Pada tahun 2006 yang lalu di Denver Colorado Amerika Serikat, mimpi buruk tersebut menjadi kenyataan bagi Derek Amato. Pada suatu hari dia terjun ke kolam renang yang membentur kepalanya dengan dasar kolam dangkal. Derek pingsan seketika, dan terbangun telah berada di rumah sakit mengalami disorientasi dan trauma ketakutan.

Orang tua Derek juga sangat ketakutan akan perkembangannya, karena jenis kecelakaan ini adalah yang paling ditakutkan oleh hampir semua orang tua karena dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.

Dan hal tersebut pun tidak terlepas dari Derek, cedera kepalanya meninggalkan hilangnya sebagian besar pendengarannya, sakit kepala kronis dan masalah memori yang masih bertahan hingga kini. Namun ajaibnya, Derek menganggap itu adalah kecelakaan terbaik sepanjang hidupnya. Lho…..

Ternyata akibat dari kecelakaan tersebut juga menyebabkan hal lainnya bagi kerja otak di kepala Derek, mengubahnya menjadi seorang jenius musik. Pada hari-hari setelah kecelakaan, Derek mulai melihat gambar berbentuk hitam dan putih dalam bayangannya walau sedang dalam keadaan mata tertutup.

Gambar hitam dan putih dari aliran nada dan notasi musik tersebut mampu Derek bayangkan walaupun dirinya tidak pernah memiliki pengetahuan atau ketrampilan musik. Secara mendadak dia memiliki kemampuan untuk duduk di piano dan bermain potongan rumit, yang oleh orang biasa membutuhkan waktu paling tidak setahun untuk menguasainya.

Meskipun ia tidak mengerti akan kemampuannya tersebut, namun dia mengatakan bahwa dia bersyukur atas hal tersebut.

Pada suatu malam di tahun 2002, seorang penjual keliling atau Salesman furnitur bernama Jason Padgett meninggalkan Bar ketika ia dikejutkan oleh dua perampok. Mereka menjatuhkannya ke tanah dan menendangnya berulang kali di bagian kepala.

Ditengah serangan, Padgett melihat kilatan putih menyilaukan, dan hal berikutnya yang dia sadari adalah dirinya terbaring di aspal, mengalami kebingungan dan pendarahan. Dirinya menjadi korban tindak kekerasan yang sering terjadi di Amerika Serikat.

Tindak kekerasan tersebut meninggalkan Padgett dengan gegar otak parah dan mengalami distorsi aneh dalam penghihatannya. Meskipun ia masih bisa melihat secara normal, namun setelah kejadian tersebut dirinya mengaku selalu melihat suatu sinar dan kemilau aneh seperti setiap benda dipecahkan membentuk garis dan bentuk.

Padgett yang tidak menamatkan sekolahnya tidak dapat segera menyadari bahwa sebenarnya yang dia lihat tersebut adalah representasi geometris rumus-rumus matematika.

Entah bagaimana terjadi, cedera otaknya telah memberinya kemampuan untuk secara baik memahami matematika. Ketika peneliti mengambil gambar di otak Padgett dan menunjukkan padanya serangkaian persamaan, pusat-pusat pemrosesan visual di otak menyala. Otaknya memutar angka kedalam gambar.

Jason Padgett dikabarkan meneruskan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi untuk mempelajari lebih lanjut tentang kondisinya dan teori yang mengakibatkan terjadinya hal-hal tersebut.

Selama tiga dekade dalam hidupnya, Jon Sarkin adalah seorang pria normal. Dia memiliki istri, anak dan karir yang mulai berkembang sebagai seorang Chiropractitioner. Dia bermain golf dan bermain pasar saham, hingga suatu hari ia mengalami kejadian yang nyaris merenggut nyawanya.

Selama permainan putaran golf tahun 1988, Sarkin menderita pendaharan otak kronis. Dirinya langsung dilarikan ke rumah sakit, namun keadaannya terus memburuk yang memaksa dokter berkesimpulan pembedahan harus segera dilakukan untuk menggangkat sebagian otaknya. Operasi tersebut berakhir dengan sukses, kondisi Sarkin perlahan-lahan membaik.

Namun dari peristiwa tersebut bukan hanya sebagian otaknya yang hilang, Chiropractor tersebut juga turut menghilang dari kehidupannya berganti dengan menjadi seorang seniman.

