Bagaimana Inter Milan Mampu Kembali Ke Kasta Elit Sepakbola

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Bagaimana Inter Milan Mampu Kembali Ke Kasta Elit Sepakbola

wigsat88

14-07-2018 17:25

Bagaimana Inter Milan Mampu Kembali Ke Kasta Elit Sepakbola

#INTERISCOMING

Quote:

Halo dan selamat datang lagi di thread nya wigsat88. Thread kali ini gw persembahkan ga cumauntuk para kalian interisti, tapi juga untuk penggemar sepakbola secara general, karena penjabaran di bawah ini gak cuma terjadi sama Inter Milan aja. Terlepas dari gaung Piala Dunia di tahun 2018, salah satu fakta menarik yang terjadi di dunia sepakbola di tahun 2018 adalah kembalinya Inter, salah satu klub raksasa dalam sejarah liga Serie A Italia ke kompetisi level klub yang arguably gak cuma paling prestis di Eropa, tapi juga di dunia, yaitu UEFA Champions League.

Dengan kemenangan 3-2 di pekan terakhir Serie A melawan tuan rumah Lazio, Inter mengunci posisi ke-4 di klasemen yang sekaligus juga merupakan tiket yang tersisa bagi klub Italia untuk bertanding di UCL musim 2018/2019, menyusul Juventus, Napoli dan AS Roma. Bagi Inter, hasil ini memiliki arti yang sangat besar dengan mempertimbangkan meredupnya prestasi mereka dalam satu dekade terakhir.

Jadi, apa aja yang membuat Inter Milan mampu merangkak dari posisi 9 hingga kembali ke kompetisi tertinggi di level klub ini? Beberapa faktor dibawah ini akan menjadi jawaban sekaligus referensi untuk klub-klub besar lain yang sedang terpuruk. Enjoy!

emoticon-Angkat Beer

Quote:

Sekilas Tentang Inter Milan

Inter Milan didirikan pada tahun 1908 dengan nama "Internazionale", nama yang masih dipakai hingga sekarang. Memenangi liga sebanyak 18 kali, coppa italia 7 kali dan Italian super cup 5 kali ditambah 3 kali juara Champions, 3 kali juara UEFA (sekarang European League), 2 kali piala Intercontinental dan 1 kali piala dunia antar klub. Bermarkas di stadion Giuseppe Meazza di kota Milan, era keemasan Inter adalah di tahun 1964-1965, dimana pelatih legendaris Helenio Herrera membawa Inter juara piala Champions 2 musim berturut-turut, dan ini menjadi era dominasi Inter Milan sehingga mendapat julukan "Grande Inter". 45 tahun kemudian Inter baru mampu kembali menorehkan tinta emas di eropa dengan meraih treble winners di tahun 2010, dan semenjak saat itu prestasi klub terus menurun, hingga 2018 ini.

Dan inilah faktor-faktor yang membuat Inter kembali ke jajaran klub elit Eropa

Memperbaiki Keuangan Klub

Menurunnya prestasi Inter Milan diatas lapangan dalam 7 tahun terakhir tidak hanya ditentukan oleh faktor pemain-pelatih semata. Permasalahan di tubuh klub terutama di bagian finansial udah mulai tumbuh bibit-bibitnya bahkan sejak lebih dari 1 dekade lalu, sebelum FFP (Financial Fair Play) di-approved tahun 2010 dan memulai assessment pertamanya di tahun 2011.

Pada era Moratti, Inter ga segan-segan ngeluarin uang di bursa transfer untuk membeli para superstar. 2 kali Inter memecahkan rekor transfer dengan pembelian Ronaldo di tahun 1997 dan Vieri di tahun 1999 seharga 19,5 dan 31 juta poundsterling. Jumlah uang yang fantastis ini seolah menobatkan Inter Milan sebagai salah satu klub terkaya di dunia. Sayangnya, statistik commercial revenue di era Moratti terutama di dekade 2000-an menunjukkan grafik yang tidak merepresentasikan keuangan klub yang sehat, sehingga meskipun akan selalu dikenang sebagai Presiden Inter Milan yang mampu membuat klub nya meraih treble, Moratti juga lah yang sebetulnya menjadi biang kerok kemerosotan keuangan klub. Akumulasi dari permasalahan ini akhirnya memuncak setelah FFP di eksekusi yang pada akhirnya memaksa Moratti untuk menjual klub yang sangat dicintainya ini.

