Ademe gunung merapi purbo Melu krungu swaramu ngomongke opo Ademe gunung merapi purbo Sing ning langgran Wonosari Jogjakarta :sad
Banyu langit sing ono dhuwur khayangan Watu gedhe kalingan mendunge udan Telesono atine wong seng kasmaran Setyo janji seprene tansah kelingan :kr
Sworo angin, angin sing ngeridu ati Ngelingake sliramu sing tak tresnani Pingin nangis ngetoke eluh neng pipi Suwe ra weruh senadyan mung ono mimpi :sad :ngacir2
tetap semangat cendolin, buat bantu teman sejawat tenaga kesehatan yang sementara berjuang melawan COVID-19. tetap patuh terhadap protokolnya, menggunakan masker, rajin cuci tangan pakai sabun, jaga jarak aman, keluar rumah bila perlu, jauhi kerumunan :lehuga :cendols :cendols :cendols
Cause this life's too long And this love's too strong So baby know for sure That I'll never let you go :kr :angel
Agan agan yang baik hatinya Ane ketinggalan mandi CENDOL nih.. Tolong Cendoliin yak, sembari kita beramal buat mencegah COVID :cendols :matabelo
Entah cahaya apa, Atau angin dari mana yang mengajak lolongmu singgah ke tubuh purnama ini. Semu dan waktu telah menciptakanmu serupa pengembara. Mengais kaki gunung maha batu, lalu memotong sunyi dengan lirih lolong sebaka malam hari.
Tubuh kami adalah sungai, berbatu dia, berlumut usia, mengalir pada inkarnasi abadi. Sedang masa lalu: Rusa di Hutan sana setia menangkup harap yang hinggap dalam luka arus ini, dalam minumnya yang abadi.
Datanglah, dan susuri tubuh ini. sebab kita telah sepakat bahwa kebaktian adalah sampan. Maka, jika bagimu menenangkan, kayuhlah. Sedang dosa telah terbang, terikat menjadi kilauan bintang.
Kita terdiam, terdiam seperti biasa kita menunggu waktu pulang ke rumahnya. Dan bulan yang sendirian menuntun doa kita jauh bergandeng pasang :matabelo :lehuga
Pagi masih terlalu dini, dan teh ini sudah sepasi bulan, tapi kita baru separuh jalan menikmati pasang dan pandai-pandai menyapu dingin yang jarinya semungil ababil.
telah kita isi hening dengan batu yang kita hamtam ke arah ombak pengganti kerinduan, tapi tidak setara air mata.
Bunga, ulat dan segala macam serangga yang bisa dia ingat melalui melodinya. Dan aku masih di sini, Perpustakaan kecil bernama memori Menyeduh teh dan menjalin puisi menjadi bintang-bintang menggantung di langit-langit malam.
Dia yang jauh di sana membayangkan puisi, puisi yang menjelma rumah-rumah, lengkap dengan beranda dan taman kecilnya.
Sedang dia -yang tetap saja jauh di sana- masih bermain lagu yang dalam, jauh menembus lautan menjadi duyung yang meneriakkan ribuan keheningan.