Segera setelah keluar dari rumah sakit, Sarkin berhenti dari pekerjaan lamanya dan mengambil sekolah seni yang mengambil bidang lukisan dan seni patung. Cerita tentang dirinya yang berubah kepribadian segera menarik perhatian banyak kalangan di Amerika Serikat.

Entah bagaimana bisa terjadi, Bagian kecil dari otaknya yang hilang telah mengubah pula seorang Jon Sankin, dirinya menjadi seorang yang sama sekali berbeda. Saat ini telah hampir 30 tahun kejadian tersebut terjadi, Sarkin masih bergelut dengan cat dan karya-karyanya di galeri.

Leigh Erceg berusia 49 tahun ketika dirinya mengalami sebuah kecelakaan, jatuh kejurang di peternakan Colorado miliknya. Kecelakaan tersebut adalah bencana, dia menderita luka di kepala dan tulang belakangnya dan tampaknya dirinya akan menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda.

Namun cerita berbeda dialami olehnya, seluruh cedera tulang belakangnya sembuh termasuk kepalanya walaupun menghasilkan kisah yang berbeda dari sebelumnya.

Setelah kecelakaan tersebut terjadi, Erceg seketika tidak menyadari siapa dirinya, dirinya tidak bisa mengingat masa kecilnya, ibunya atau apa pun tentang hidupnya sebelum terjatuh. Dengan hilangnya ingatan, dia juga kehilangan emosinya. Bahkan hingga kini pun dia tahu kapan harus tersenyum atau tertawa tapi tidak sepenuhnya mengerti mengapa dia melakukannya.

Kehilangan yang besar bagi seluruh sisa hidup Erceg, namun bagaimana kehilangan terjadi ada pula yang diperolehnya setelah kejadian tersebut. Seolah-olah lubang kosong di otaknya yang sebelumnya berisi kehidupan masa lalu kini digantikan dengan kemampuan baru.

Sesuatu yang aneh terjadi dia mengambil kombinasi tak nyambung antara seni dan matematika. Erceg berujar, ketika dia membuat sebuah gambar dia membuatnya berdasarkan persamaan matematika yang muncul di bayangannya.

Para peneliti hingga hari ini masih berjuang untuk memahami mekanisme dibalik terjadinya beberapa keajaiban dimana seorang pasien memperoleh kemampuan tak terduga dari kerusakan otak yang terjadi. Tetapi kurangnya pengetahuan tidak serta merta menjadi dasar kurangnya percobaan yang dilakukan dan fenomena ini telah diakui selama beberapa dekade merupakan kejadian nyata namun sayangnya tidak semua berakhir dengan cerita indah.

Di era 80-an seorang psikolog menulis tentang pengalamannya dengan pasien yang hanya di identifikasikan bernama Mr.Z. Ketika Mr.Z berusia 9 tahun, dia ditembak seseorang persis dibagian dahinya ketika terjadi perampokan dirumahnya. Peluru benar-benar melewati kepalanya dan meninggalkan anak tersebut lumpuh sebagian dan tidak mampu berbicara.

Namun walau peristiwa tersebut telah merenggut hampir seluruh kemampuannya, namun ada kemampuan lain yang luar biasa. Dia bisa mengambil sesuatu dalam kondisi berantakan dan menyusunnya menjadi sebuah bentuk utuh kembali. Sebuah kemampuan mekanik telah dimilikinya.

Selain kemampuan mekanik tersebut, Mr.Z juga mampu mengingat fakta acak dengan kejelasan yang sempurna, contohnya adalah nama jalan di daerah yang hanya cukup ia kunjungi sekali saja. Sayangnya walau dikarunia kemampuan luar biasa ini, Mr.Z harus menjalani kehidupan cacat hingga kini.

Di tahun 1960, seorang imigran Italia yang tinggal di San Francisco mulai menderita penyakit. Franco Magnani, demikian namanya menderita demam tinggi yang memaksanya harus mendekam di tempat tidur dalam keadaan Delirium.

Sebagai diketahui Delirium adalah gangguan mental serius yang menyebabkan penderita mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Pada fase awal, delirium akan berkembang cukup cepat, dari beberapa jam sampai beberapa hari.

Sementara Franco Magnani menderita hebat akibat deliriumnya, dirinya memimpikan rumah masa kecilnya di Pontito Italia yang telah ia tinggalkan hampir satu dekade sebelumnya. Ketika terbangun, ia mampu melukiskan seluruh adegan-adegan dari masa kecilnya tersebut.