Quote:

Ga tampak di atas lapangan, tapi faktor keuangan ini yang sangat mempengaruhi situasi di pinggir lapangan. Akibat Financial Fair Play, Inter pun harus meredam "kebiasaannya" untuk melakukan transfer pemain besar-besaran. Kurangnya suntikan dana membuat reinforcement di roaster tim juga berkurang jauh, sehingga ketika para rival seperti Juventus dan Napoli semakin memperkuat tim mereka dari musim ke musim, Inter justru dipaksa untuk bertarung "seadanya", dan puncaknya di musim 2012/2013, dimana Inter harus duduk di posisi 9 di klasemen akhir Serie A. Hasil yang sangat buruk untuk tim yang udah 3x menjadi raja Eropa.

Pada Oktober 2013, sebuah konsorsium Indonesia (International Sports Capital HK Ltd.) yang dimotori oleh Erick Thohir, Handy Soetedjo dan Rosan Roeslani menandatangani perjanjian akuisisi 70% saham Inter. Dan sejak saat itu, Inter mulai merekstrukturisasi model keuangannya menjadi lebih self sustain business, bukan lagi bergantung kepada owner secara finansial seperti di era Moratti. Sayangnya Inter masih melanggar FFP di tahun 2015 dan dikenakan denda termasuk pengurangan jumlah skuad di kompetisi UEFA.

Dan akhirnya, pada bulan Juni 2016, mayoritas saham Inter dibeli oleh Suning Holding Groupdengan nilai investasi sekitar 270 juta euro. Inilah awal era baru kebangkitan Inter Milan.

Sejak Suning mengambil alih hingga akhir musim 2017/2018, atau 2 tahun era Suning, total commercial revenue klub telah meningkat hampir 3 kali lipat. Ini menunjukkan kalo apapun itu yang dilakukan oleh Suning telah mulai menunjukkan hasil yang signifikan. Mereka terbukti adalah tangan yang tepat dari segi bisnis untuk mengambil alih Inter. Keuangan klub sedikit demi sedikit mulai sehat, dan puncaknya di 2018 ini, Inter dianggap telah memenuhi target probasi 3 tahun (sejak 2015) yang ditetapkan oleh UEFA dalam memenuhi persyaratan FFP, dipastikan setelah Inter menambah pemasukan dari penjualan pemain.

Luciano Spalletti

Musim pertama Suning dengan Inter tidaklah mulus. 2x berganti pelatih dan lagi-lagi kegagalan menembus liga champions menjadi summary dari musim 2016/2017. Namun setelah masalah keuangan sedikit demi sedikit mulai terselesaikan, Inter pun mulai mencari solusi untuk masalah berikutnya. Setelah pemecatan Stefano Pioli, Inter gak serta merta langsung nunjuk pelatih, namun nunggu sampe season selesai dan merekrut Luciano Spalletti. Seorang pelatih yang sangat berpengalaman dan tahu persis lika-liku serie A karena dia sudah pernah melatih klub mulai dari serie C1 hingga menuai kesuksesan bersama AS Roma. Dikontrak selama 2 tahun hingga 2019, di musim pertamanya Spalletti langsung membawa Inter ke peringkat 4 di akhir musim, sesuai target.

Membereskan Defense

Salah satu masalah signifikan diatas lapangan selama beberapa musim terakhir adalah lemahnya pertahanan, dan kesuksesan Spalletti membenahi masalah defense menjadi salah satu kunci keberhasilan Inter menembus 4 besar musim ini. Pembelian Milan Skriniar dianggap salah satu transfer terbaik di Eropa di musim 2017/2018, dimana hasilnya Inter hanya kebobolan 30 gol (terbaik sejak 2010/2011). Rapatnya duet Skriniar-Miranda juga didukung oleh statistik luar biasa dari Samir Handanovic, dimana ia berhasil mempertahankan gawangnya tanpa kebobolan (clean sheet) di 17 pertandingan, rekor terbaiknya sejak bergabung dengan Inter Milan di tahun 2012.

Bursa Transfer Januari

Peminjaman Rafinha dari Barcelona adalah salah satu aktivitas bursa transfer terbaik Inter di Januari. Meskipun pada akhirnya belum bisa dipermanenkan, kontribusi Rafinha selama setengah musim sangatlah menentukan keberhasilan Inter meraih posisi ke 4. Kualitas passing dan vision nya membuat Inter mendapat amunisi yang mereka perlukan untuk bertarung di sisa musim.

Last but not least, The Captain!