ACT 0 – PROLOGUE

25 November 2014.
Siberia Mountains, Russia.

Dataran tinggi pegunungan Siberia terlihat indah begitu bersih dengan pemandangan hamparan salju putih yang begitu cantik. Terlihatlah dari kejauhan serombongan ekspedisi sedang berjalan dalam kelelahan akibat udara tipis dan suhu yang begitu dingin. Terengah-engah dalam nafasnya, mereka tidak berhenti sejenak dan tetap percaya bahwa mereka akan segera sampai pada tujuannya.

Kedua belas orang yang merupakan ahli arkeologi dan juga sejarawan Russia sedang berupaya terus melanjutkan perjalanannya mendaki gunung dan sekarang sedang mencoba memasuki celah patahan dari tebing membeku. “Benarkah ini jalan yang benar?” ucap salah satu wanita yang berada di barisan paling belakang.

“Ini adalah rute yang diberikan oleh Tim ekspedisi pertama. Ya ini merupakan jalan yang benar.” Ujar pemimpin regu paruh baya yang merupakan professor terkemuka ahli arkeologi di Veronezh State University, Russia.

Para Tim ekspedisi kemudian mekanjutkan perjalanan mereka memasuki tebing patahan dan terus melesak masuk pada gua yang begitu gelap. Tim yang terdiri dari enam orang wanita dan juga enam orang pria ini kemudian menyalakan lentera yang mereka miliki sebagai pencahayaan untuk menyibak kegelapan yang mereka temui.

“Apa yang sebenarnya kita cari professor?” salah satu wanita dalam rombongan bertanya, dan kemudian dijawab singkat oleh sang pria paruh baya yang berjalan paling depan. “Suatu bukti ilmu pengetahuan yang akan mengungkap mengenai keberadaan manusia dan membantah teori Evolusi Darwin.”

Anggota rombongan terdiam mendengar jawaban itu. Mereka semua terus melakukan perjalanan melesak masuk kedalam gua dan merasakan udara dan suhu yang ada semakin dingin. Para anggota rombongan merasakan keganjilan terjadi. Mereka melihat arah kompas yang dipegang bergerak memutar dan selain itu mereka juga melihat pilar-pilar terbuat dari es menghiasi perjalanan mereka dan beberapa bagian seperti terlihat membentengi menghalangi.

“Tempat apa ini sebenarnya?” salah satu anggota regu terlihat takjub dan juga begitu keheranan. Semakin Tim ekspedisi itu masuk begitu dalam, mereka semua dapat melihat bahwa kedalaman gua seperti terbuat keseluruhannya dari es yang membeku. Bagaikan Kristal yang jernih, tempat ini mirip sebagai kuburan pilar Kristal yang begitu indah dan sunyi.

“Kita sampai..” Professor yang merupakan pemimpin regu berdiri paling depan dan mengabarkan keseluruh rekannya bahwa mereka telah sampi pada tujuan mereka. Tim ekspedisi yang telah berjalan cukup jauh mendaki gunung untuk sampai ketempat ini begitu tercengang terkejut memandangi dinding membeku yang begitu tinggi dan besar yang ada didepan mereka.

“Apa ini Professor? Anda meminta kami datang untuk meneliti fosil masa purba. Tapi ini?” pemuda berkacamata yang memegang kompas bertanya dengan terkejut.

“Kita menemukan sesuatu yang lebih berharga dari fosil Masa Jurassic maupun ongokan tubuh misterius Yeti atau Bigfoot. Ini adalah Maha karya terindah yang akan menjadi penghubung Missing Linkyang mengungkap Kebenaran Dunia.





Letusan terdengar mengema berkali-kali didalam gua yang sepi dan gelap. Penerangan dalam ruangan yang dipenuhi pilar-pilar es itu kini kembali di dominasi oleh kegelapan. Lentera-lentera penerangan yang sebelumnya dipegang oleh anggota tim ekspedisi sekarang tergeletak di lantai yang membeku beserta dengan tubuh-tubuh membisu mereka yang mengalirkan banyak darah.

Entah sebenarnya apa yang terjadi tadi tapi semuanya terjadi dengan begitu cepat. Salah satu wanita yang terkena tembakan diperutnya, masih dalam kondisi sadar dan berusaha bergerak dalam keterkaparannya. Dia yang masih tetap hidup itu mendengar pertikaian yang terjadi diantara dua orang. Wanita yang meringis itu tidak pernah menyangka bahwa diantara mereka terdapat agen mata-mata US (CIA) dan juga terdapat pembunuh yang membunuh hampir semua anggota regu adalah agen mata-mata Russia (SVR).

Letusan terakhir terdengar, dan wanita yang dalam keadaan setengah sadar itu melihat agen US jatuh mati terkapar dengn luka tembak yang muncul dari dahi miliknya. Rasa ketakutan akan kematian dan juga pemandangan mengerikan yang ada disekitarnya membuat wanita itu berteriak.

Perlahan-lahan sosok yang memegang senjata api yang merupakan agen SVR mengalihkan perhatiannya pada wanita itu. Wanita itu sadar ternyata orang yang membunuh keseluruhan anggota regu adalah salah satu dari anggota Timnya. Tidak bukan itu saja, agen mata-mata US juga merupakan anggota Tim ekspedisi yang ikut bersamanya ketempat ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Wanita itu berada dalam kebingungan. Kenapa terjadi konflik dan pembantaian dalam internal grupnya sendiri

“Kenapa..? kenapa?” dalam kebingungan dan ketakutan dirinya akan dibunuh, sang wanita berupaya mendapatkan jawaban dalam kondisi tubuhnya yang kritis.

“Kau tidak akan mengerti… kau tidak tahu apa yang sebenarnya telah kalian temukan ditempat ini”

“Aku tidak mengenalmu. Kenapa kau menyakiti kami semua.? Ukkhh.”

Sosok yang berdiri dan terselimuti kegelapan paras wajahnya itu kemudian menjawab dengan sedikit tertawa. “Maafkan aku, Tapi pengorbanan hidup kalian adalah untuk Manifesto. Ya demi perubahan pada dunia.”

Wanita yang kehilangan banyak darah akibat luka yang bersarang diperutnya melihat sosok pembunuh itu menodongkan senjata api tepat kearah kepalanya. “Seruan pengabdian untuk Sammael” sosok pembunuh itu berbicara dan kemudian melepaskan tiga kali tembakan dan membuat satu-satunya manusia yang masih hidup itu terkapar kehilangan nyawa.

Dentingan selongsong peluru yang jatuh terdengar begitu jelas pada kesunyian didalam gua yang gelap. Lentera-lentera yang menyala di lantai memperlihatkan sosok pembunuh itu yang berjalan mendekat menuju kearah dinding es membeku yang begitu besar.

Sosok gelap dalam siluet yang berada dalam es abadi itu dipandangi begitu lama olehnya. Pembunuh itu tersenyum kecil sembari tetap memandang objek didepannya tanpa berkedip.

“Katakanlah pada mereka orang yang beriman bahwa Keberadan Tuhan itu tidaklah ada. Tapi, katakanlah pada mereka bahwa keberadaan Mereka yang Dijatuhkandi masa lampau itu memang benar adanya.”