Ternyata setelah dibandingkan, Magnani melukis dengan sempurna seluruh tampilan di masa kecilnya tersebut dengan sempurna. Sebuah kemampuan Snapshot Fotorealistik dari desa tempat dirinya dibesarkan, kenangan yang berada diotak dan telah disimpannya selama bertahun-tahun.

Entah bagaimana, kerusakan otak telah mengaktifkan sesuatu di otaknya yang memungkinkan dirinya untuk mengingat setiap detil dari saat-saat masa kanak-kanak tersebut.

Lebih dari 20 tahun setelah kejadian Magnani tersebut, seorang fotografer melakukan perjalanan ke Pontito dan mengambil foto adegan yang tepat seperti yang berada di lukisan Magnani ini.

Pada tahun 1994, Dr. Anthony Cicoria baru saja menutup pembicaraan di telepon umum ketika cahaya menyilaukan datang entah dari mana, memukul telepon dan berbalik menghantam wajahnya.

Dampaknya, dia terhempas ke belakang dia menggambarkan kejadian tersebut seolah dia terpisah dari raganya. Dan dia teringat ketika itu dia benar-benar memang merasa telah keluar dari raganya dan melihat dirinya sendiri terkapar di lantai sementara orang-orang bergegas dan mencoba menyelamatkan dirinya. Tak lama kemudian dia merasa seperti tersentak, kembali ke raganya dengan rasa sakit luar biasa di seluruh tubuhnya.

Apa yang terjadi ? ternyata dirinya baru saja tersambar petir.

Selama beberapa bulan ke depan, Anthony Cicoria mencoba untuk kembali ke kehidupan normalnya, tapi dia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dia tampak sangat kesulitan dan tidak fokus pada pekerjaan dengan mudah, dan ingatannya sedikit kabur. Segera setelahnya, permasalahan tersebut menghilang dan ketika telah nyaman dengan kehidupannya, keinginan lainnya dalam dirinya mendadak muncul yaitu untuk bermain musik.

Keinginan untuk bermain musik tersebut berubah menjadi obsesi. Bahkan dia mendengar musik dalam mimpinya, tapi dirinya mengaku tidak tahu cara bermain piano atau bagaimana mendapatkan lagu-lagu yang berseliweran di kepalanya. Dokter bedah itu pun kemudian melakukan usaha otodidak dengan belajar sendiri bermain piano yang dipinjam dari temannya.

Anehnya semakin dia belajar, obsesinya semakin tumbuh. Setiap waktu luangnya dihabiskan untuk bermain musik, seperti gatal yang tidak pernah bisa digaruk. Bahkan setelah istrinya meninggalkan dirinya dia tidak bisa berhenti untuk bermain musik.

Oliver Sacks, ahli saraf yang mempelajari kondisi Cicoria, Dokter bedah berusia 42 tahun tersebut mengatakan dan percaya bahwa perubahan yang terjadi lengkap dengan kepribadiannya datang bersamaan dengan kemampuannya mendadak untuk bermain musik. Mungkin ini adalah hasil dari kejang Lobus temporal yang disebabkan oleh sambaran petir.

Namun hal tersebut tetap tidak mampu menjelaskan sepenuhnya bagaimana perubahan besar seperti itu dapat terjadi.

Pada bulan Maret 2011, Heather Thompson mengalami pemukulan dibagian belakang kepalanya, dampaknya adalah dia terjatuh ketanah dan dokter mengatakan dirinya mengalami cedera otak traumatis ringan.

Kejadian tersebut seolah tak serius, apalagi tidak ada perubahan dalam hal kesehatannya, namun Heather Thompson tidak lagi merasa seperti dirinya dulu. Lampu-lampu tampak terlalu terang baginya dan warna-warna yang dulunya biasa saja kini menjadi terlalu cerah baginya.

Dia mulai mengunci dirinya dikamar tidur gelap untuk melarikan diri dari overstimulasi cahaya yang berlebihan yang dirasakannya. Hal tersebut meninggalkan keluarganya dan pekerjaannya sebagai CEO dari bisnis lokal.

Dia akan tidur untuk sebagian besar hari, dan pekerjaan kecil yang biasanya sangat mudah dilakukannya menjadi pekerjaan yang sangat melelahkan kini. Pukulan di belakang kepalanya tersebut seolah mengubah kehidupannya menjadi neraka.

