Tidak semua akad atau transaksiyang
termasuk kedalam definisi dari transaksi
riba , cuntohnya
hutang piutang.
Dan itu merupakan kewenangan Sang pembuat hukum yakni Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang Maha Mengetahui hikmah dari segala sesuatu yang Dia tentukan. Contohnya adalah akad hutang.
Akad hutang termasuk kedalam definisi akad riba nasi'ah karena merupakan tukar menukar dua mata uang sejenis secara tidak tunai, akan
tetapi Allah Ta'ala telah
menghalalkan akad hutang dengan segala hikmahnya.
Oleh karena itu,
untuk menghukumi sebuah transakasi apakah termasuk kedalam kategori
riba atau tidak maka kita
wajib merujuk kepada dalil dan bukan sekedar teori manusia.
Dalil-dalil bolehnya berhutang:
1. Dalil dari Al qur'an
Quote:
مَنْ ذَا الذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (البقرة : ٢٤٥)
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman (qardh) yang baik, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245).
Quote:
يَآأَيهَا الذِينَ ءَامَنُوا إِذَا تَدَايَنتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مسَمى فَاكْتُبُوهُ..(البقرة : ٢٨٢)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya..(QS.Al-Baqarah 282).
2. Dalil dari Hadits Nabi Shollallohu 'alaihi wa sallam
Quote:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرتَيْنِ إِلا كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرةً.
“Setiap muslim yang memberikan hutang kepada sesamanya dua kali, maka dia itu seperti orang yang bersedekah satu kali.” (HR. Ibnu Majah II/812 no.2430, dari Ibnu Mas’ud. Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albani di dalam Irwa’ Al-ghalil Fi Takhrij Ahadits manar As-sabil (no.1389).
Quote:
عَنْ أَبِى رَافِعٍ أَن رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَسْلَفَ مِنْ رَجُلٍ بَكْرًا فَقَدِمَتْ عَلَيْهِ إِبِلٌ مِنْ إِبِلِ الصدَقَةِ فَأَمَرَ أَبَا رَافِعٍ أَنْ يَقْضِىَ الرجُلَ بَكْرَهُ فَرَجَعَ إِلَيْهِ أَبُو رَافِعٍ فَقَالَ لَمْ أَجِدْ فِيهَا إِلا خِيَارًا رَبَاعِيًا. فَقَالَ « أَعْطِهِ إِياهُ إِن خِيَارَ الناسِ أَحْسَنُهُمْ قَضَاءً ».
Artinya: “Abu Rafi’ meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah meminjam dari seseorang, seekor anak onta, lalu datang kepada beliau onta-onta zakat, lalau beliau memerintahkan Abu Rafi’ untuk melunasi anak onta orang tersebut, lalu Abu Rafi’ kembali (setelah mencari) dan berkata: “Aku tidak mendapati kecuali onta yang baik dan lebih tua umurnya.” Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berikan kepadanya, sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling baik diantara mereka dalam melunasi hutang.” (HR. Muslim).
Quote:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ هَانِئٍ قَالَ سَمِعْتُ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ قَالَ بِعْتُ مِنَ النبِى -صلى الله عليه وسلم- بَكْراً فَأَتَيْتُهُ أَتَقَاضَاهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ اقْضِنِى ثَمَنَ بَكْرِى. فَقَالَ « أَجَلْ. لاَ أَقْضِيكَهَا إِلا لُجَيْنِيةً ». قَالَ فَقَضَانِى فَأَحْسَنَ قَضَائِى. قَالَ وَجَاءَهُ أَعْرَابِى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ اقْضِنِى بَكْرِى. فَأَعْطَاهُ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَئِذٍ جَمَلاً قَدْ أَسَن فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ هَذَا خَيْرٌ مِنْ بَكْرِى. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِن خَيْرَ الْقَوْمِ خَيْرُهُمْ قَضَاءً ».
Artinya: “Sa’id bin Hani’meriwayatkan: “Aku telah mendengar Al ‘Irbadh bin Sariyah berkata: “Aku pernah menjual kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seekor onta muda, aku menghutangi beliau, lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, lunasi harga onta mudaku,” beliau berkata: “Tentu, aku tidak melunasinya kecuali dengan perak”, lalu “beliau membayar kepadaku dan membaguskan bayaran kepadaku”, lalau seorang arab dari kampung pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Wahai Rasulullah, lunasi onta mudaku”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kepadanya seekor onta dewasa pada waktu itu, lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah, ini (onta) lebih baik dari onta mudaku”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling baik diantara mereka dalam melunasi hutang.” (HR. Ahmad).
Quote:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ - رضى الله عنهما - قَالَ أَتَيْتُ النبِى - صلى الله عليه وسلم - وَهْوَ فِى الْمَسْجِدِ - قَالَ مِسْعَرٌ أُرَاهُ قَالَ ضُحًى - فَقَالَ « صَل رَكْعَتَيْنِ » . وَكَانَ لِى عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى .
Artinya: “Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika itu beliau di dalam masjid, berkata Mis’ar: “Aku kira beliau berkata: “di waktu dhuha”, beliau berkata: “Shalatlah dua rakaat”, dan aku memiliki piutang terhadap beliau, maka beliau melunasi hutangnya kepadaku dan menambahkan kepadaku.” (HR. Bukhari).
-----------------------------------------------------------------------------
Tulisan diatas sama sekali bukanlah anjuran untuk berhutang akan tetapi hanya menjelaskan bahwa berhutang tidaklah haram dan agar kita tidak terjerumus dari perbuatan mengharamkan apa-apa yang Allah Ta'ala halalkan.
Sumber:
Sekolah Muamalah Indonesia
Other Post:
Ayah, Jangan Beri Makan Kami Api Neraka!!!
Tau Sistem Purchase Agreement, Boleh Ga Sih???
Sulit Dapatkan Investor? Coba Tawarkan Ini
MFS (Muamalah For Start Up) cabang Bandung
Profesi Terlaknat (No Offense)