KNKT Pertanyakan ELT AirAsia QZ 8501 yang Tak Menyala
Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mempertanyakan Emergency Locator Transmitter(ELT) dari pesawat Airasia QZ 8501 yang tak mengeluarkan sinyal saat pesawat hilang kontak. Padahal, alat itu bermanfaat untuk mencari lokasi hilangnya pesawat. Investigator KNKT Suryanto, menduga bahwa ELT itu bisa saja hancur karena pesawat menabrak suatu benda dengan sangat keras. Dugaan lainnya yaitu ELT terbuang ke laut.
Memang merupakan hal yang aneh pula, jika ELT (Emergency Locator Transmitter) yang dibuat tahan banting dan tahan dalam banyak kondisi yang ada di AirAsia QZ 8501 tidak menyala. Padahal alat navigasi darurat itu dalam keadaan ekstrim tak mudah rusak, baik oleh impact keras, tahan terkena api hingga ratusan derajat, maupun berada di alam bersuhu dingin yang ekstrem, hingga jatuh ke dalam laut lebih dari 500 meter, ILT masih dapat berfungsi dengan baik.
Quote:
“ELT disiapkan pada tiap pesawat agar jika ada emergency maka stasiun didarat pasti dapat menangkap frekuensinya termasuk Basarnas, dan untuk masalah ini frekuensi tak tertangkap. Berarti pesawat itu perlu dipertanyakan kenapa ELT tidak menyala,” kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi di Tangerang, Minggu (28/12/2014).
Selain dikenal sebagai ELT (Emergency Locator Transmitter), namun banyak alat sejenis yang dikenal dengan nama atau sebutan lain. Beberapa diantaranya, seperti Distress radio beacons atau emergency beacons atau PLB (Personal Locator Beacon) atau EPIRB (Emergency Position-Indicating Radio Beacon), atau juga ELBA (Emergency Locator Beacon Aircraft).
Namun semua alat itu memiliki fungsi dan kegunaan yang sama, yaitu sebagai perangkat suar penentu lokasi untuk pesawat dan kapal laut bahkan dapat dimanfaatkan secara individual.
Sementara itu kotak hitam milik Airasia QZ 8501 juga sama-sama belum ditemukan, biasanya ada pinger yang akan berbunyi di dalam air. Namun, untuk mendeteksi bunyi itu, harus ada alat solar detector. Artinya harus ada kapal dulu yang diarahkan ke pinger itu untuk menangkap sinyal.
Spoiler for Emergency position-indicating radio beacons or EPIRBs:
[img][/img]
#PrayForAirAsia #DeepCondolences #QZ8501
Search and Rescue: TNI Kerahkan 16 Pesawat dan 13 Kapal Perang
Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengerahkan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) mereka untuk membantu mencari pesawat AirAsia yang hilang dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura sejak Minggu pagi, 28 Desember 2014.
Spoiler for Armada Angkatan Laut:
[img][/img]
Dikutip dari siaran pers Pusat Penerangan TNI yang diterima pada Senin, 29 Desember 2014, dikerahkan sebanyak 16 pesawat terbang dan 13 kapal perang atau KRI (Kapal Perang Republik Indonesia).
Spoiler for TIM SAR Tentara Negara Indonesia :
Spoiler for Tim SAR TNI-AD:
Tim SAR TNI Angkatan Darat
TNI Angkatan Darat mengerahkan dua unit helikopter MI35 dan dua unit helikopter Bell 412. Dan kekuatan yang dikerahkan dari TNI Angkatan Darat sebanyak 714 personel dari Kodam I/Bukit Barisan. Meliputi Korem 031/Pekanbaru 100 personel, Kodim 0303/Bengkalis 31 personel, Kodim 0320/Dumai 31 personel, Yonif 132/Dumai 31 personel, dan Pokko 7 personel. Personel lain dari Korem 033/Tanjung Pinang 100 personel, terdiri dari Kodim 0315/Bintan 31 personel, Kodim 0316/Batam 31 personel, Kodim 0317/Tanjung Balai Karimun 31 personel dan Pokko 7 personel, serta Denrudal 004/Dumai 30 orang.
Spoiler for Tim SAR TNI-AU:
Tim SAR TNI Angkatan Udara
TNI Angkatan Udara mengerahkan satu Boeing 737, dua C130 Herculles, dua helikopter Super Puma, dan CN295.
Selain TNI, pihak BASARNAS, Kepolisian Republik Indonesia dan BPPT juga ikut bergabung bersama tim SAR. Tim SAR BPPT menerjunkan kapal laut observasi canggih Baruna Jaya IV yang memiliki sonar terkini dari kapal berteknologi canggih milik BPPT.