Pada suatu hari tetangganya yang khawatir dan peduli dengan keadaannya membawanya satu set kuas dan perlengkapan melukis dan menyarankannya untuk mencoba melukis demi merilekskan dirinya. Thompon mengejek ide tersebut namun tetap mencobanya.

Hasilnya dia seperti terbius dan tidak pernah berhenti untuk melukis. Seperti Anhony Cicoria dan Jon Sarkin dampak yang terjadi di kepalanya tampaknya telah mengubahnya menjadi sosok dengan kepribadian yang baru.

Mantan CEO ini memutuskan berhenti dari pekerjaannya, menceraikan suaminya dan pindah keluar kota. Membeli seekor kambing dan mengambil hidup sebagai seorang pelukis. Heather Thompson mengatakan kini berada dalam kehidupan yang sangat bahagia daripada seluruh kehidupannya dulu.

Bisa dikatakan Orlando Serrell menjadi yang paling populer untuk kalangan penderita Sindrom Savant ini. Sindrom Savant adalah kondisi seseorang yang mampu memperlihatkan kapasitas yang ajaib dan mendalam atau kemampuan yang jauh melebihi batas normal. Manusia dengan sindrom savant bisa jadi memiliki kelainan dalam perkembangan syaraf, terutama gangguan spektrum autisme, atau bahkan cedera pada otak.

Saat itu Orlando Serrell masih kanak-kanak di tahun 1979. Ketika bermain bola bisbol, bola tepat menghantam kepalanya, Serrell tersungkur, tertegun sebentar dan kemudian kembali melanjutkan bermain bisbol. Pada saat itu dia tidak menyadari kalau hidupnya akan segera berubah setelah kejadian tersebut.

Kejadiannya dimulai dengan menderita sakit kepala hingga berhari-hari. Serrell yang saat itu berusia 10 tahun harus menderita dalam keheningan sementara kepalanya terus berdenyut dengan sakit luar biasa. Kemudian sakit kepalanya berhenti, dan Orlando kemudian menyadari kalau dia bisa mengingat semua kejadian secara jelas.

Dia bisa mengingat pakaian apa yang dipakainya, bagaimana keadaan cuaca, dan apa yang menjadi makanan sarapannya untuk setiap hari dalam hidupnya walaupun telah berlangsung sangat lama.

Selain memori atau ingatan masa lalu yang sangat kuat, kemampuan lainnya juga terjadi pada dirinya yaitu mampu menghitung hari dalam seminggu, bahkan jika tanggal tersebut jatuh di ratusan tahun di masa depan.

Hari ini Serrel telah berusia 37 tahun yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu para peneliti memahami kerusakan otak berperan dalam kecerdasan manusia.

Ketika Jim Carollo berusia 14 tahun kejadian yang menghancurkan hidupnya terjadi. Sebuah kecelakaan mobil menewaskan ibunya serta menyebabkan dirinya jatuh koma karena cedera otak parah yang dideritanya. Bahkan para dokter yang mananganinya meragukan kalau Carollo dapat hidup lebih dari seminggu.

Namun melawan seluruh rintangan, dirinya mampu terus hidup. Setelah enam minggu, dirinya terbangun dari koma dan memulai proses panjang rehabilitasi fisik. Segera setelah itu dia dapat kembali bersekolah dan saat itulah ia menyadari bahwa dirinya tidak akan pernah menjadi remaja normal lainnya.

Sebelum kecelakaan terjadi, Carollo tidak pernah tertarik dengan pelajaran matematika namun sesudahnya, pelajaran matematika yang dahulu amat sukar baginya menjadi sangat mudah. Tanpa belajar sedikit pun dia mampu mendapatkan nilai bagus untuk tes geometri SMA. Dia juga melewatkan ujian Kalkulus dengan amat mudah.

Carollo mampu menghapal rumus-rumus yang penuh angka semudah melihatnya. Dia bahkan hafal 200 digit pi hanya dalam sehari. Kini Jim Carollo telah berusia 39 tahun dan angka-angka yang berseliweran dikepalanya masih tetap mengiringi hari-harinya.

Jim Carollo telah membangun hidup normal layaknya orang-orang lainnya. Dalam satu kesempatan dia berujar bahwa angka-angka tersebut menenangkan dirinya seperti seorang kawan lama.