Episode yang Pasti Berganti Banjirnya derita menenggelamkan Hampir seluruh kota Mencari gelak tawa tersangkut Bagai layang-layang anak desa di puncak-puncak gedung tinggi Sudah tak aku temui Bahkan senyum pun diiringi curiga saling menyakiti Pertanda apa ini? Bukankah kita butuh teman? Berbagi d
Gelinding Roda Mobil Suatu Malam Aku tengah menggelinding Di kaki mobil melesat Tak punya mata Tak punya telinga Berputar Dan berputar Memeluk hitam aspal Ada apa di sana Aku berhenti seketika Seorang nenek Seorang cucu Terkapar di sampingku Bersimbah darah Dalam teriakan tersengal Ketakutan Kek
Harus Kuat! Musibah datang Tak pulang kandang Mengelana hingga negeri seberang Kena kita kadang Hadapi Dengan janji Pantang melarikan diri Yakin! Tak hanya sekali Seperti karang Setiap detik ombak menerjang Hingga hitam legam Tegar sambil tersenyum Untukmu! Esok adalah hari baru Hari ini sudah
Cabai, Kapok Saya Katanya cabai mulai naik sekarang harganya Padahal aku penyuka Daripada ikan mending cabai yang harus ada Seperti dirimu Kadang kesal karena banyak menggerutu Kadang kangen tak dengar suara renyit jendela terbuka ketika kau membuka mata Itulah yang membuatku tak kuasa Saat terlela
Kekasihku Meminta Secara Halus Bersama kekasih, kantong kosong juga senang. Apalagi tebal. "Kita sedang diberi jarak, bolehkah saling dekat?" kataku "Jangan, Sayang! Terlarang. Belum waktunya." Bukankah hanya berdekatan tak mesti pegangan tangan atau senggol-senggol bahu. Sa
Penghuni Kapal yang Lupa! Tadi sore sebelum mandi, ponakanku mainan kapal-kapalan dari kertas di atas bak mandi Sempat berebut kamar mandi, dia memaksa menyelesaikan ceritanya Kayanya: Di bawah keladak kapal ini adalah orang jahat Sejahat jahat orang Kriminalitas Residivis Layaknya harus mendapat
Kala Kehormatan Terukir di Atas Plakat Kau ingin minta? Berapa jumlahnya? Sejuta? Tak terhingga? Buat apa? Kebanggaan? Sekian menit akan dapat pujian Nyaring tepuk tangan akan berhenti ketika tangan mulai nyeri Vedio akan bertahan lama Untuk kenangan? Sedang mengenang apa? Akan kau ceritakan pada
Sapi-sapi yang Terperah! Padang Sabana menghijau, sapi hidup dan beranak pinak di sana Pejantan tertua adalah raja Ratu dan selir tak saling nyinyir, cemburu hanya pada rumput yang mulai berpucuk Tak ada perebutan Tak ada perlombaan Tak ada persaingan Rumput tak akan habis di makan seharian Memamah
Kepada Sekumpulan Asap yang Merayap Ke dalam Dada Tak ada asap jika tak ada api Aku telah berkeliling ke seantero negeri. Api besar dan kecil sedang dibanding-banding. Membakar sampah-sampah pasar, mengasap di ruang-ruang publik. Masker-masker mahal menutup wajah-wajah mereka. Hanya suara tanpa wu
Dari Jauh Untuk Petugas Kesehatan Dari jauh aku: menyaksikan merasa ada penderitaan airmata berlinang doa aku panjatkan secuil harapan tabahlah kawan Kalian berjuang: demi pengabdian rasa kemanusiaan belas kasihan tak kenal siang tak kenal malam keringat luruh tetap ditahan Pun begitu kau; tetap
Selamat Tinggal 'Welcome" Berapa lama kau tinggal di sana? Jadi penjaga Berapa kaki telah kau bersihkan? Tempatmu adalah debu dan kotoran Dengan pasrah diinjak dan ditepikan Selalu ucapkan "selamat datang" Menjadi orang buangan Terinjak dan terbuang Sesekali kadang dibersihkan Itu
Permen Sebiji Seribu? Antrian panjang memang tak gampang, perlu kesabaran tingkat dewa Berjarak satu meter pula Marah? Simpan dulu di luar dada Semakin siang Semakin panas menggantang Tak ada payung atau perlindungan Katanya corona akan mati Akh! Hoaks kali "Nomor 23!" Teriakan corong p
Santet, Jalan Terakhir! Malam telah mengeluh, Ada kuyang mengelilingi ruangan Bulan purnama tak membuat terang Dalam pondok sendirian Malam minta ditemani Sayangnya selalu curang Bila kunang-kunang datang Diburu atau dimakan Malam memang keterlaluan Ingin jadi penguasa Sayangnya culas dipelihara
Benar Salah Di Mata Pakar Di alam kebenaran, tidak ada yang lebih sulit dari menanggung kemustahilan. Bayangkan seandainya kita mempelajari sebuah buku, mencernanya, memverifikasinya, dan bahkan sudah menukilnya. Kemudian ada orang di sebelah kita membaca buku itu. Lalu melakukan kesalahan. Apak
Dalam Kelas Kosong Spidol tergeletak dalam laci Kelas kosong tak terisi Dibuang sayang, dipakai tak berfungsi Ia ingin bercerita bersama siswa Mengarungi jendela dunia "Sekarang temanku siapa?" kata spidol Rintihnya terdengar dari laci meja guru yang sedikit terbuka Pernah sekali datang
Riak-riak Pembuktian Aku mencoba menyusun kembali Potongan daun kering hasil remasan tangan orang-orang ternama Mulanya hanya canda Banyolan lucu membuat kita tertawa Namun, Garing tanpa makna Kemudian waktu pun berjalan Daun datang dari sebuah perjalanan Tertiup angin dan terbang Menyebar sepert...
Yang Membakar Sekehendak Hati Aku sedang menyaksikan Kalimat terpangkas mesin gergaji Dengung mendengung Cumiakkan telinga Dibeber di tengah jalan Menghalangi pandangan Bahkan tidur siang tak bisa Sakitnya mimpi sambil terjaga Kayu-kayu besar potong Sepotong demi sepotong "Ini bukan untuk ba
Membunuh Rasa Takut Aku tak akan bercerita tentang bagaimana membunuh sara takut terhadap corona. Karena kita semua memang sedang ketakutan. Wajar jika ada rasa takut. Namun dengan pemahaman dan taat aturan serta anjuran insa Allah aman. Ketakutan yang ingin aku ceritakan adalah perasaan takut ter
Pasar Tradisional dalam Genggaman Penjual menghitung angka genap ganjil dari lbaran uang yang diterimanya Lembaran merah, biru, receh terpisah-pisah Masuk saku berbeda Sebentar-sebentar keringat di kening diseka Jarak pandang adalah jarak antara satu orang dengan lainnya "Hei! Ini uang kemba