Selain kekuatan SAR nasional dalam upaya pencarian pesawat AirAsia, juga melibatkan negara-negara sahabat, di antaranya, dari Malaysia satu C130 Hercules dan tiga kapal, Singapura tiga C130 Hercules dan tiga kapal, Australia dua P3C Orion serta Korea Selatan satu P3 Orion.
Spoiler for Two members from the Indonesian Navy’s Tactical Commanding Operator help with the search for the flight. (REUTERS):
[img][/img]
Spoiler for Tim SAR TNI-AL:
Tim SAR TNI Angkatan Laut
TNI Angkatan Laut terdiri satu pesawat Cassa, dua helikopter Bell, satu helikopter Bolco, dan dua CN235.
Sedangkan KRI yang dilepas-jangkarkan dan menuju lokasi adalah: KRI Yos Sudarso, KRI Hasanudin, KRI Pattimura, KRI Bung Tomo, KRI Sutedi Senaputra, KRI Banda Aceh, KRI Pulau Rengat, dan KRI Pulau Romang.
Diterjunkan pula tiga tim Denjaka, dua SSY SRCPB, satu tim Paska, dan satu tim penyelam beserta enam perahu karet, dan enam sea raider
Spoiler for TNI AU:
[img][/img]
#PrayForAirAsia #DeepCondolences #QZ8501
Pendapat-pendapat para ahli penerbangan internasional antara MAS MH370 dan AirAsia QZ 8501
The Telegraph menulis bahwa hilangnya pesawat AirAsia dalam penerbangan antara Indonesia dan Singapura, mau tidak mau, memicu perbandingan dengan kasus tidak terpecahkan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370.
Spoiler for Marc Dugain, Mantan Direktur Maskapai Prancis:
Mantan Direktur Maskapai Prancis, Marc Dugain, menuding adanya konspirasi dalam tragedi MH370, yang diduga dibajak atau ditembak jatuh oleh AS yang mengakibatkan MH370 hilang tanpa jejak bersama 239 penumpang dan kru pesawat.
Dikutip laman Huffingtonpost, Marc Dugain menduga pesawat Boeing dengan nomor penerbangan MH370 dibajak, dan terbang mengarah ke Pulau Diego Garcia di Samudra Hindia, yang merupakan instalasi militer rahasia AS.
Berdasarkan paten yang didaftarkan oleh Boeing, disebutkan bahwa semua pesawat mereka dilengkapi dengan perangkat pengendali jarak jauh, yang dimaksudkan untuk mencegah pesawat dibajak dan digunakan untuk serangan terorisme. Seperti pesawat AirAsia, MH370 juga didahului dengan terputusnya kontak antara pesawat dan pusat kendali lalu lintas udara (ATC), serta tidak ada sinyal darurat yang dikirimkan sebagai tanda adanya masalah, hingga pesawat hilang dari radar.
Spoiler for Peter Stuart Smith, pakar penerbangan:
Pakar penerbangan, Peter Stuart Smith, yang dikutip dalam laporan Mirror, menyebut aneh bahwa QZ8501 tidak melakukan kontak dengan ATC.
“Bahkan jika kita berasumsi bahwa pesawat menghadapi cuaca sangat buruk, dan pecah di udara. Jelas prioritas utama pilot adalah menerbangkan pesawat, tapi mengirim sebuah pesan pada ATC tentang apa yang terjadi, hanya beberapa detik untuk mengirimkan sinyal pada kotak SSR, yang akan memperingatkan ATC bahwa ada masalah,” ujar Peter Stuart Smith.
Spoiler for Neil Hansford, pakar penerbangan:
Pakar penerbangan lainnya asal Australia, Neil Hansford, menyebut tidak ada komplikasi serumit MH370, dalam kasus hilangnya QZ8501, di mana otoritas Indonesia mengatakan yakin mendapat sinyal terakhir lokasi hilangnya pesawat.
“Belum ada komplikasi MH370 (untuk QZ8501). Mereka tahu yang ini, dan jika mereka tidak dapat menemukannya, maka kita memiliki persoalan,” kata Hansford.
Spoiler for Paul Goelz, jurnalis penerbangan CNN:
Sedangkan jurnalis penerbangan CNN, Paul Goelz, menilai ada perbedaan antara MH370 dan QZ8501. Di mana pada kasus MH370, transponder untuk mengidentifikasi keberadaan pesawat tampak sengaja dimatikan. Sementara itu, pada kasus AirAsia hal itu tidak terjadi. Samudra Hindia di mana MH370 diyakini tenggelam, merupakan wilayah perairan dalam dan terkesan misterius. Dasar laut di wilayah itu tidak pernah dipetakan di beberapa tempat, sehingga sulit untuk melakukan pencarian.
