Kopi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menjadi "teman hidup". Melewati hari tanpa menyeruput kopi rasanya seperti ada yang kurang. Urusan minum kopi juga sangat personal, masing-masing orang memiliki kesukaan kopi sendiri. Ada yang suka kopi asli tanpa campuran susu ataupun...
Tidak berhenti sampai disitu, riset demi riset pun dilakukan untuk memahami para pecinta kopi di Indonesia.http://media.nationalgeographic.co.id/daily/640/0/201412311839076/b/foto-inovasi-baru-bagi-penikmat-kopi-di-indonesia.jpg2"]Pohon kopi hanya tumbuh di daerah beriklim sedang (Spencer Mi...
(Agus Prijono, dari Tambling Wildlife Nature Conservation)Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/03/merayakan-pembebasan-si-loreng
Marizal, lelaki yang berkawan dengan harimau itu, tak mampu menahan rasa yang campur aduk: bimbang dan sayang. Namun dia telah memilih, 'Agar kalian terbebas dari kepunahan.'
Beberapa pekan sebelum pelepasliaran Panti dan Petir, Marizal menumpahkan perasaannya pada sekeping puisi.Di antara bimbang dan sayang,Yang pasti akan selalu kukenangWalaupun kau akan pergi berpetualangJelajahi rimba belantaraKuharap kau temukan tempat naungan yang amanBagai kampung halaman untuk...
Saat kembali ke Pusat Rehabilitasi, Marizal merasakan ada yang sirna. Ia kini jauh, sekaligus dekat. "Kandang dulu penuh, kini ada yang kosong."
Marizal saat itu hanya mengamati dari belakang jip, yang berada di samping Siti Nurbaya dan Susi Pudjiastuti. Dia paham: Petir tak pernah menjelajahi belantara sejak lahir. "Ia baru mengenali lingkungannya. Saat dilepas di kandang habituasi juga begitu perilakunya. Mengendap-endap," tut...
Ketegangan meruap di udara saat harimau muda belia itu menghirup udara bebas. Usai Petir benar-benar masuk hutan, ketegangan runtuh.
Ia muncul dari tempat sembunyi, menghampiri seekor babi hutan yang sengaja ditambatkan di pokok pohon. Si babi hutan panik, berjalan memutari pohon, menghindar dari Petir. Rupanya, Petir hanya mencolek babi mungil itu. Tetap mengendap, dengan otot-otot tubuh yang menegang, ia menatap ke hutan. Lalu
Ia mungkin sedang menentukan pilihan: dari sudut mana akan menembus belantara. Dari pohon sembunyi, Petir masih mengendap-endap, memindai ke segala arah.
Inilah pertama kali harimau berusia tiga tahun tiga bulan ini hidup bebas. Petir terus mengendap, seolah ada mangsa atau lawan di sekelilingnya. Pada sebuah pohon ia bernaung. Berhenti, berteduh, memindai. Beberapa menit lamanya Petir bolak-balik mengamati seputar.
Matanya menatap ke sekeliling. Ia sedikit kebingungan: menoleh ke kiri dan kanan. Satu-dua jenak ia berhenti, mengendap, dengan tatapan waspada. Para hadirin menahan napas.
Kali ini kesempatan Susi Pudjiastuti menarik tali baja. Pintu kandang terbuka. Petir ke luar kandang. Ia mengendap-endap. Langkah kakinya merangkak pelan. Otot-otot di bahunya bergumpal-gumpal menegang. Mulutnya menganga.
Kini, detik-detik Petir akan lepas ke alam semakin berdetak kencang. Tomy Winata kembali turun: membuka pintu kandang, diiringi Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Timbul Batubara.
Pintu terbuka: tanpa basa-basi, Panti melesat ke dalam kegelapan hutan. "Hutan itu memang daerah jelajahnya," jelas Satmoko, dokter hewan Pusat Rehabilitasi. Sebelum dilepasliarkan untuk kedua kalinya, Satmoko memaparkan, Panti telah menjelajahi kawasan di sekitar lokasi pelepasliaran.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dari atas jip, menarik tali baja yang terkait dengan pintu sangkar Panti. Rada kewalahan, Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti sigap membantu Siti Nurbaya.
Langkah Pertama Sang BeliaTengah hari itu, Panti mengaum dari kandang pelepasan. Gemanya menggentarkan. Pendiri Tambling Wildlife Nature Conservation Tomy Winata baru saja menyingkap pintu penutup kandang Panti.
http://nationalgeographic.co.id/dat/daily/640/0/201503041603221/b/foto-merayakan-pembebasan-si-loreng.jpg2"]Petir, seekor harimau sumatra yang dilepasliarkan di TNWC di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)
Namun kini mereka telah menjadi kucing besar dengan loreng menyemburat di sekujur tubuhnya. Hari itu, 3 Maret 2013, tiga tahun berselang, Petir menjadi yang pertama mengarungi hidup bebas di belantara Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.