Tentu agan sista semua sudah tau kalau mata uang Indonesia adalah Rupiah, kok bisa diberi nama Rupiah?, apakah ada hubungannya dengan Rupee, Mata uang dari negeri India?. Ternyata eh ternyata Rupiah dan Rupee itu berasal dari bahasa mongolia Rupiayang berarti perak, Rupia menjadi simbolisasi alat tukar moneter masa lampau yang pada umumnya menggunakan perak dan emas. lalu apakah ada perbedaan arti dari kata Rupia dan Rupiah yang ditambahkan -h?, tidak ada, Rupiah dengan huruf -h merupakan pelafalan atau pengucapan asli orang Indonesia terhadap Rupia.
Jadi kapan tanggal diresmiksn rupiah sebagai mata uang Indonesia? Jawabannya adalah 2 November 1949 (empat tahun setelah merdeka) setelah sebelumnya pada 8 April 1947, gubernur provinsi Sumatera mengeluarkan rupiah Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS). Meskipun pada saat itu rupiah sudah diresmikan secara nasional, namun Kepulauan Riau dan Irian Barat mempunyai variasi rupiah sendiri, tetapi penggunaannya dihapuskan pada tahun 1964 di Riau dan 1974 di Irian Barat.
Hingga saat ini Mata uang rupiah dicetak dan diatur penggunaannya oleh Bank Indonesia dengan kode ISO 4217 IDR.

ya, inilah dia sosok yang membuat tampilan Rupiah jadi terlihat mewah, beliau adalah bapak Mujirun seorang Engraverpada selembar Rupiah, Teknik lukis engraver sendiri berbeda dengan melukis pada kanvas, engraver lebih condong pada seni lukis ukir, terus bagaimana pak Mujirun bekerja?, apakah lembaran uang kertas ia ukir satu per satu?, tentu saja tidak, beliau tidak mengukir di selembar kertas kok, secara kalo kertas dipahat sobek dong!, beliau itu mengukir pada pelat logam sebagai media cetak uang. bayangkan saja beliau harus mengukir wajah wajah pahlawan nasional, ataupun pemandangan suatu daerah di indonesia dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, beliau harus membelah garis satu milimeter logam menjadi satuan micron untuk memperoleh goresan yang sempurna, hasilnya coba cek uang kertas agan sista pasti permukaannya tidak halus mulus tetapi akan terasa garis garis kasar pada selembar uang agan, nah itulah gunanya teknik engraver untuk memunculkan efek garis garis kasar pada uang kertas yang berfungsi sebagai security printing, jadi kalo agan punya uang kok terasa halus mulus coba cek dulu dah dengan 3D (dilihat, diraba, diterawang) supaya agan tidak mendapatkan uang palsu

Pak Mujirun merupakan pensiunan pegawai Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). Selama bekerja 30 tahun di Peruri, sudah 13 gambar karya Mujirun yang digunakan dalam mata uang kertas rupiah. Mulai pecahan Rp 100 sampai Rp 50 ribu. Bergabung di Peruri diakuinya lebih merupakan tempat belajar yang juga mendapat gaji. Menurut Mujirun, selama ini pembuatan gambar uang itu dilakukan dengan proses seleksi yang ketat. Lima engraver Peruri diminta untuk mengambar manual dengan teknik pen drawing. Gambar-gambar tersebut kemudian diserahkan ke pimpinan BI. Begitu gambar disetujui, seniman yang membuat baru bisa mengerjakannya.Teknik engrave termasuk cukup rumit. Teknik tersebut dilakukan di media pelat baja. Menggambarnya menggunakan pisau dengan teknik cukil. Sepintas mirip teknik mengukir. Namun, teknik engrave lebih sulit karena diaplikasikan di media yang kecil dengan skala satu banding satu.
Ketika usianya mencapai 50 tahun, persisnya pada tahun 2009, ia mengajukan ikut pensiun dini karena ingin kembali ke dunianya sendiri dan karena ingin lebih banyak berkarya di rumah. Dulu selain menjadi engraver, Pak Mujirun juga melukis lepas. Karya-karyanya dihargai tinggi karena tingkat kerumitan yang tinggi. Contohnya gambar Presiden SBY memiliki nilai sebesar 25 juta rupiah.

hasil karya ukir engrave pak mujirun antara lain adalah “Pak Harto Mesem” menghiasi uang Rp50.000 yang diterbitkan pada tahun 1995.

Selain itu, ada beberapa karya Mujirun lain yang cukup fenomenal. Di antaranya,
Gambar pahlawan teuku umar pada uang Rp5000 tahun 1986

gambar pahlawan Sisingamangaraja XII di uang Rp1.000 (keluaran 1987),

gambar rusa Cervus timorensis untuk uang Rp500 (1988),

gambar anak Gunung Krakatau untuk uang Rp100 (1991),

gambar Gunung Kelimutu untuk uang Rp5.000 (1991),

Ki Hajar Dewantoro di uang kertas Rp20 ribu (1998),

Paskibraka di uang Rp50 ribu (1999),

gambar Kapitan Pattimura dan gambar Pulau Maitara dan Tidore Rp1.000,

serta Tuanku Imam Bonjol Rp5.000 (ketiganya keluaran 2001).

Mujirun juga lah yang membuat gambar pahlawan Oto Iskandar Di Nata pada uang kertas Rp20.000 yang dikeluarkan pada tahun 2004.

Sebelum pensiun, pria 55 tahun itu membuat gambar I Gusti Ngurah Rai untuk uang pecahan Rp50 ribu keluaran 2009.

Jika diperhatikan, sangat terlihat dari hasil karyanya di uang pecahan kertas tersebut, bagaimana detail dan presisinya gambar wajah tokoh-tokoh di uang pecahan itu. Pak Mujirun membeberkan rahasianya, berlatih menggambar menurutnya melatih kepekaan rasa. Itulah kunci sukses Pak Mujirun