Sementara itu, Laut Jawa tempat pesawat AirAsia diduga hilang, adalah lautan yang lebih dangkal dengan kedalaman diperkirakan hanya sekitar 150 kaki, dibandingkan dengan Samudra Hindia yang memiliki kedalaman antara 10.000-20.000 kaki. Lebih lanjut, Goelz menyebut keberadaan pesawat sudah dapat diprediksi. Berbeda dengan kasus hilangnya MH370, yang disertai tidak jelasnya informasi. Di mana para pejabat berwenang menyampaikan pernyataan yang saling bertolak belakang.
Sementara itu, dalam kasus AirAsia, pemerintah Indonesia dan maskapai terlihat menggunakan pendekatan yang lebih sesuai. CEO AirAsia Tony Fernandes bahkan turun langsung, dan aktif melakukan berkomunikasi dengan publik melalui media sosial.
Spoiler for Steven Wallace, mantan Direktur Administrasi Penerbangan Federal:
Sedangkan Steven B. Wallace mantan Direktur Kantor Administrasi Penerbangan Federal untuk Penyelidikan Kecelakaan (Director of Accident Investigation, Federal Aviation Administration) mengatakan bahwa, “Kondisi itu diyakini lebih mudah menemukan pencarian puing-puing di Laut Jawa. Kita tidak akan melihat upaya proses pencarian seperti yang terjadi dalam kasus Malaysia Airlines MH370,” jelas Steven Wallace.
Spoiler for Will Ripley, analis penerbangan:
Sementara itu Will Ripley seorang analis penerbangan lainnya menyatakan, bahwa cara Fernandes sebagai pimpinan AirAsia Indonesia telah berusaha mengatasi krisis sangat meyakinkan.
“Otoritas dan maskapai telah berusaha untuk berkoordinasi dengan baik diantara mereka semua. Dan mereka juga telah berusaha untuk menempatkan keluarga penumpang atau keluarga korban dari pesawat AirAsia nomer penerbangan QZ8501 yang masih hilang itu sebagai prioritas utama dalam situasi yang buruk ini,” kata Ripley.
#PrayForAirAsia #DeepCondolences #QZ8501
Laporan Para Saksi Mata
Spoiler for Darso, Nelayan - Saksi Mata:
Darso, seorang nelayan dari Tanjung Pandan melihat sebuah pesawat yang sedang terbang rendah diatas laut dalam posisi miring pada pukul 06:30 WIB pagi. Ketika itu ia sedang melaut dan terjadi cuaca buruk, lalu ia menepikan perahunya dan berlindung disebuah pulau.
Pada saat berlindung itulah ia melihat sebuah pesawat. Karena cuaca masih buruk, hujan deras dan angin masih sangat kencang, maka ia tak melihat secara jelas. Ia menyatakan bahwa pesawat itu terbang dari arah timur, pesawat itu sedang terbang rendah dalam pesisi miring atau berbelok. Pada badan pesawat terlihat cat berwarna putih dan merah.
Namun ia tak mendengar ledakan karena pada saat itu angin sangat kencang. Cuaca buruk baru sedikit reda pada siang hari dan ia pun kembali melaut untuk bergegas pulang. Setelah sampai rumah dan menonton televisi, ia baru sadar bahwa apa yang ia lihat mirip pesawat AirAsia yang memiliki warna cat yang sama. Jadi ia hanya melihat pesawat terbang rendah, namun ia tak mendengar dentuman pesawat jatuh.
Spoiler for Rahmad, Nelayan - Saksi Mata:
Rahmad, warga Singgora, Pangkalan Buun, Kalimantan Selatan yang bermukim dimuara sungai telah mendengar suara dentuman keras dari arah lepas pantai yang berasal dihalauan selatan (Laut Jawa) pada Minggu 28/12/2014 selepas pukul 07:00 WIB pagi hari.
Namun ia tak melihat sosok apapun ketika mendengar suara dentuman itu karena pada waktu itu laut sangat berkabut. Bahkan kabutnya hingga pinggir pantai bahkan tepi pantai pun tak terlihat, jelas dia. Kemudian ia melapor kepada kepala desa setempat agar laporannya ditindaklanjuti kepada aparat terkait.
Setelah sampai rumah, ia menonton televisi dan baru mengetahui bahwa ada pesawat jatuh. Ia memperkirakan bahwa dentuman yang telah ia dengar tadi pagi, adalah pesawat yang jatuh itu. Situasi ini kebalikan dari saksi pertama, jadi ia hanya mendengar dentuman pesawat jatuh, namun tak melihat sosok pesawat.
