Pada tahun 1885, Reidl, seorang pekerja di sebuah pengecoran Austria, menemukan Salzburg Cube yang misterius ( juga dikenal sebagai besi Wolfsegg ). Dia membuka retakan batubara untuk menemukan besi kubus yang terlihat aneh di dalamnya. Terdapat banyak celah dan lubang-lubang kecil di dalamnya, serta warna yang aneh pada retakan di bagian tengah. Reidl belum pernah melihat sesuatu yang seperti itu sebelumnya, jadi setelah menunjukkan kepada bosnya, mereka membaliknya ke Museum Heimathaus.

Tahun berikutnya, seorang profesor di museum bernama Adolf Gurlt mempelajari kubus itu dan berpendapat bahwa itu merupakan bagian dari meteorit. Tapi penelitian lebih lanjut oleh Museum Sejarah Alam di Wina membuktikan bahwa itu sebenarnya bukan meteorit, melainkan benda artifisial yang dibuat oleh sumber yang tidak diketahui. Diperkirakan bahwa itu adalah batubara yang " diproduksi " dan berusia setidaknya 60 juta tahun.

Yang menambah misteri Cube tersebut adalah bagaimana beberapa orang benar-benar percaya bahwa benda itu telah lenyap. Banyak alasan yang dibuat yang merupakan bagian dari konspirasi gelap bahwa batu itu hanya bagian dari batu biasa dan membuangnya. Ini, tentu saja mengabaikan fakta tentang keberadaan Salzburg Cube, dan dapat ditemukan dengan terpajang aman di musium Heimathaus di Wina.

Ditemukan pada tahun 1886, mumi dengan ekspresi kesakitan di wajahnya sudah lama menjadi objek spekulasi. Mumi ini memiliki semua organ utuh, dan anehnya, tanpa mumifikasi. Banyak teori yang menarik telah bermunculan, meskipun tidak terbukti benar atau salah.

Bob Brier, seorang arkeolog dari University of Long Island, berspekulasi bahwa kedua pihak yang bertanggung jawab atas ekspresi kesakitan mumi, salah satunya adalah si pembunuh, sementara yang lain memastikan pelestarian penuh pada tubuh mumi tersebut ( mungkin karena hubungan pribadi dengan korban ). Peneliti dan arkeolog lainnya telah bermunculan dan mengemukakan teori-teori mulai dari pembunuhan berdarah dingin yaitu keracunan hingga dikubur hidup-hidup.

Sebuah dokumenter National Geographic pada tahun 2008 khusus menyelidiki kemungkinan bahwa mumi tersebut bisa jadi adalah Pangeran Pentewere ( anak Firaun Ramses III ), yang dituduh merencanakan pembunuhan ayahnya. Dokumen kuno dari abad ke-12 mengklaim salah satu istri Firaun Ramses III diadili karena bersekongkol untuk membunuhnya, karena keinginannya agar anaknya, Pentewere dapat mengambil alih takhta.

Diperkirakan bahwa ketika rencana ini ditemukan, ia (sang ibu) meracuni Pentewere sebagai hukuman dan membungkusnya dalam kulit domba setelah proses mumifikasi. Jika itu terjadi, istilah " berteriak " bisa saja karena rasa sakit dari racun yang tertelan. Namun, baru CT scan yang telah dilakukan untuk menyelidiki si "mumi berteriak" ini, dan tetap menjadi spekulasi apakah mumi itu sebenarnya Pangeran Pentewere atau bukan.

Teori yang kurang sensasional menunjukkan bahwa rahang mumi terbuka hanya karena kepalanya kemungkinan besar digulung kembali setelah kematian terjadi.

Pelita yang terus terbakar tanpa menggunakan bahan bakar apapun ditemukan di seluruh dunia selama abad pertengahan. Pelita ini disegel di dalam makam kuno, konon untuk memastikan almarhum memiliki cahaya untuk membimbing mereka dalam perjalanan mereka ke akhirat. Beberapa kuburan tersebut dibuka beberapa tahun kemudian, dan pelita inipun masih menyala.

