Apalah daya ana yang bertahan di kos, menahan diri tidak pulang kampung, mengikuti aturan pemerintah demi menyayangi kesehatan orang tua dengan tak menularkan COVID. Sudah dua bulan lebih. Dan ana harus ikhlas menjalaninya dengan ridha keduanya. Hati ini memang selalu merasa ingin menangis, tetapi
Kak, tulisan ini jujur membuat ana menangis saat membacanya. Sangat menyentuh lubuk hati yang dalam. Aku yang penampilannya tidak dianggap menarik bagi lawan jenis sangat merasakannya. Tapi sejujurnya ini karena manusia adalah makhluk visual yang sangat mengandalkan indera pengelihatan, jadi sering
Ada benarnya juga sih. Pandemi saja jauh dari kata berakhir, apalagi 2024 masa berakhirnya periode kedua. Walau bagaimanapun juga, kalau ada sesuatu yang buruk di negeri dan pemerintahan ini, jangan langsung salahkan presiden dong. Kita semua tak luput dari kesalahan. Semoga pengganti Jokowi Amin...
Meski terjadi pada bulan yang sama. Rasanya tidak seimbang ya jika kerusuhan 22 Mei 2019 disamakan dengan Reformasi Mei 1998. Bedanya yaitu kalau ini membela kepentingan elit politik, bukan tuntutan segenap rakyat Indonesia.
Meski ana dukung Pancasila sebagai dasar negara, tidak salah kan kalau oknum ormas berkedok Pancasila ini dihukum seberat-beratnya. Bukannya mendidik rakyat, eh malah...
ari18012015 Nah iya juga. Karena pemerintah merasa lockdown bukan satu2nya cara yang efektif, mengingat kondisi demografis dan ekonomi yang labil.
Semoga ibu dan keluarga TS selalu berada dalam lindungan-Nya dan tetap sehat ketika bertugas. Ini sudah saatnya pemerintah justru mengadopsi teknik ala Korut maupun Filipina dalam memberikan efek jera bagi pelanggar PSBB, serta mencabut hak pelayanan kesehatan dan BPJS mereka. Percuma mengapresia...