#PrayForAirAsia #DeepCondolences #QZ8501
Polri Berhasil Lacak Lokasi Hilangnya AirAsia QZ8501 Lewat Sinyal Handphone
Sementara itu, Polri (Kepolisian Republik Indonesia) juga turut ambil bagian dalam upaya pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak hari Minggu lalu. Namun sedikit berbeda dengan tim lainnya, Polri memanfaatkan sinyal telepon seluler (ponsel) untuk melacak lokasi pesawat dan keberadaan korban.
Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan tim Informasi Teknologi (IT) Polri berhasil menangkap sinyal ponsel milik penumpang AirAsia QZ8501 melalui base transciever station (BTS).
Quote:
“Jadi itu adalah temuan analisis IT kita, karena saya minta nomor HP-nya penumpang pesawat itu berapa. Kemudian saya olah, saya evaluasi di-monitoring sama kita, sehingga kita memperoleh informasi terakhir dia,” ungkap Sutarman di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Dijelaskan melalui liputan6, dia mendapatkana sinyal tersebut lantaran ada penumpang yang lupa menonaktifkan telepon seluler (ponsel) saat berada di dalam pesawat.
Quote:
“Kadang penumpang ada yang lupa (nonaktifkan). Kita minta penumpang yang megang HP siapa (untuk nonaktifkan). Kemudian saat dia bawa HP, mungkin lupa dimatikan. Kita ada beberapa nomor HP di antaranya itu ada di sini,” kata Sutarman.
#PrayForAirAsia #DeepCondolences #QZ8501
Tim SAR Pada Hari Ketiga, Serpihan dan Korban AirAsia QZ8501 Berhasil Ditemukan
Pada pencarian di hari pertama dan kedua belum membuahkan hasil. Namun pada hari ketiga, Selasa (30/12/2014) tim Badan SAR Nasional (BASARNAS) mulai menemukan titik terang.
Mereka akhirnya berhasil menemukan serpihan-serpihan dan beberapa jenazah yang mengapung dilepas pantai perairan Laut Jawa dekat Pangkalan Buun, Kalimantan Tengah, pada Selasa (30/12/2014).
Spoiler for Peta Ditemukannya QZ8501:
[img][/img]
Berikut ini koordinat dimana serpihan-serpihan dan jenazah tersebut ditemukan pada beberapa koordinat di lepas pantai perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan (satellite view | info):
Spoiler for Koordinat ditemukannya serpihan QZ8501:
Spoiler for Temuai pertama ::
03°52′50″S ; 110°30′53″E (03.52,50 Lintang Selatan dan 110.30,53 Bujur Timur) (3.5250S 110.3053E)
Spoiler for Temuan Kedua : :
03°52′73″S ; 110°30′18″E (03.52,73 LS dan 110.30,18 BT) (3.5273S 110.3018E)
Spoiler for Temuan Ketiga::
03°52′62″S ; 110°29′39″E (03.52,62 LS dan 110.29,39 BT) (3.5262S 110.2939E)
Kemudian, tim SAR kembali menemukan kembali benda-benda, serpihan, atau bagian warna putih yang diduga dari pesawat AirAsia QZ8501 yang mengapung pada:
Spoiler for Temuan Tim SAR :
Pukul 08.00 WIB, pesawat C-925 TNI-AU, menemukan serpihan pada koordinat 03°46′50″S ; 110°29′27″E (03.46,50 LS dan 110.29,27 BT) (3.4650S 110.2927E)
Pukul 11.30 WIB, pesawat C-130 TNI-AU, menemukan potongan logam pada koordinat 03°50′43″S ; 110°29′21″E (03.50,43 LS dan 110.29,21BT) (3.5043S 110.2921E).
Pukul 12.40 WIB, pesawat C-130 TNI AU, menemukan pintu darurat atau emergency exit pada koordinat 03°54′48″S ; 110°31′40″E (03.54,48 LS dan 110.31.4o BT) (3.5448S 110.3140E).
Pukul 14.10 WIB, KRI Bung Tomo, mengevakuasi pintu darurat pada koordinat 04°50′00″S ; 110°16′00″E (04.50,00 LS dan 110.16,00 BT) (4.5000S 110.1600E).
Serpihan-serpihan tersebut ditemukan di perairan berjarak sekitar 100 mil dari Pangkalan Buun dengan radian 225 derajat atau di baratdaya yang dikabarkan mengambang berdasarkan laporan pesawat CN235 yang memotret benda yang diduga tubuh orang. (berbagai sumber).
#PrayForAirAsia #DeepCondolences #QZ8501
Spoiler for Sumber Thread Part I, Part II dan Part III ::