Orang-orang yang percaya tahayul menjadi takut akan fenomena ini, dan mereka menghancurkan setiap pelita abadi ini pada tiap tempat yang mereka datangi. Orang-orang menuduh para imam kafir telah melakukan tipu daya. Yang lainnya hanya menolak untuk percaya bahwa pelita ini bisa terbakar untuk waktu yang tidak terbatas. Sebagian besar menyatakan bahwa Iblis yang harus disalahkan.

Spekulasi juga marak bermunculan dan menyatakan bahwa masyarakat Ibrani telah menemukan dan mengawetkan apa yang saat ini dikenal sebagai listrik. Menurut legenda, seorang rabbi Perancis bernama Jechiele memiliki pelita yang bisa menyala dengan sendirinya, tanpa bahan bakar atau sumbu. Jechiele, menurut kisah ini, menemukan tombol khusus yang akan melepaskan arus listrik pada pengetuk pintu besinya. Jika seseorang menyentuh pengetuk pintu tersebut disaat yang sama rabbi menyentuh pakunya, orang itu akan menerima setruman.

Bahkan dengan listrik yang sudah menjadi hal yang umum saat ini, semua orang yang telah mencoba untuk meniru sistem kerja lampu ini selalu gagal. Oleh karena itu pertanyaannya adalah : Bagaimana caranya pelita ini mampu menjaga pembakaran selama ratusan tahun tanpa bahan bakar?

Gua Panxian Dadong diketahui telah dihuni oleh manusia sekitar 300.000 tahun yang lalu. Diketahui juga bahwa beberapa hewan besar menghuni sekitaran gua ini. Para ilmuwan, bagaimanapun, sangat terkejut menemukan deposit prasejarah yang menunjukkan ada stegodon besar dan badak yang juga tinggal, atau setidaknya mati, di dalam gua ini. Mereka beranggpan bahwa ini sangat aneh, melihat bagaimana gua ini berada pada 1.600 meter (5.250 kaki) di atas permukaan laut.

Ahli paleoantropologi Lynne Schepartz menyatakan betapa langkanya untuk menemukan hewan di sebuah gua yang tidak biasanya ditinggali oleh hewan tersebut di dalamnya. Dia percaya bahwa stegodon dan badak tersebut sangat tidak mungkin berjalan ke dalam gua itu. Badak, khususnya, adalah hewan soliter yang merumput sendiri. Namun, di sini telah ditemukan sisa-sisa mereka.

Satu teori menyatakan keterlibatan hewan karnivora yang membunuh mamalia dan menyeret mereka ke dalam gua. Jawaban yang paling mungkin, meskipun dengan campur tangan manusia. Pemeriksaan tulang menunjukkan bahwa mereka dibakar dan kemudian ditumbuk menggunakan sesuatu yang hanya mungkin merupakan alat yang terbuat dari batu.

Ekspedisi terakhir untuk gua ini dilakukan pada tahun 1998. Sampai saat ini, belum ada kemajuan yang menentukan bagaimana persisnya hewan-hewan besar itu masuk ke dalam gua.

Gadis dari singgasana berduri adalah nama yang cocok yang diberikan untuk artefak misterius nan unik yang berasal dari tahun 2700 SM. Artefak ini merupakan salah satu benda kuno aneh yang pernah ditemukan.

Setelah memastikan keasliannya, arkeolog Italia Massimo Vidale dan timnya mencatat tampilan yang unik dari sang "gadis". Bentuknya seperti kendaraan besar - yang kemungkinan besar kereta atau perahu dengan tampilan di depan yang mirip patung kepala banteng besar. Di dalam kendaraan terdapat 15 figur yang membentuk apa yang dapat digambarkan sebagai prosesi. Ada jejak kuning, merah , dan hitam pada figur-figur ini.

Beberapa patung laki-laki mengenakan perhiasan yang sama di sekitar leher dan di kepala mereka. Gaun berbentuk kerucut yang dikenakannya yang belum diamati dalam patung-patung lain yang serupa. Anda juga dapat melihat patung seorang gadis sedang duduk di atas " takhta berduri" oleh karena itu dinamakan "Gadis dari Singgasana Berduri".

Penelitian Vidale menyimpulkan sang "gadis" diciptakan oleh peradaban Indus kuno, namun arti dan tujuannya masih menjadi misteri. Tidak ada bukti yang menunjukkan Indus pernah menggunakan kendaraan roda empat, dan tidak diketahui apakah artefak itu dibuat untuk digunakan dalam ritual atau keperluan lain.

