengurung Bertahan dalam kesedihan Katamu sama dengan ikan terkurung dalam jaring Benapas tak ada oksigen Berjejal menahan sempit Perih ulu hati Sampai kapan bertahan Kau pernah mengajakku melerai badai Dengan deburan ombak yang sengaja kau permainkan Perahu sampan di tanganm
Yang Datang dan Pergi Meninggalkan Jejak Kita tidak akan pernah menduga Apa yang akan terjadi selanjutnya Seperti hari ini Siang dengan teriknya Angin semilir menerpa dedauan Ranting bergoyang menerpa ujung atap Menciptakan melodi suara gemeretak Tiba-tiba rintik hujan jatuh Di atas atap Semakin
Sebuah Perjalanan Kecil Kita pernah bersama Berjalan menyusuri tepian sungai Erat genggamanmu pada lenganku Cengkeraman yang biasa digunakan elang membawa kelinci terbang Tak terlepas sama sekali meskipun bermil jauhnya Engkau selalu penuh bagi permukaan danau Perahu kecil di tengahnya Kita seda