Pada tahun 2003, para ilmuwan tidak sengaja menemukan struktur lingkaran di bawah laut Galilea. Penerbitan tentang temuan ini hampir 10 tahun kemudian, ahli geofisika Shmuel Marco mengatakan kepada CNN bahwa mereka sangat terkejut melihat apa yang tampak seperti patung Zaman Perunggu di dasar laut. Marco berspekulasi bahwa struktur kuno tersebut mungkin hanyalah bentukan alamiah oleh laut. Kebanyakan arkeolog, bagaimanapun, percaya bahwa itu sebelumnya terletak di darat dan menjadi terendam oleh air dari waktu ke waktu.

Struktur ini terdiri dari basal dan berbentuk seperti kerucut. Seluas 70 meter (230 kaki) di bagian bawah, tinggi strukturnya 10 meter (33 kaki), dan diperkirakan beratnya 54.500.000 kilogram (60.000 ton). Hal ini dapat dibandingkan sama dengan ukuran dua Stonehenges. Umurnya diperkirakan berusia antara 2,000-12,000 tahun, kisaran ini ditentukan dengan menghitung jumlah pasir yang terakumulasi selama dasar struktur, serta membandingkannya dengan struktur serupa.

Arkeolog Dani Nadel mencatat bahwa struktur ini memiliki fitur yang mirip dengan situs pemakaman kuno lainnya di daerah tersebut. Disebut sebagai penemuan yang tidak biasa, Nadel berteori bahwa struktur ini mungkin digunakan untuk keperluan upacara. Ia juga menunjukkan bagaimana struktur yang dibangun menggunakan batu-batu besar dengan berat hampir 100 kilogram (220 lb) masing-masing adalah suatu prestasi yang sangat mengesankan. Dia menekankan, bagaimanapun, bahwa tujuan sebenarnya dan usia struktur kemungkinan akan tetap tidak diketahui dan menjadi misteri.

Arkeolog menemukan " harta karun " yang tidak biasa selama ekspedisi di Mesir pada tahun 2004. Terletak di dalam sebuah kendi, yang ditempatkan di tengah-tengah dua kendi lainnya dan di dekat ruang terbuka kecil antara dua dinding batu bata lumpur, ada tujuh pasang sepatu. Dua dari pasangan sepatu tersebut adalah sepatu anak-anak , dan sepatu yang tersisa milik orang dewasa yang kemungkinan pincang . Arkeolog Angelo Sesana menyatakan bahwa " kendi sepatu " ini telah disembunyikan dengan sengaja lebih dari 2.000 tahun yang lalu.

Andre Veldmeijer, seorang ahli dalam sepatu kuno, menyebut penemuan sepatu-sepatu ini " luar biasa " karena kondisinya yang sangat baik. Ia menganalisis sepatu-sepatu tersebut dan berteori bahwa mereka cukup mahal dan dimaksudkan untuk status sosial. Dia menambahkan bahwa ada misteri seputar penyembunyian sepatu-sepatu itu dan bagaimana pemiliknya tidak pernah mengambilnya. Veldmeijer berspekulasi bahwa mungkin ada beberapa kerusuhan di daerah itu, yang menyebabkan seseorang untuk menyembunyikan sepatu mereka untuk alasan yang tidak diketahui dan melarikan diri dari TKP.

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, kuil Baiae di Roma adalah tujuan populer, dikenal dengan mineralnya yang konon menganugerahkan keabadian, dan yang juga mungkin merupakan pintu masuk ke Hades. Sekarang , hanya tinggal reruntuhan yang misterius.

Pada tahun 1960, Robert Paget dan Keith Jones memutuskan untuk menjelajahi reruntuhan ini. Setelah berjuang untuk melewati lubang sempit, mereka menemukan diri mereka di sebuah terowongan sempit dan berbau gas vulkanik. Paget menemukan awal dari kompleks terowongan ini menunjuk ke arah matahari terbit musim panas, dan terowongan terbentang sempurna dari timur ke barat menuju matahari terbit. Hal ini menunjukkan ritual yang merupakankan faktor selama pembangunan terowongan.

Pasangan ini menemukan banyak relung yang dimaksudkan untuk tempat lampu di sepanjang terowongan dan mengindikasikan bahwa ide hebat untuk masuk ke terowongan ini untuk menjaga agar mereka tersembunyi. Mereka juga menemukan apa yang tampaknya menjadi sistem ventilasi di dalam sistem terowongan tersebut.

Namun, ketika mereka mencapai akhir dari terowongan yang curam ini, misteri yang sebenarnya muncul dengan sendirinya. Hanya setelah tikungan tajam, mengalir aliran air panas yang mendidih. Pendaratan batu diproyeksikan ke dalam air dan tampaknya menghilang ke dalam kegelapan. Orang-orang memutuskan bahwa jika Hades ternyata memang ada, mereka baru saja menemukan pintu masuk mitos tersebut.

Pada tahun 1965, dua orang dengan bantuan Kolonel David Lewis, menentukan air mendidih adalah karena ruang bawah tanah vulkanik yang menghasilkan air panas. Namun, bahkan dengan pengetahuan baru, mereka masih tidak bisa memecahkan misteri siapa yang membangun terowongan dari Baiae ini, atau apa tujuan mereka yang sebenarnya.

Pada tanggal 1 Juni 1968, pemburu fosil amatir William J. Meister Sr membawa keluarganya pada perjalanan ke Antelope Springs. Meister tidak bisa melepas jaket berburu fosilnya dan pergi mencari fosil trilobite. Dia akhirnya menemukan fosil yang tampak seperti jejak sepatu, posisi injakan tumit tertekan lebih dalam dari posisi telapak kaki lainnya. Di bawah jejak, ia menemukan dua fosil trilobite. Meister langsung berpikir bahwa orang yang memakai sepatu telah melangkah dan menginjak fosilnya.

Fosil tersebut diambil untuk diperiksa, Meister dan rekan-rekan peneliti memperkirakan fosil itu hampir berusia 600 juta tahun dan mungkin terbentuk di tengah Cambrian Wheeler Shale. Ketika mereka menjelajahi daerah tersebut, mereka menemukan lembaran batu lumpur yang pada jaman dahulu kalanya membentuk keseluruhan lahan sekitarnya.

Bagaimanapun yang menjadi misterinya adalah saat sepatu tercetak jelas menunjukkan seseorang sedang berdiri atau menginjak trilobite, tidak ada bukti yang menunjukkan tekanan pada trilobita sendiri. Juga, trilobita adalah makhluk laut, yang berarti bahwa siapa pun yang menciptakan jejak sepatu telah memasuki wilayah mereka. Mengapa tepatnya, tidak ada yang tahu hingga saat ini.

Tampaknya aneh untuk berpikir bahwa ada piramida di Eropa, tetapi kenyataannya ada beberapa dari mereka. Di Yunani sendiri ada 16 piramida, yang paling terkenal adalah piramida Hellinikon di Argos.

Penyebutan pertama piramida itu dibuat dalam tulisan geografi Yunani kuno Pausanias. Dalam deskripsi Yunani, ia menggambarkan struktur sebagai sebuah bangunan yang dibuat sangat mirip dengan piramida, dan di atasnya yang agak lapang terukir bentuk perisai dari Argive. Dia kemudian menceritakan tentang pertempuran yang berlangsung di piramida dan rekonsiliasi yang terjadi sesudahnya. Sebuah "pemakaman umum" dibangun di sini bagi mereka yang kalah dan meninggal selama pertempuran.

Tidak banyak yang diketahui tentang piramida tersebut selain tanggal perkiraan pembuatannya, yang pertama kali dianggap 3000 SM, tapi diganti di tahun 90-an ke 2720 SM (dengan margin kesalahan 720 tahun). Jika tanggal ini benar, maka piramida Hellinikon ini mungkin juga lebih tua dari piramida Mesir bahkan bisa dikatakan yang tertua.

Tapi misteri terbesar tentang piramida ini bukan usianya, melainkan adalah bahwa tidak ada yang tahu siapa yang membangun atau apa kegunakannya. Misteri terbesarnya yaitu tampaknya semua upaya penggalian telah ditinggalkan, meskipun signifikansi struktur ini bisa saja menjadi salah satu kunci sejarah kuno.